22 Mei 2009

Pemanfaatan Online Collaboration (Docs.Google) Untuk Pembimbingan Taskap di Seskoad

( Letkol Czi. Budiman S.Pratomo )

Pendahuluan

    Pemerintah Indonesia melalui kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bertekad untuk mendorong berbagai upaya pemanfaatan teknologi informasi di Indonesia dengan menetapkan 5 program prioritas antara lain: e-Government, e-Infrastructure, e-Industry, e-Learning, dan e-Commerce. Beberapa program seperti e-Learning sudah sangat dikenal oleh lingkungan pendidikan di luar TNI melalui bermunculannya situs, solusi teknologi, sampai jasa yang merepresentasikan sistem pendidikan secara elektronis tersebut. Sebagai contoh adalah penggunaan perangkat lunak Moodle yang bersifat terbuka (Open Source) untuk keperluan eLearning.

    Di lingkungan pendidikan TNI khususnya TNI AD, euforia pemanfaatan teknologi informasi yang terjadi di luar ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Melalui serangkaian kurikulum yang ditetapkan oleh lemdik khususnya untuk Dikbangum tertinggi seperti Seskoad, Teknologi Informasi (TI) sudah dimasukkan di dalamnya dan dipandang sebagai suatu “enabler” menuju kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kemajuan organisasi. Pemanfaatan TI pada dasarnya adalah memudahkan akses informasi bagi para dosen, peserta didik dan juga lembaga lain di luar lemdik TNI AD. Aplikasinya dituangkan dalam berbagai konsep yang semakin memudahkan pengguna dalam mendapatkan informasi (misalnya: knowledge management), memudahkan peserta didik dalam berinteraksi dengan baik dosen (gumil) maupun antar peserta didik yang lain. Dengan kemajuan teknologi semakin banyak sarana yang murah yang dapat digunakan khususnya untuk memperlancar interaksi antara gumil dengan serdik.

    Tulisan berikut ini membahas mengenai pemanfaatan teknologi kolaborasi online (online collaboration) untuk memperlancar pembimbingan taskap di lingkungan Seskoad dengan harapan akan meningkatkan mutu taskap.

Online Collaboration

    Saat ini ada tuntutan antara dosen dan pasis untuk selalu dapat berkomunikasi dimana pun mereka berada. Oleh karena itu para dosen berusaha terus menerus mencari cara untuk menyederhanakan proses berkomunikasi dan berkolaborasi. Hal ini dilakukan mulai dari menggunakan handphone, memanfaatkan instant messaging, meeting secara online dan lain-lain. Usaha-usaha ini menunjukkan bahwa komunikasi dan kolaborasi secara real-time telah menjadi bagian penting dalam membantu tugas pokok khususnya untuk menunjang pendidikan di era digital ini.

    Dalam era digital saat ini sangat memungkinkan orang atau pihak tertentu dapat berkomunikasi satu dengan yang lain walaupun terpisah oleh ruang dan waktu. Di Seskoad kejadian seperti ini merupakan suatu yang biasa khususnya dalam hubungan antara dosen dan pasis dan secara lebih khusus lagi dalam konteks akademik dalam pembimbingan Taskap.

    Suatu kenyataan karena adanya constraint waktu dalam penyelesaian karya tulis para pasis akan berusaha membuat karya tulis ini selesai pada waktunya. Untuk tulisan yang merupakan produk individu tidak menjadi masalah, namun untuk tulisan yang merupakan produk kelompok bisa saja menjadi masalah, ketika pasis mendapatkan tugas untuk membuat produk tulisan kelompok atau sindikat. Langkah praktis yang biasanya dilakukan oleh ketua kelompok/ketua sindikat adalah membagi anggotanya untuk mengerjakan satu atau lebih bab tulisan, dan salah seorang diberi tugas untuk merangkum dalam tulisan yang utuh. Tanpa kolaborasi online maka yang terjadi hanyalah kompilasi atau tulisan yang tidak runtut karena dikerjakan secara terpisah.

    Kalau jaman dahulu ketika belum ada teknologi seperti sekarang ini maka para pasis selalu bertemu dalam konteks ruang sama dan waktu sama sehingga tulisan ini bisa runtut, namun dengan kemajuan teknologi kita bisa kerja bersama walaupun sendiri-sendiri dalam konteks ruang berbeda waktu sama ataupun ruang berbeda waktu berbeda. Teknologi ini disebut sebagai online collaboratio. Sebagai contoh yang dapat diaplikasikan adalah Docs.google.com untuk membantu mengerjakan Taskap. Dengan demikian keterbatasan ruang yang dimiliki pembimbing dan keterbatasan waktu yang dimiliki pasis dapat diatasi. Pasis tidak perlu lagi harus bertemu pembimbing secara fisik untuk konsultasi Taskap, tetapi intensitas pembimbingan masih tetap berlangsung karena ruang dan waktu tidak lagi menjadi kendala.

Bagaimana melaksanakan Kolaborasi Onlinee

    Untuk dapat melaksanakan kolaborasi ini syarat yang harus dipenuhi adalah, masing-masing pihak mempunyai akun dalam gmail, suatu fasilitas email yang dimiliki oleh Google. Setelah memiliki akun maka dapat melakukan kolaborasi secara online dengan mudah. Berikut ini langkah-langkah bagaimana melaksanakan kolaborasi online dalam mendukung untuk penulisan taskap, menggunakan docs.google.com

a. Masuk ke homepage :docs.google.com dengan alamat http://docs.google.com.

clip_image002[1]

b. Masukkan Email (diisi dengan akun gmail) dan masukkan Sandi. Setelah itu akan muncul layar sebagai berikut:

clip_image004[1]

c. Setelah itu maka pilih Upload file yang ingin dikolaborasikan

clip_image006[1]

    Setelah dipilih Upload maka masukkan nama filenya dengan menekan Browse

clip_image008[1]

Setelah tekan Browse akan muncul layar sebagai berikut:

clip_image010[1]

    Pilih nama filenya, dan tekan Open, maka akan muncul tampilan berikut:

clip_image012[1]

    Apabila sudah melihat tampilan seperti itu berarti dokumen sudah siap dikolaborasikan dengan banyak orang.

    Agar mempunyai tampilan seperti bentuk naskah yang sebenarnya pilih View dan pilih Fixed with page view

clip_image014[1]

Maka tampilan akan menjadi seperti berikut:

clip_image016[1]

    Langkah selanjutnya masing-masing pihak yaitu pasis mengerjakan bagian masing-masing, dan bagi perangkum dapat membaca dari awal sampai akhir sehingga Taskap itu menjadi runtut dan “nyambung” dari bab awal sampai akhir. Perwira pembimbing pun akan dengan mudah mengoreksi tanpa harus menerima cetakan dari para pasisnya. Hanya saja yang perlu disadari oleh para pasis adalah mengirim hasil karyanya sesuai dengan ketentuan waktu yang digariskan dan hendaknya jangan “last minutes”.

Semoga Bermanfaat.

Budiman S. Pratomo

Pusinfolahta TNI

budiman@dephan.go.id

Baca selengkapnya . . .

19 Mei 2009

Panduan Menulis Karmil Taskap Pasis Dikreg Seskoad

    Dari beberapa pengamatan selama berinteraksi dengan pasis, baik dalam forum diskusi, maupun perbincangan informal telah membawa pada satu kesimpulan bahwa sebagian besar Pasis bermasalah dalam menulis Karmil Taskap. Karmil Taskap merupakan bentuk tulisan ilmiah yang wajib dibuat oleh setiap Pasis sebagai salah satu persyaratan mutlak dalam menempuh pendidikan Seskoad. Setidaknya ada 2 masalah besar yang dialami Pasis dalam menulis Karmil Taskap, yaitu: Pertama, bagaimana menuangkan pemikiran dalam tulisan berbentuk Karmil; Kedua, bagaimana menuangkan pemikiran kedalam Karmil secara ilmiah.

    Dalam menulis karya ilmiah ada batasan-batasan yang harus diperhatikan, dan yang tidak kalah pentingnya selain itu adalah adanya tuntutan atau harapan yang harus dipenuhi. Menulis karya ilmiah tidak dapat menggunakan pedoman dan aturan yang berlaku pada diri sendiri, melainkan pedoman dan aturan yang berlaku secara konvensional pada kelompok tertentu (Gillett, 2003). Gillett juga mengatakan bahwa tujuan penulisan karya ilmiah adalah untuk menyampaikan gagasan penulis dengan caranya sendiri yang disusun dengan memperhatikan pemikiran atau pendapat penulis lain melalui rujukan. Namun demikian bukan berarti penulis hanya menulis ulang pendapat penulis lain, melainkan juga harus memperlihatkan pemikiran / pendapat pribadi penulis yang bersangkutan.

    Menulis Karmil ilmiah yang baik sebenarnya tidak cukup hanya dengan menyajikan kumpulan data hasil penelitian penulis, baik dalam bentuk narasi, tabel, diagram maupun grafik beserta penjelasannya melainkan juga harus dapat menjadi wahana untuk menjelaskan berbagai situasi, kejadian dan hasil karya manusia (dalam lingkungan militer, tetapi tidak menutup kemungkinan juga keluar lingkungan militer). Tulisan dalam Karmil ilmiah akan lebih bermakna dan bermanfaat ketika dapat menyajikan temuan isu-isu teoritis, konseptual dan metodologis yang baru ataupun menemukan suatu domain masalah baru bagi isu-isu teoritis, konseptual dan metodologi yang lama. Untuk mendukung hal ini diperlukan kreatifitas penulis, karena melalui kreatifitas ilmu pengetahuan (militer khususnya) berkembang. Selain itu, menyampaikan gagasan secara runut, sistematis, logis, dengan rumusan kalimat yang jelas, mudah dibaca dan dipahami, sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku tetapi juga luwes dan nikmat dibaca sangatlah penting (Yunita T. Winarto, Totok Suhardiyanto & Ezra M. Choesin, 2004)

    Berkaitan dengan penulisan Karmil Taskap, ada beberapa substansi yang perlu dipahami sehingga Pasis dapat membuat Karmil yang memenuhi kaidah-kaidah penulisan ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis sehingga Pasis legitimate sebagai lulusan Seskoad. Apa yang diuraikan berikut ini bukan untuk membuat Pasis ahli dalam menulis, namun lebih kepada membantu Pasis dalam membuat Karmil Taskap dan bagaimana menuangkannya sesuai kaidah penulisan ilmiah sehingga pembahasan dalam tulisan ini tidak dilakukan secara mendalam. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam silahkan Pasis membaca literatur yang berkaitan, banyak membaca karya tulis ilmiah dan biasakan berpikir secara ilmiah.

Fungsi variabel dalam judul.

    Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengertian, hakikat, macam, hubungan antar variabel dalam judul, silahkan Pasis membacanya dalam literatur-literatur yang ada. Pemahaman ini sangat perlu, mengingat variabel merupakan faktor kunci dalam memahami judul dan menentukan masalah yang akan dibahas dalam tulisan. Secara sederhana, ada 2 fungsi variabel dalam setiap judul Karmil, yaitu: Pertama, sebagai pengantar. Variabel tetap/makro, variabel pendukung/kontrol berfungsi untuk mengantarkan kepada variabel bebas/mikro yang akan menjadi pokok bahasan dalam tulisan; Kedua, sebagai koridor dan acuan.  Pada pembahasan variabel bebas/mikro, maka variabel pendukung/kontrol dan variabel makro/tetap berfungsi sebagai koridor dan acuan dalam pembahasan (judul dengan 3 variabel), demikian halnya judul dengan 2 variabel.

    Misalkan judul Karmil adalah: Optimalisasi kepemimpinan Dansat jajaran Kopassus dalam melaksanakan pembinaan satuan guna menghadapi tantangan tugas masa depan. Judul ini memiliki 3 variabel, yaitu: kepemimpinan Dansat jajaran Kopassus sebagai variabel mikro (yang akan menjadi pokok bahasan), pembinaan satuan sebagai variabel pendukung dan tantangan tugas masa depan sebagai variabel makro. Untuk mengantar kapada pokok bahasan, berawal dari variabel makro, yaitu: tantangan tugas masa depan. Dari variabel ini, apa fenomena yang penulis bayangkan berlaku. Berikan penjelasan dan argumen yang memadai untuk meyakinkan pembaca bahwa ada benarnya fenomena itu akan terjadi. Dalam memberikan penjelasan dan argumen ini, gunakan landasan pemikiran yang tepat. Mengingat tantangan tugas masa depan cenderung bersifat tidak tetap maka penulis harus dapat menentukan sebuah suatu batasan bersifat tetap agar variabel ini berlaku sebagai variabel tetap. Selanjutnya kita lihat variabel pendukung, yaitu: pembinaan latihan. Pada hakikatnya variabel ini digunakan untuk melengkapi, memperdalam dan memperluas pembahasan hubungan variabel mikro yang bersifat bebas dengan variabel makro yang bersifat tetap. Sesuai dengan fungsi pertama suatu variabel, maka variabel pendukung ini adalah untuk lebih mengerucutkan kepemimpinan seperti apa yang akan dibahas dalam variabel mikro . Variabel terakhir adalah variabel mikro, yaitu: kepemimpinan Dansat jajaran Kopassus. Variabel mikro inilah yang menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan variabel makro. Variabel mikro inilah yang mengandung masalah dan persoalan yang menjadi pokok bahasan tulisan.

Menentukan pokok persoalan.

    Persoalan diturunkan dari masalah yang ada pada variabel mikro. Sama halnya dengan proses penentuan masalah seperti digambarkan di atas, maka untuk menentukan pokok persoalan yang akan dipecahkan penulis harus mengawalinya dari fakta-fakta yang berlaku. Apa saja fakta-fakta yang berlaku berkenaan dengan kepemimpinan Dansat di jajaran Kopassus yang berkorelasi pengaruh terhadap pembinaan satuan yang berujung pada tantangan tugas masa depan. Menentukan sebuah pokok persoalan perlu didukung dengan beberapa fakta (himpunan fakta). Gunakan landasan pemikiran yang tepat untuk menjelaskan fakta-fakta yang berlaku dan menjelaskan mengapa terjadi.

Catatan :

  • Hal yang sering terjadi pada proses penurunan masalah menjadi pokok persoalan dimuat dalam bab kondisi awal, yaitu: penentuan persoalan seperti tiba-tiba, tidak berawal dari fakta-fakta/fenomena yang berlaku. Ingat bahwa apa yang ada dibenak penulis belum ada dibenak pembaca, agar ada dibenak pembaca maka penulis harus memindahkan apa yang ada dibenaknya kepada benak pembaca. Proses pemindahan ini merupakan hal yang krusial dalam setiap tulisan, karena tulisan merupakan sarana utama untuk mendukung proses tersebut. Mengapa harus diawali dengan fakta ?, karena fakta adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah yang memperlihatkan suatu kondisi negatif yang merangsang pikiran bekerja (awal berpikir kritis). Mengapa fakta harus dijelaskan ?, karena salah satu fungsi pengetahuan adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengapa fenomena itu terjadi. Mengapa harus dijelaskan demikian ?, karena Pasis sedang membuat tulisan ilmiah yang harus dapat diterima akal (logis) dan dapat dibuktikan secara empiris. Penulis harus dapat membuat pembaca yang tidak tahu menjadi tahu, yang ragu menjadi yakin, yang tidak percaya menjadi percaya, dsb. Untuk melakukan hal ini penulis dapat melakukannya dengan menjelaskan dengan pendekatan ilmiah yang tepat, mengutip pendapat ahli yang kompeten dibidangnya, memperbandingkan, memberikan contoh, dsb.

  • Frans Asisi Datang dalam artikelnya yang dimuat dalam buku: Karya Tulis Ilmiah Sosial (Yayasan Obor Indonesia, 2004), mengatakan bahwa terdapat 3 syarat penyusunan paragraf karya ilmiah, yaitu: Kesatuan paragraf, kepaduan paragraf dan pengembangan paragraf. Kesatuan paragraf, dalam penulisan karya ilmiah yang baik, paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok yang termuat dalam kalimat topik dan dilengkapi dengan kalimat (-kalimat) penjelas untuk memperjelas isi dan pengertian kalimat topik. Banyaknya kalimat penjelas ditentukan oleh kesadaran penulis. Kepaduan paragraf, hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas dalam sebuah paragraf harus ditata dengan baik sehingga menghasilkan paragraf yang benar-benar padu. Ada dua sarana pokok yang biasa digunakan untuk membangun hubungan antar kalimat ini, yaitu: repetisi (pengulangan) dan konjungsi (misal: sejak, walau demikian, sebaliknya, dalam medan semacam itu, dsb). Selain pengulangan dan penggunaan konjungsi, hubungan antarkalimat dan antargagasan dalam satu paragraf dapat diperkuat atau dijadikan lebih padu dengan menggunakan kata tunjuk (seperti: ini, itu, tersebut, demikian). Pengembangan paragraf, gagasan pokok dalam paragraf diperjelas atau ditunjang oleh gagasan-gagasan bawahan yang dimuat dalam kalimat (-kalimat) penjelas yang ditata dan disusun menurut satu model atau pola tertentu. Model pengembangan gagasan pokok antara lain: Deskripsi, Contoh, Definisi luas (definisi yang disertai penjelasan tambahan), Analisis atau uraian, Klasifikasi, Perbandingan dan pertentangan, Sebab akibat, Proses.

    Jawaban dari mengapa fakta/fenomena yang terjadi itulah yang dinamakan pokok persoalan (penyebab terjadinya). Bagaimana menjawab pokok persoalan atau bagaimana menghilangkan penyebab terjadinya fakta/fenomena negatif inilah yang dibahas secara terinci dalam tulisan ( gagasan penulis dalam menyikapi fenomena/kondisi negatif). Beberapa waktu yang lalu penulis menjadi dosen pendamping dalam diskusi materi PKB Kejuangan. Ketika tiba pada sesi merumuskan pokok-pokok persoalan, ada Pasis yang menyampaikan bahwa variabel-variabel dalam judul itulah yang menjadi pokok persoalan dalam tulisan. Suatu kekeliruan mendasar yang seharusnya tidak terjadi pada tingkatan Pasis Seskoad.

    Pada diskusi PKB Kejuangan tahun ini, judul yang diberikan (given) adalah: Aktualisasi semangat perjuangan bangsa guna memantapkan Kepemimpinan TNI dalam rangka menjaga keutuhan NKRI (Tema: Dengan dilandasi semangat perjuangan bangsa, kita mantapkan jatidiri dan Kepemimpinan TNI dalam rangka menjaga keutuhan NKRI). Judul ini memang cukup berat, karena: Pertama, penulis harus dapat menarik hubungan pengaruh yang logis antara kepemimpinan TNI dengan keutuhan NKRI. Pembaca harus dapat diyakinkan bahwa kepemimpinan TNI berpengaruh terhadap keutuhan NKRI. Pemahaman keutuhan NKRI juga harus dijelaskan secara holistik (menyeluruh), apakah keutuhan NKRI hanya semata keutuhan wilayah saja, ataukah juga ada faktor lainnya seperti hukum, mata uang, dsb. Hal ini menjadi menarik ketika fenomena provinsi NAD yang memberlakukan hukum Islam sebagai hukum utama. Demikian juga dengan fenomena yang terjadi di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia ketika penduduk lebih memilih menggunakan mata uang Ringgit dalam bertransaksi. Dan tentunya lepasnya Timor Timur serta Pulau Sipadan-Ligitan merupakan fenomena / fakta yang sangat pantas diangkat dalam tulisan. Sesuai dengan tema dan judul yang diberikan, penulis harus dapat menjelaskan dan membuktikan adanya pengaruh kepemimpinan TNI terhadap terjadinya hal tersebut. Apabila korelasi pengaruh ini tidak dapat dijelaskan dan dibuktikan dalam tulisan, maka apa yang dibahas dalam tulisan tidak masuk akal (tidak logis). Kedua, demikian halnya antara semangat perjuangan bangsa dengan kepemimpinan TNI, apakah benar bahwa semangat perjuangan bangsa berpengaruh terhadap kepemimpinan TNI. Setelah korelasi pengaruh antara variabel dalam judul tersebut dapat disajikan secara ilmiah argumentatif, barulah penurunan pokok-pokok persoalan dalam masalah yang tergambar pada variabel mikro dapat dilakukan. Dalam diskusi, Pasis menawarkan substansi variabel semangat perjuangan bangsa yang akan dibahas meliputi: rasa senasib dan sepenanggungan; semangat persatuan dan kesatuan nasional; semangat rela berkorban jiwa dan raga; dan semangat pantang menyerah (diambil dari Doktrin Kartika Eka Paksi). Substansi yang ditawarkan ini hendaknya juga dijelaskan secara argumentatif dalam koridor pemikiran ilmiah, sehingga pembaca memiliki persepsi yang sama dengan penulis.

    Misalkan kita ambil substansi keempat, tentang semangat pantang menyerah. Salah satu unsur yang membangun semangat ini adalah rasa percaya kekuatan sendiri (dalam penulisan perlu dijelaskan secara akademis apakah benar rasa percaya kekuatan sendiri ini merupakan unsur yang membangun semangat pantang menyerah). Selanjutnya kita perlu mendapatkan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa rasa percaya kekuatan sendiri ini tidak aktual saat ini. Contoh: Fakta 1, PT. Pindad sudah mampu membuat Panser APS-2 6x6 dan telah diserahkan sebanyak 20 unit kepada Departemen Pertahanan sebagai awal dari 154 unit yang dipesan untuk TNI AD (sumber: cantumkan); Fakta 2: Panser buatan PT. Pindad tersebut (sekalipun masih menggunakan mesin Renault buatan Perancis) memiliki cukup banyak keunggulan, diantaranya mampu dipacu 90 kilometer per jam, melompati parit selebar satu meter dan rintangan tebing setinggi 60 sentimeter. Selain itu kalau ban atau roda panser kena tembak masih bisa melaju sejauh 60 kilometer sejak ditembak. Sedangkan kekebalan bodi bisa menahan berondongan peluru M-16 atau AK-47 dari jarak dekat. Panser yang mampu mengangkut 15 prajurit infanteri itu juga cukup nyaman, karena memiliki suspensi independen, serta dilengkapi pendingin udara. Keandalan itu masih ditambah dengan sistem komunikasi antigangguan, perangkat navigasi elektronik dan sistem penginderaan malam hari (sumber: Harian Joglosemar, Ed. 28-2-2009); Fakta 3: Menurut Direktur PT. Pindad, pembiayaan pembuatan 154 panser APS-2 6x6 itu seluruhnya menggunakan APBN, dan untuk modal kerja awal PT Pindad ditalangi terlebih dulu oleh BNI 46, Bank Mandiri, dan Bank BRI; Fakta 4: Pembiayaan Alutsista TNI masih mengandalkan Kredit Ekspor. Minimnya anggaran pertahanan memaksa pengadaan persenjataan harus melibatkan berbagai pihak, baik yang berfungsi sebagai perantara maupun yang menjadi penjamin bagi kredit ekspor. Fakta 5, 6 7 : Dst.

    Fakta-fakta yang ingin ditampilkan disini adalah bahwa negara kita sebenarnya sudah mampu membuat peralatan militer namun mengapa kita lebih memilih membelinya dari luar negeri menggunakan fasilitas Kredit Ekspor. Apakah Kredit Ekspor itu ?, Mengapa Kredit Ekspor sepertinya menjadi satu satunya jalan untuk pengadaan peralatan militer. Mengapa tidak dicoba menggunakan pembiayaan bersumber perbankan nasional seperti yang dilakukan di PT. Pindad. Apakah penyebab sesungguhnya ?. Dengan diketahui penyebabnya maka pokok persoalan tentang rasa percaya diri dapat ditemukan. Dengan mengetahui akar penyebab, maka akan lebih mudah untuk menentukan cara/metode pemecahan persoalan tersebut. Pembahasan persoalan ini harus selalu dihadapkan pada variabel kepemimpinan TNI dan variabel keutuhan NKRI. Apabila tidak terlihat korelasi pengaruh yang logis antara ketiga variabel, maka persoalan yang diangkat dalam varibel mikro harus dianulir karena tidak relevan dengan judul tulisan.

    Hal lain yang perlu Pasis perhatikan dalam membuat makalah PKB Juang sesuai dengan tema dan judul yang diberikan, adalah memahami pengertian dan hakikat aktualisasi. Di dalam kamus Bahasa Indonesia, pengertian aktual adalah: sesungguhnya; betul-betul ada; betul-betul terjadi; berita hangat, sedang dalam pembicaraan. Dalam kamus Bahasa Inggris: real, real and existing as a fact (nyata dan ada sesuai kenyataan). Pengertian aktualisasi adalah membuat menjadi aktual. Dalam judul yang akan menjadi pokok bahasan adalah " Aktualisasi semangat perjuangan bangsa" . Pengertian yang tersirat melalui judul adalah: semangat perjuangan bangsa saat ini tidak aktual, sehingga perlu diaktualkan. Misalkan kita ambil satu unsur yang membentuk semangat perjuangan bangsa, yakni: semangat pantang menyerah dan lebih spesifik lagi percaya kekuatan sendiri. Apakah percaya kepada kekuatan sendiri ini sudah tidak ada sama sekali ditengah bangsa Indonesia ?, percaya kepada kekuatan sendiri sesungguhnya masih ada pada sebagian kecil bangsa Indonesia, namun tidak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Aktualisasi disini adalah bagaimana agar percaya kepada kekuatan diri sendiri ini berlaku secara nyata ditengah bangsa Indonesia, bukan hanya pada segelintir orang saja. Semangat percaya kepada kekuatan sendiri harus dinyatakan ditengah bangsa Indonesia apapun strata sosial mereka. Ketika pemerintah memutuskan bantuan IMF, itu adalah perwujudan percaya kepada kekuatan sendiri (apakah motif yang mendorong sikap tersebut), demikian juga ketika anggota DPR yang terhormat merestui pembelian peralatan militer menggunakan fasilitas kredit ekspor yang sebenarnya mampu ditangani perbankan nasional, itu adalah perwujudan tidak percaya kepada kekuatan sendiri (apakah motif dibalik itu). Dalam tulisan, hal ini harus ditinjau secara akademis, bukan semata pemikiran pribadi penulis (hanya pemikiran yang terlintas dibenak penulis).

Membuat bab pendahuluan.

    Dalam pasal umum penentuan berapa poin yang akan dimuat, tergantung dari berapa jumlah variabel dalam judul. Misalkan pada judul " Optimalisasi kepemimpinan Dansat jajaran Kopassus dalam melaksanakan pembinaan satuan guna menghadapi tantangan tugas masa depan ", terdapat 3 variabel dalam judul. Pada pasal umum poin a, deskripsikan seperti apa tantangan tugas masa depan tersebut (gagasan pokok paragraf), Kembangkan gagasan pokok tersebut dengan gagasan pendukung. Dalam pengembangan gagasan pokok masukkan unsur-unsur yang mampu menarik perhatian pembaca (fakta-fakta, pernyataan kontroversial atau pernyataan yang mengagetkan dari tokoh yang terkenal, dsb). Pengembangan gagasan pokok berakhir pada gagasan pokok yang akan diangkat pada poin b, yaitu pembinaan satuan. Deskripsikan seperti pada poin a, berakhir pada gagasan pokok yang akan diangkat dalam poin c. Pengembangan gagasan pokok pada poin c sebaiknya dapat menggambarkan secara garis besar apa yang akan dibahas pada tulisan, mengingat poin c mengandung permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan. Pada poin d lebih bersifat keinginan pribadi penulis atas tulisan kepada pembaca, bisa menyampaikan pentingnya tulisan, manfaat tulisan, harapan penulis, dsb.

    Dalam membuat maksud dan tujuan masih banyak Pasis yang mengambang menuangkannya. Contoh, maksud: memberikan gambaran tentang optimalisasi kepemimpinan Dansat jajaran Kopassus dalam melaksanakan pembinaan satuan guna menghadapi tantangan tugas masa depan. Apakah sebenarnya niat awal penulis dalam membuat tulisan, itulah yang dituliskan sebagai maksud. Apakah niat awal penulis seperti itu ?, tentunya tidak. Ababila melihat judul, bisa saja penulis bermaksud untuk menggambarkan fenomena tantangan tugas masa depan yang berpengaruh terhadap pembinaan satuan dan bagaimana menyikapinya melalui kepemimpinan Dansat. Atau bisa juga yang lain. Hal ini sangat tergantung pada apa sebenarnya motif yang menggerakkan penulis dalam menulis sesuai judul tersebut. Tentang tujuan, biasanya Pasis membuat tujuan sbb: Sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam merumuskan kebijakan pembinaan satuan berkenaan dangan tantangan tugas dimasa depan. Tujuan pada hakikatnya adalah apa yang diinginkan penulis melalui tulisan sesuai dengan sifat tulisan itu sendiri. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah ada penugasan yang diberikan kepada penulis yang berkaitan dengan tulisan. Dalam hal ini bisa juga tujuannya untuk melaporkan kepada pemberi tugas, disamping keinginan penulis sendiri dengan tulisan tersebut ( tujuan tidak harus satu).

    Tentang metode dan pendekatan. Metode adalah cara maupun teknik yang digunakan penulis dalam membuat tulisan. Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam melakukan pembahasan, pemilihan pendekatan biasanya disesuaikan dengan bidang yang dikuasai oleh penulis. Penulis harus konsisten dalam menggunakan pendekatan yang dipilih ketika membahas tulisan. Pendekatan juga berfungsi untuk menyamakan sudut pandang antara penulis dan pembaca. Pembaca akan mengalami kesulitan dalam memahami isi tulisan dan bahkan bisa mengakibatkan salah pengertian apabila tidak menggunakan pendekatan seperti yang digunakan penulis.

    Tentang ruang lingkup, tata urut, pengertian-pengertian tidak terlalu urgen untuk dibahas disini. Biasanya Pasis tidak mengalami kesulitan berarti dalam membuatnya.

Membuat bab latar belakang pemikiran.

    Pembuatan bab ini memang agak membingungkan. Ada versi yang memuat: umum, landasan pemikiran (landasan idiil, landasan filosofis, landasan historis, landasan operasional) dan dasar pemikiran. Ada juga versi yang memuat: umum, paradigma nasional (sebagai landasan untuk mendukung pemecahan masalah, seperti: landasan idiil, konstitusional, operasional, teori, dsb) dan dasar pemikiran. Keadaan ini kemungkinan diakibatkan tuntutan untuk memasukkan instrumental input sebagaimana yang selalu ada dalam susunan pola pikir.

    Apabila kita cermati, hampir pada semua penulisan Karmil landasan pemikiran, dasar pemikiran dibahas pada bab latar belakang pemikiran sedangkan pada bab lain, khususnya pada bab III ketika menguraikan masalah menjadi persoalan maupun bab-bab selanjutnya tidak digunakan sebagai landasan dalam pembahasan. Sehingga terkesan pembuatan bab latar belakang pemikiran merupakan bab berdiri sendiri dan untuk mempertebal tulisan.

( bersambung)

Baca selengkapnya . . .

04 Mei 2009

Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)

Pendahuluan

     Ada satu ceritera mengenai biara Shaolin. Biara ini pada jaman dahulu dikenal sebagai biara yang disegani, karena kehebatan ilmunya. Namun seiring berjalannya waktu biara ini mengalami kemunduran, sehingga setiap malam bulan purnama menjadi malam yang menyedihkan bagi anggotanya karena dalam pertarungan selalu kalah. Mengingat kondisi ini, maka beberapa anggota yang sangat peduli terhadap kelangsungan biara mengadakan perenungan dan memutuskan untuk melaksanakan ziarah kubur. Dari ziarah kubur tersebut ternyata mereka melihat bahwa tangga menuju makam pendiri biara shaolin sangat tinggi, berikutnya untuk penerusnya lebih rendah dan seterusnya. Tingginya tangga menuju makam tersebut melambangkan tingginya ilmu orang yang dikuburkan di dalamnya. Dari ziarah ini diperoleh suatu kesimpulan ada satu pewarisan ilmu atau pengetahuan dan budaya yang tidak tuntas di lingkungan biara Shaolin. Hal ini berkaitan dengan adanya semboyan bahwa kalau guru sampai dikalahkan oleh murid adalah merupakan suatu aib, sehingga guru hanya mewariskan ilmu secara total.

     Dari ceritera tersebut diatas, tampak nyata bahwa pewarisan pengetahuan dalam suatu organisasi menjadi sangat penting ketika menginginkan bahwa suatu organisasi tersebut harus unggul di setiap saat. Keadaan ini, sepertinya juga dialami oleh TNI AD. Secara empirik terasa bahwa semakin hari terjadi kemunduran pengetahuan, dan yang terjadi saat ini hanyalah melanjutkan sisa-sisa kejayaan masa lalu. Apabila TNI AD ingin mempertahankan dan memajukan organisasi ini, maka pengelolaan pengetahuan (knowledge management) menjadi suatu solusi yang tidak bisa dihindari lagi.

Manajemen Pengetahuan

     Ada empat kekuatan yang mampu merubah peradaban suatu bangsa yaitu kekuatan militer, politik, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Dalam konteks peradaban ini, Alvin Toffler membagi sejarah manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian, faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan), yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu bangsa atau dalam lingkup yang lebih kecil organisasi. Dalam era informasi ini perubahan terjadi dengan sangat cepat, dan dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan juga akan cepat mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar yang terus menerus.

     Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira, tanpa memandang waktu dan tempat. Hal ini mendorong berkembangnya konsep organisasi belajar (learning organization) yang menyatukan antara proses belajar dan bekerja. Disisi lain, pengetahuan yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan, ditransfer, dan diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan manajemen-pengetahuan atau knowledge management (KM).

     Sebelum membahas mengenai KM, terlebih dahulu kita lihat dahulu mengenai jenis-jenis pengetahuan. Secara umum ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan eksplisit dan pengetahuan tacit. Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, spesifikasi, dan buku petunjuk, sedangkan pengetahuan tacit sifatnya sangat personal yang sulit diformulasikan sehingga kadang sulit dikomunikasikan kepada orang lain. Dengan kata lain, Explicit Knowledge merupakan bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Sebagai contoh, manual, buku, laporan, dokumen, surat dan sebagainya. Sedangkan Tacit Knowledge merupakan bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya. Yang berikutnya, ketika kita membicarakan pengetahuan dalam konteks organisasi ada tiga jenis atau tataran pengetahuan yaitu:

a. Core knowledge, adalah pengetahuan inti yang diperlukan sebuah bisnis, yaitu pengetahuan minimal yang harus dimiliki oleh organisasi agar bisa bertahan hidup dan layak menyandang nama itu. Misalnya, organisasi infolahta haruslah minimum mempunyai pengetahuan mengenai bidang pemrograman dan analisis sistem.

b. Advanced knowledge, adalah pengetahuan yang membuat keunggulan bersaing sehingga sekaligus organisasi dapat mampu berhadapan langsung dengan pesaingnya.

c. Innovative knowledge, merupakan pengetahuan yang membuat organisasi dapat merubah 'aturan main' dunia bisnis yang digeluti dan membuat organisasi menjadi yang terdepan di bidangnya. 

Sehingga untuk menjadikan organisasi itu menjadi suatu organisasi yang terdepan di bidangnya diperlukan suatu tingkatan pengetahuan pada tataran Innovative Knowledge. Untuk mencapai tataran itu maka memerlukan KM yang merupakan proses sistematis untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu yang dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik untuk meningkatkan keunggulan kompetitif.

Manajemen Pengetahuan dan Teknologi Informasi (TI)

Sebenarnya konsep pengelolaan pengetahuan merupakan konsep lama, perbedaannya KM memungkinkan kita untuk tidak perlu memulai segalanya dari nol lagi. (We don't have to always reinventing the wheel ). Konsep KM ini menjadi populer karena kompetisi yang kian tajam dalam memperoleh keunggulan. Ketatnya kompetisi menyadarkan orang bahwa hanya penguasaan pengetahuanlah yang akan menentukan keunggulan suatu organisasi. Keunggulan pada saat ini dirumuskan dalam formula: faster, cheaper and better. Namun kalau kita hanya melakukan sesuatu untuk organisasi dengan tujuan agar lebih baik dan lebih efisien maka kita akan tertinggal. Bill Gates menyatakan "If the 1980's were about quality and the 1990's were about re-engineering, then the 2000's will be about velocity". Jadi kalau kita berbicara mengenai keunggulan dalam era 2000 an kita sudah harus berbicara kecepatan (velocity). Untuk dapat mencapai kecepatan maka penggunaan teknologi informasi merupakan suatu keharusan.

KM terdiri dari tiga komponen utama yaitu people, place, dan content. KM membutuhkan orang yang kompeten sebagai sumber pengetahuan, tempat untuk melakukan diskusi, dan isi dari diskusi itu sendiri. Dari ketiga komponen tersebut peran teknologi informasi adalah mampu menghilangkan kendala mengenai tempat melakukan diskusi. TI memungkinkan terjadinya diskusi tanpa kehadiran kita secara fisik. Dengan demikian kapitalisasi pengetahuan dapat terus diadakan walaupun tidak bertatap muka. Namun secara umum, pelaksanaan KM menghadapi masalah utama yaitu masalah perilaku. Pertama, berkaitan dengan ketidakmauan orang untuk berbagi. Kedua berkaitan dengan ketidakdisiplinan untuk selalu menuliskan apa yang kita dapatkan. Ini merupakan suatu kendala karena budaya kita lebih cenderung pada budaya lisan. Kita juga belum bisa mendisiplinkan diri untuk selalu menuliskan pengetahuan dan pengalaman yang kita alami dalam suatu sistem sebagai suatu aset organisasi.

Dalam pelajaran manajemen, aset organisasi dirumuskan dengan 5M (man, money, method, machine, dan market). Apabila dipandang dari sisi KM maka manusialah yang merupakan aset yang paling berharga. Tetapi, benarkah semua orang dalam organisasi merupakan aset organisasi? Thomas A. Stewart dalam bukunya Intelectual Capital, secara tegas mengatakan "tidak". Menurut Stewart, yang benar-benar aset hanyalah orang-orang tertentu, yang pekerjaannya berkaitan dengan penambahan pengetahuan dalam organisasi, yaitu The Stars. (Stewart membagi karyawan dalam empat kelompok yaitu: pekerja biasa; pekerja terampil tetapi bukan faktor penentu; pekerja yang melakukan hal yang dihargai oleh pelanggan tetapi dapat di outsource; dan the Stars, yaitu orang-orang dengan peran yang tidak tergantikan sebagai individu). Sebagai contoh kelompok the Stars, salah satunya adalah peneliti. Mereka yang termasuk kelompok keempatlah yang benar-benar merupakan aset bagi organisasi. Organisasi perlu memberikan perhatian penuh pada kelompok ini, karena di tangan merekalah masa depan organisasi. Persoalannya, bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang mereka miliki, sehingga dapat terakumulasi dan akhirnya menjadi aset organisasi.

Penerapan KM di TNI AD

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan tuntutan tugas pokok maka penerapan KM di lingkungan TNI AD merupakan suatu keharusan. Penerapan KM ini dapat diawali dari Lembaga Pendidikan (lemdik) TNI AD sebagai "gudang ilmu". Lemdik merupakan garda depan dalam mencetak sumber daya manusia TNI AD. Dari sinilah seluruh personel TNI AD yang mengawaki organisasi dibentuk. Penerapan KM di TNI AD saat ini masih belum terlihat kemajuan sejak dicanangkannya sosialisasi dan komputerisasi bahan ajaran di semua Lemdik TNI AD. Diharapkan dengan dibuatnya bahan ajaran menggunakan teknologi informasi maka ketersediaan pengetahuan eksplisit menjadi tidak bermasalah karena tersedia dalam bentuk yang mudah diakses secara cepat dengan bantuan komputer. Dengan adanya akses yang cepat ini maka proses belajar akan menjadi lebih cepat dan efektif. Di samping itu diharapkan akan tumbuh budaya menulis di kalangan guru militer untuk selalu menuangkan ide dan hasil pengembangan ilmunya di dalam suatu tulisan yang dapat dijadikan bahan untuk pengembangan pengetahuan.

Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk implementasinya agar dapat berhasil dengan baik. Langkah-langkah tersebut meliputi:

a. Identifikasi pengetahuan yang ada (baik tacit maupun eksplisit) sehingga dapat diketahui peta pengetahuan dalam organisasi dan proses-proses atau kebiasaan yang terkait dengan pengelolaan pengetahuan.

b. Identifikasi infrastruktur yang ada, kita perlu melihat infrastruktur apa yang telah ada, misalnya koleksi hanjar, perpustakaan, intranet, media komunikasi internal, email, forum diskusi, digital library dan lain-lain.

Setelah diperoleh gambaran mengenai proses pengelolaan pengetahuan yang ada dan infrastrukturnya maka untuk suksesnya KM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penerapan teknologi. Pada tahap awal perlu menggunakan teknologi yang tepat, sederhana yang telah ada dan baru kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut. Sebagai misal untuk komputerisasi bahan ajaran dapat menggunakan teknologi sederhana yang biayanya relatif murah seperti menggunakan bentuk portable document format (PDF). Kebetulan software ini (Adobe Acrobat Reader) merupakan software yang dapat di download dengan gratis. Sementara front end nya menggunakan bentuk html yang dapat ditampilkan melalui internet explorer sebagai bagian dari Windows yang dibeli bersamaan dengan komputer baru (preloaded). Dengan demikian maka hal-hal yang berkaitan dengan masalah hak kekayaan intelektual (HAKI) tidak menjadi masalah pada saat penerapan KM ini. Setelah KM ini dapat berjalan dan diterima oleh pengguna maka baru kemudian dikembangkan menggunakan teknologi yang lebih baik dan memerlukan biaya yang relatif mahal tetapi sangat menolong bagi perkembangan organisasi.

b. Perubahan Budaya. Dapat dilakukan dengan membuat kebijakan dan anjuran. Ini merupakan hal yang penting karena budaya di TNI AD masih sangat bersifat paternalistik. Sehingga peran pimpinan akan sangat menonjol di dalam pemasyarakatan KM ini. Ini merupakan langkah yang menentukan karena keberhasilan KM merupakan penentu maju mundurnya organisasi.

c. Pembangunan fasilitas untuk berbagi pengetahuan (knowledge exchange). Perlunya dibentuk suatu tempat untuk memungkinkan tumbuh suburnya diskusi. Hal ini merupakan sarana bagaimana pengetahuan itu dapat dibagikan. Fasilitas tersebut sangat penting sebagai tempat dari aktifitas-aktifitas yang penting bagi proses penciptaan pengetahuan dan inovasi yang meliputi knowledge exchange, knowledge capture, knowledge reuse, dan knowledge internalization. Hal ini juga penting karena dapat digunakan sebagai sarana untuk menangkap pengetahuan yang sifatnya tacit.

d. Sosialisasi KM untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh personel. Hal ini merupakan suatu kunci keberhasilan dalam penerapan KM karena apabila KM ini dikenal oleh seluruh personel maka proses untuk menangkap pengetahuan ini akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

e. Evaluasi keberhasilan penerapan KM. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran kinerja dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah dilaksanakannya KM.

Sejauh Mana Keberhasilan Penerapan Konsep KM di TNI AD?

Dari hasil pengamatan selama ini setiap lemdik sudah mempunyai bahan ajaran dalam bentuk soft copy, sehingga yang perlu dilakukan adalah menyusun pengetahuan / bahan ajaran tersebut secara lebih sistematis dalam bentuk yang mudah diakses. Selama ini sudah tersedia bahan-bahan tersebut namun untuk dapat membukanya diperlukan keahlian menggunakan komputer (baik itu keahlian menguasai software pengolah kata maupun spreadsheet). Hal inilah yang menjadikan kendala bagi lemdik, karena belum semua personel “melek komputer”. Dengan demikian pada tahap awal yang perlu dilakukan adalah bagaimana membuat pengetahuan tersebut dapat diakses oleh para siswanya tanpa memerlukan pengetahuan komputer (computer literacy). Hal ini dapat dilakukan dengan membuat program kecil yang mampu mengoperasikan secara otomatis (autorun) compact disk (CD) yang dimasukkan ke dalam CD ROM drive komputer. Dengan adanya program kecil ini maka diharapkan para siswa akan mampu mengakses informasi dengan cepat melalui daftar informasi / menu yang ditampilkan oleh komputer dengan syarat yang penting mampu menggunakan mouse komputer.

Untuk menjamin keberhasilannya maka diperlukan suatu upaya untuk mewujudkan dengan melakukan evaluasi dengan disertai asistensi untuk merealisasikan pelaksanaan konsep KM ini. Diharapkan apabila konsep ini dapat diterapkan dengan baik maka setiap siswa akan dapat memperoleh pengetahuan yang selama ini dalam bentuk buku menjadi dalam bentuk CD yang praktis dan mudah diakses. Dengan demikian dalam jangka panjang pengetahuan akan dapat diakses oleh semua siswa dengan lebih baik, dan pihak lemdik dapat mempersingkat waktu pendidikan. Implikasi dari konsep ini adalah lemdik akan dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk menumbuhkan semangat kebangsaan karena waktu yang tersedia tidak dihabiskan semuanya untuk memberikan pelajaran yang semuanya sudah dihimpun dalam satu CD, tetapi dapat digunakan untuk memberikan pembekalan materi yang lain dalam rangka pembentukan mental yang lebih baik. Semoga KM ini menjadi suatu solusi terhadap majunya TNI AD dari sisi penguasaan pengetahuan.

 

Budiman S. Pratomo (budiman@dephan.go.id)

Analis Sistem Informasi

Pusinfolahta TNI

Baca selengkapnya . . .

Teknik dan kiat membuat kirops.

     Persoalan Kirops sangat sering dikeluarkan pada saat ujian seleksi, karena melalui persoalan Kirops dapat dilihat seberapa besar kemampuan dasar perwira dalam melakukan suatu analisa sederhana. Analisa merupakan kemampuan standar yang dipersyaratkan bagi seorang calon Pasis Seskoad dalam mengikuti pendidikan Seskoad.

    Apakah sesungguhnya analisa itu? Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of educational objectives membagi kemampuan kognisi (penyerapan pengetahuan) manusia kedalam 6 tingkatan, yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesa dan tertinggi adalah Evaluasi. Bloom mengatakan bahwa pada tingkat analisis (Analythical Level) seseorang harus mampu menguraikan suatu materi, informasi  atau konsep kedalam unsur/elemen penyusunnya untuk mengenali elemen-elemen, struktur, pola hubungan yang terjadi (sebab dan akibat) hingga menarik kesimpulannya.

    Perkiraan operasi adalah sebuah analisa tentang faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok untuk menentukan semua cara bertindak yang layak dan dapat dilaksanakan, serta untuk menentukan pengaruh operasi yang akan datang terhadap pasukan sendiri (Bujuklap Dinas Staf Operasi). Cermati yang kalimat yang berwarna merah dan biru tersebut, karena kalimat ini merupakan pintu pemahaman tentang bagaimana kita membuat Kirops.

   Ada 3 faktor utama yang harus selalu dipertimbangkan dalam pelaksanaan tupok, yaitu: KITA (kekuatan, kemampuan, dukungan, dsb); DAERAH OPERASI atau sering disederhanakan sebagai MEDAN (Cuaca, Medan Kritik, Karakteristik lainnya); dan MUSUH (kekuatan, kemampuan, dukungan, dll). Interaksi ketiga faktor ini dapat digambarkan sbb:

clip_image001[12]

Penjelasan:

  • Pada prinsipnya daerah operasi merupakan faktor independen antara kita dan musuh. Siapa yang lebih unggul dalam mengelola daerah operasi maka dialah yang akan memperoleh kemenangan dalam pertempuran. Namun sesungguhnya tidak semata daerah operasi saja yang harus dikelola melainkan faktor KITA dan MUSUH juga harus dikelola untuk memenangkan peperangan.
  • Prinsip yang harus dipegang adalah: bagaimana kita mengelola KITA, DAERAH OPERASI dan MUSUH sehingga kelemahan kita tidak semakin lemah dan kekuatan kita semakin berlipat ganda, sebaliknya kelemahan musuh semakin menjadi dan kekuatannya menjadi berkurang.
  • Prinsip yang sama juga akan digunakan oleh musuh.
  • Afganistan merupakan salah satu contoh dimana daerah operasi menjadi faktor yang sangat menentukan kemenangan pertempuran. ( Amerika hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk melumpuhkan pasukan Taliban dengan serangan udaranya. Taliban tidak bisa berbuat banyak karena Taliban tidak memiliki pesawat untuk menghadapi pasukan AS di udara. Mereka hanya memiliki senjata pelontar roket yang hampir tidak berarti melawan serangan udara AS. Namun ketika kedua pasukan sudah berhadapan di medan yang sama, Taliban yang persenjataannya kalah jauh,  berhasil menciptakan neraka bagi pasukan Amerika).

    Sebelum kita membahas lebih jauh tentang teknik analisa, ada baiknya kita cermati teori dasar yang diberikan dalam Bujuklap Dinas Staf Operasi:

  1. Tujuan perkiraan keadaan adalah untuk memilih cara bertindak yang terbaik dalam rangka penyelesaian tugas pokok. Dengan demikian setiap cara bertindak yang diformulasikan dalam pasal 2c harus dianalisa untuk: menentukan keuntungan dan kerugian; untuk melakukan penyempurnaan terhadapnya; untuk mengembangkan kebutuhan bantuan tembakan; serta kebutuhan untuk tindakan lain yang diperlukan dengan jalan melakukan “ Olah Yudha “ terhadap tiap cara bertindak sejak bergerak dari posisi satuan sampai tiba di sasaran, termasuk juga tindakan yang akan diperlukan setelah sasaran direbut.
  2. Analisa terhadap cara bertindak:
    1. Tiap cara bertindak secara tersendiri dianalisa untuk menentukan hasilnya ketika dihadapkan pada setiap kemampuan musuh yang terpilih.
    2. Tindakan divisualisasikan mulai sejak dari daerah persiapan hingga sampai taraf pelaksanaan. Satu cara yang baik dalam melakukan hal ini adalah dengan memvisualisasikan semua kegiatan yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak menurut urutannya secara logis sejak mulai posisi saat itu, hingga sasaran akhir.
    3. Proses memvisualisasi ini mencakup konsiderasi (pertimbangan) semua fakta yang dikembangkan dalam pasal 1 dan 2, serta pengaruhnya terhadap setiap tindakan, tingkat resiko serta dapat tidaknya diterima setiap cara bertindak ditimbang.
    4. Dalam pasal 3 ini, tidak boleh ada upaya membuat perbandingan antara cara bertindak sendiri antara satu dengan lainnya. Pada pasal 3 hanya berisi rangkaian analisa cara bertindak sendiri terhadap kemampuan musuh yang masing-masing berdiri sendiri dan belum mencapai suatu kesimpulan umum tentang cara bertindak mana yang paling baik.

     Pendekatan yang masih digunakan di Seskoad sampai saat ini  dalam melakukan analisa cara bertindak yang berlawanan adalah TUMMPAS dan pendekatan ini juga yang diharapkan digunakan oleh Casis dalam membuat analisa dalam persoalan perkiraan operasi.  Pendekatan ini sebenarnya sudah sesuai dengan  teori dasar, hanya teknik penuangannya yang masih perlu disempurnakan, namun sementara ini teknik penuangan ini yang digunakan. Penuangan  pada pasal 3b menggunakan format sebagai berikut (contoh pada serangan):

1)  CB I dihadapkan kemampuan musuh.

     a)  Gerakan dari DP ke GA.

          (1) Tugas.

          (2) Medan.

          (3) Musuh.

          (4) Pasukan sendiri.

     b)  Gerakan dari GA ke GT. Kuya.

          (1) - (4)  Idem.

     c)  Gerakan dari GT. Kuya ke Sasaran.

          (1) - (4)  Idem.

     d)  Konsolidasi

          (1) - (4)  Idem.

 

2)  CB II dihadapkan kemampuan musuh.

     a)  Gerakan dari DP ke GA.

          (1) Tugas.

          (2) Medan.

          (3) Musuh.

          (4) Pasukan sendiri.

     b)  Gerakan dari GA ke GT. Kuya.

          (1) - (4)  Idem.

     c)  Gerakan dari GT. Kuya ke Sasaran.

          (1) - (4)  Idem.

     d)  Konsolidasi

          (1) - (4)  Idem.

    Untuk memudahkan dalam menuangkan analisa, penulis tawarkan model matriks, dalam contoh diambil salah satu fase serangan yaitu gerakan dari GA ke GT. Kuya. Matriks ini sebenarnya menyambung ke kanan, namun karena dalam blog ini ruangannya terbatas maka penulis membuatnya ke bawah. Adapun matriksnya sebagai berikut:

Catatan:

  • Matrik tidak perlu dibuat untuk setiap Cara Bertindak.
  • Matriks ini merupakan analisa cepat dalam pikiran Casis ketika melihat persoalan dan perangkat pendukungnya. Dengan mengisi matriks ini sebenarnya Casis telah melakukan analisa. Selanjutnya Casis tinggal menuangkannya dalam bentuk tulisan pada lembar jawaban.
  • Dengan membuat matriks, Casis tidak akan keliru dalam menuangkan obyek/fakta yang dianalisa serta pengaruhnya. Obyek/fakta yang dianalisa harus sama pada masing-masing CB, yang berbeda adalah pengaruhnya. Misalkan: Ketinggian 115 yang cukup terjal (fakta) akan menyulitkan manuver (variabel dipengaruhi) pasukan. Hal ini akan dimanfaatkan oleh musuh dengan mempergencar tembakan lintas datar maupun Artileri.
    • Apabila titik berat berada di kiri ( CB I ), akan membuat musuh leluasa melakukan aksinya. Medan yang terjal dibarengi tembakan gencar musuh akan membuat pasukan kita kewalahan sehingga kemungkinan akan banyak jatuh korban, tentunya hal ini akan membuat moril pasukan turun.
    • Apabila titik berat berada di kanan ( CB II ), Satuan Armed kita dapat memberikan tembakan baik terhadap Artileri musuh maupun musuh yang berada di ketinggian 115. Sekalipun medan cukup terjal, namun pasukan akan lebih leluasa bergerak mendekati musuh yang disibukkan dengan tembakan Armed kita. Moril pasukan akan terjaga, dan korban dapat diminimalkan.
  • Coba perhatikan, ketinggian 115 dan manuver sulit berlaku sama pada CB I maupun CB II, karena baik CB I maupun CB II ketinggiannya itu itu juga (tanpa memperhitungkan musuh). Namun pengaruhnya akan lain apabila faktor musuh dilibatkan seperti diuraikan dalam contoh diatas. Korban dan moril adalah variabel yang dipengaruhi. Pada CB I dan CB II variabel yang dipengaruhi tetap moril dan korban. Jangan sampai di CB I variabelnya moril dan korban, tapi di CB II variabelnya menjadi kodal dan pencapaian tupok. Itu istilahnya “ JAKA SEMBUNG BAWA GOLOK “.
  • Untuk penuangan sesuaikan dengan format yang ditentukan.

 MATRIKS KIROPS:

Fase Tugas

Penjelasan:

  • Pada matriks contoh di atas hanya dicontohkan salah satu fase serangan saja, yaitu: Gerakan dari GA ke GT. Kuya.
  • Pada kolom 2 (Tugas) merupakan rincian tugas yang dilakukan pada fase tersebut. Rincian tugas terdapat pada pasal 1.Tugas Pokok. Biasanya pada saat fase pergerakan dari DP menuju GA apabila tidak terdapat rincian tugas sesuai yang tercantum dalam Tugas Pokok, dibuat tugas lain, seperti: melaksanakan pengembangan pasukan, atau tugas lainnya. 
  • Tuliskan tugas-tugas tersebut pada point (1) Tugas pada saat menuangkan analisa pada pasal 3b.

2a

Penjelasan:

  • Pada kolom 3. Medan, tertulis 3 fakta tentang medan operasi. Fakta-fakta ini diambil dari pasal 2a. Pertimbangan yang berpengaruh terhadap kemungkinan cara bertindak, terutama fakta-fakta yang berpengaruh signifikan terhadap cara bertindak musuh dan cara bertindak kita. Fakta-fakta ini sumbernya dari staf intelijen, setelah menganalisis ADO. Dalam perkiraan intelijen dimuat pada pasal 2. Keadaan Daerah Operasi.
  • Yang menjadi permasalahan, apabila dalam pembuatan Kirops, pasal 2a dibuat secara pro memori, pada akhirnya analisa tidak terhadap fakta yang berpengaruh signifikan terhadap cara bertindak musuh maupun kita melainkan terhadap fakta yang sifatnya tidak urgen.
  • Pada kolom 4. Musuh,  dicontohkan 3 aktifitas yang kemungkinan dilakukan musuh. Kemungkinan tindakan musuh ini juga ditarik dari fakta-fakta dalam persoalan. Soal yang ideal akan memuat fakta-fakta yang mengarahkan Casis untuk melakukan proses analisis secara fokus.
  • Tuliskan point tentang aktifitas musuh dalam point (3) Musuh pada pasal 3b.

Tiga

Penjelasan:

  • Matriks selanjutnya adalah tentang pasukan sendiri. Yang diberi tanda artinya variabel yang akan dibahas dalam analisa.
  • Hal inilah yang sebenarnya agak rancu dalam penuangan analisa. Pada point: Tugas, Medan, Musuh lebih bersifat data dan fakta, tetapi pada point Pasukan Sendiri isinya adalah analisa. Idealnya ada point (5) yang khusus berbicara tentang analisa. Namun sementara ini yang digunakan, jadi Casis sesuaikan saja. Setelah kalian mengikuti pendidikan Seskoad baru kita diskusikan.

Empat

Penjelasan:

  • Idem

Lima

Penjelasan:

  • Matriks di atas digunakan ketika Casis mengerjakan pasal 4. Perbandingan Cara Bertindak Sendiri. Dengan matriks ini Casis akan lebih mudah menuangkan apa yang menjadi keuntungan dan yang jadi kerugian.

   

    Selanjutnya akan diberikan contoh bagaimana menuangkan kedalam analisa pada lembar jawaban. Tapi sabar dulu yah, soalnya penulis sedang persiapan UAS di Unpad. Penulis usahakan sebelum ujian seleksi Seskoad sudah jadi.

 

( Masih dalam penulisan, harap sabar . . . . )

Baca selengkapnya . . .

01 Mei 2009

Teknik Membuat Karmil Seleksi Seskoad (Bagian ke 2)

3.    Membuat bab latar belakang pemikiran. Latar belakang pemikiran secara substansi merupakan deskripsi secara lebih mendalam tentang variabel makro/umum dari judul (lebih terurai dibandingkan dengan pada poin a pasal umum pada bab pendahuluan). Dalam membuat latar belakang pemikiran upayakan berawal dari variabel makro/umum dalam judul. Permasalahan yang sering terjadi, perwira terlalu jauh menarik garis awal penulisan. Contoh: Perkembangan teknologi informasi telah mendorong terjadinya era globalisasi, yang berdampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Contoh tersebut terlalu jauh relevansinya dengan judul, selain itu perwira akan terjebak untuk menjadikan globalisasi sebagai pokok bahasan, padahal pada variabel makro tidak berkenaan dengan globalisasi melainkan pemanfaatan teknologi informasi. Sebaiknya penulisan langsung berawal dari teknologi informasi, deskripsikan secara ringkas dan akhiri dengan kalimat yang berfungsi menjadi penghubung dengan paragraf berikutnya.  Dalam bab latar belakang pemikiran, sebaiknya memuat sekurangnya 2 judul pasal, tidak termasuk pasal umum.

    Pada pasal umum, deskripsikan secara ringkas tentang apa yang akan dimuat dalam bab ini. Termasuk juga judul pasal yang akan ditulis.

Perhatikan:

  • Penulisan agar disesuaikan tingkatannya, sesuai contoh yang diberikan di atas ( jangan memulai pada tingkatan yang terlalu jauh, sebaiknya langsung pada tingkatan yang digambarkan pada variabel makro/umum).
  • Apa yang dituangkan jangan sampai tidak berkaitan dengan judul karmil. Seperti yang dicontohkan di atas, dimana akhirnya perwira akan menguraikan tentang globalisasi, yang sebenarnya sangat sedikit/tidak ada kaitannya dengan judul.
  • Apabila menggunakan landasan, pilihlah landasan yang sesuai. Dan jangan sampai landasan yang dipilih tidak digunakan dalam pembahasan pada bab-bab selanjutnya.

4.    Membuat bab kondisi awal / kondisi saat ini. Mengingat sifat tulisan yang dikehendaki dalam karmil seleksi Seskoad adalah pemecahan masalah, bab kondisi awal / kondisi saat ini perlu ada. Pada bab ini perwira harus dapat mendeskripsikan suatu keadaan negatif secara realistis dan mengandung kebenaran (data secara spesifik tidak mungkin ditampilkan karena perwira tidak diperkenankan membawa catatan apapun ke dalam ruangan ujian). Apa yang harus dituangkan juga harus relevan dengan permasalahan yang diangkat, yaitu kemampuan penyelidikan (sesuai judul contoh). Sesuai referensi kemampuan penyelidikan tidak terlepas IPO (Input, Output, Proses) yang  berujung pada kemampuan deteksi dini dan peringatan dini. Oleh karenanya pada bab ini keadaan negatif yang dideskripsikan adalah menyangkut IPO tersebut (pada akhir tulisan akan diberikan teori singkat untuk memberikan gambaran tentang penyelidikan). Hal ini sangat perlu diperhatikan, mengingat masih banyak perwira membahas yang sebenarnya tidak berkaitan dengan substansi permasalahan sekalipun sepintas lalu sepertinya berkaitan, contohnya: organisasi, personel, peralatan, sarana prasarana, dsb. Kemampuan penyelidikan bermasalah karena ada masalah dengan IPO. Apabila tidak ada masalah dengan IPO maka sesungguhnya tidak ada masalah dengan kemampuan penyelidikan.

     Deskripsikan seperti apa kondisi negatip IPO , berikan fakta-fakta yang menguatkan, faktor-faktor apa yang menyebabkan, apa akibat yang ditimbulkan, apa dampak seandainya tidak diatasi. Perwira  dapat juga mengembangkan pembahasan pada substansi yang berkaitan untuk lebih memberikan warna dalam pendeskripsian, misalnya: pengaruh terhadap pengambilan keputusan, dll.

     Penulis yang baik harus dapat menggiring pikiran pembaca kepada substansi yang akan dibahas. Oleh karenanya penguraian substansi hendaknya tepat dan untuk meyakinkan pembaca dapat didukung dengan fakta-fakta dan argumen yang meyakinkan.

5.    Membuat bab faktor-faktor yang mempengaruhi. Bab ini memuat pasal umum, pasal faktor internal dan pasal faktor eksternal. Pada pasal umum, uraikan secara ringkas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga timbul permasalahan (ambil dari kelemahan internal dan kendala eksternal) dan faktor apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut (ambil dari kekuatan internal dan peluang eksternal).

     Pasal faktor internal meliputi kelemahan dan kekuatan. Uraikan secara ringkas apa-apa saja kelemahan yang ada, berikan fakta-fakta realistis yang terjadi, apa akibatnya terhadap kinerja, berikan alasan/argumen yang dapat meyakinkan pembaca. Selanjutnya uraikan apa saja kekuatan yang dimiliki, baik bersifat potensial maupun aktual. Berikan alasan/argumen mengapa kekuatan tersebut dipilih (dalam rangka mengatasi masalah).

     Pasal faktor eksternal meliputi kendala dan peluang. Seperti halnya pada faktor internal, uraikan secara ringkas apa saja kendala yang turut memicu terjadinya masalah, berikan fakta-fakta yang mendukung, sampaikan alasan/argumen yang meyakinkan pembaca. Selanjutnya uraikan apa saja peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah, berikan alasan/argumen yang memadai tentang peluang yang dipilih.

     Kombinasi kekuatan dan kelemahan pada faktor internal dengan peluang dan kendala pada faktor eksternal, akan menghasilkan cara/metode untuk mengatasi masalah (pada analisis SWOT kombinasi ini dengan perhitungan yang tepat dapat menghasilkan strategi bertindak). Hal yang sering terjadi dalam penulisan metode oleh casis, metode tidak diperoleh dengan mengkombinasikan faktor internal dan faktor eksternal, contoh: sosialisasi, pendidikan, santi aji, dsb. Metode seperti ini masih sangat umum dan tidak menggambarkan gagasan/ide penulis. Dengan mengkombinasikan kedua faktor, perwira akan dapat mengerucutkan metode pendidikan (misalnya) secara lebih spesifik atau bahkan menemukan metode yang sama sekali baru.

     Pemilihan metode yang tepat akan sangat menentukan pembahasan pada bab upaya/optimalisasi, sebagai gagasan penulis dalam memecahkan masalah.

6.   Membuat bab kondisi yang diharapkan. Ada perbedaan cukup mendasar yang sering tidak disadari oleh para perwira ketika menuangkan tulisan pada bab ini, misalkan antara upaya meningkatkan dengan optimalisasi. Berbicara optimalisasi adalah berbicara pencapaian standar yang seharusnya dapat dicapai, sedang berbicara peningkatan adalah berbicara pencapaian yang kita inginkan (tidak merujuk pada standar yang baku), misalkan: Kendaraan Toyota Innova Tahun 2004 sesuai standar pabrik mampu mencapai kecepatan 180 km/jam. Kondisi saat ini kendaraan tersebut hanya mampu mencapai kecepatan maksimal 100 km/jam. Apabila kita ingin mengoptimalkan kecepatan kendaraan, maka kondisi akhir yang kita inginkan adalah mendekati atau sama dengan kecepatan sesuai spesifikasi yang dibuat oleh pabrik (180 km/jam). Caranya misalkan dengan melaksanakan rekondisi secara total. Apabila kita ingin meningkatkan kecepatan menjadi 140 km/jam, maka ini kita jadikan kondisi yang diinginkan. Caranya bisa dengan membersihkan beberapa suku cadang, dan menggantikan yang diperlukan. Bisa juga meningkatkan kecepatan melebihi standar yang ditentukan oleh pabrik, misalkan kita ingin membuat kendaraan mampu mencapai 250 km/jam. Untuk mencapai kondisi yang kita inginkan, caranya bisa dengan mengganti mesin dan memodifikasi komponen-komponen tertentu (tidak lagi mengikuti spesifikasi pabrik).

     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pada bab ini, antara lain: Penuangan kondisi yang diinginkan/diharapkan haruslah realistis (masuk akal dan tidak berlebihan), misalkan kita ingin meningkatkan kecepatan kendaraan menjadi 250 km/jam, namun tidak didukung dengan kekuatan yang memadai maupun peluang yang memungkinkan; Kondisi yang diinginkan / diharapkan harus dapat menjawab penyebab dan akibat yang diuraikan pada bab kondisi awal / saat ini; Apabila pada bab latar belakang pemikiran penulis menggunakan landasan pemikiran, maka apa yang dituangkan dalam bab kondisi yang diinginkan / yang diharapkan harus relevan dengan landasan yang digunakan.

7.     Membuat bab upaya / optimalisasi. Sebelum kita membahas bab ini, ada baiknya perwira mengetahui komposisi bobot yang dikehendaki pada setiap bab, dengan asumsi perwira membuat karmil sebanyak 8 halaman folio (pendahuluan, inti dan penutup), sebagai berikut:

NO JUDUL UTAMA / BAB % HALAMAN
1 PENDAHULUAN 5 0,4
2 LATAR BELAKANG PEMIKIRAN 7 0,56
3 KONDISI AWAL / SAAT INI 8 0,64
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 13 1,04
5 KONDISI AKHIR / YANG DIHARAPKAN 7 0,56
6 UPAYA / OPTIMALISASI 55 4,4
7   PENUTUP 5 0,4

     Dari tabel di atas terlihat bahwa bab upaya / optimalisasi merupakan bab dengan bobot penulisan terbanyak. Dengan mengetahui komposisi ini diharapkan perwira dapat merencanakan apa yang harus dituliskan pada tiap-tiap bab. Jangan sampai perwira terlalu asyik menulis pada bab pendahuluan sampai berputar-putar seperti obat nyamuk, atau juga pada bab latar belakang pemikiran (paling sering terjadi).

     Bab ini terdiri dari cukup banyak pasal, mulai pasal umum, pasal tujuan, pasal sasaran, pasal subyek, pasal metode, pasal sarana dan prasarana dan pasal upaya.

     Pasal tujuan. Pada pasal ini cantumkan tujuan berkenaan dengan gagasan pemecahan masalah yang ditawarkan penulis. Tujuan bisa lebih dari 1 tergantung jumlah permasalahan yang diangkat. Hindari penentuan tujuan yang tidak menjawab permasalahan.

     Pasal sasaran. Sasaran adalah untuk menjawab persoalan, apabila terdapat 3 persoalan untuk mengatasi permasalahan, maka akan terdapat 3 sasaran untuk menjawab tujuan. Pada pasal upaya / optimalisasi perwira harus menjawab bagaimana mencapai sasaran dengan mengkombinasikan subyek, obyek, metode dan sarana/prasarana yang ada.

     Pasal subyek. Pencantuman subyek harus proporsional, sesuai dengan gagasan yang ditawarkan penulis. Peran subyek adalah untuk mendukung gagasan pemecahan masalah, sejauh berperan untuk mendukung pemecahan masalah, penulis dapat menentukan siapa saja subyeknya secara proporsional. Oleh karenanya dalam menentukan subyek, penulis perlu memberikan alasan/argumen yang memadai. Contoh: dari kombinasi faktor internal dan faktor eksternal diperoleh salah satu metode adalah membuat kebijakan. Tentukan siapa subyek yang memiliki kapasitas untuk mengeluarkan kebijakan yang dikehendaki untuk mendukung pemecahan masalah. Permasalahan yang sering terjadi, banyak perwira yang asal saja / tidak mengerti siapa subyek yang dilibatkan, ataupun tidak relevan dengan metode yang dipilih.

     Pasal obyek. Pengertian obyek disini adalah sesuatu yang menjadi sasaran pemecahan masalah, bisa manusia,kelompok/badan, sistem, perangkat keras, perangkat lunak, dsb, tergantung substansi permasalahan yang akan dipecahkan. Dalam permasalahan yang kita contohkan (kemampuan penyelidikan), obyeknya: prajurit Denintel (manusia) dalam hal ini juga penulis bisa membuatnya secara lebih spesifik, atau bisa juga ditambah yang lainnya, seperti: struktur organisasi (apabila diperlukan direvisi untuk menjawab permasalahan). Penuangan obyek juga perlu didukung dengan alasan / argumen yang memadai.

     Pasal metode. Gagasan terbesar penulis dalam memecahkan masalah sebenarnya ada pada metode ini. Dalam pembuatan karmil seleksi, casis wajib membuat bab faktor berpengaruh yang meliputi pengaruh internal dan eksternal dengan harapan panitia seleksi dapat mengukur: seberapa besar kemampuan kreatif, kemampuan berpikir logis, kemampuan dasar analisis dan kemampuan memberikan argumen dalam menyikapi suatu permasalahan. Oleh karenanya penentuan metode harus melalui proses yang memadai, tidak serta merta. Berikan alasan / argumen yang memadai untuk mendukung metode yang dipilih.

     Pasal sarana prasarana. Tentukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pemecahan masalah, berikan argumen yang memadai.

     Pasal upaya. Untuk menuangkan pasal upaya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan, upaya harus diarahkan pada tujuan. Kedua, lihat apa saja sasaran yang harus dicapai. Misalkan untuk menjawab tujuan (1) ada 3 sasaran yang harus dicapai, maka pada pasal upaya penulis akan mengkolaborasikan: subyek, obyek, metode dan sarana/prasarana dalam sebuah penyajian tulisan yang utuh, padu, fokus, saling bertautan, logis, komprehensif, menarik, meyakinkan, dsb. Ingat, dalam menulis kita sedang menawarkan sebuah gagasan untuk pemecahan masalah. kita harus membuat pembaca memahami gagasan yang kita tawarkan sebagaimana kita memahaminya. Sebaik apapun gagasan kita akan sia-sia apabila gagasan tersebut tidak bisa sampai kepada pembaca secara utuh. Ada banyak teknik yang digunakan dalam penulisan, misalnya: dengan membandingkan, dengan memberi contoh, dengan memberikan argumen, dsb, termasuk dengan teknik kombinasi. Intinya, bagaimana pembaca yang tidak tahu menjadi tahu, atau yang tidak/setengah yakin menjadi yakin, yang tidak/setengah percaya menjadi percaya, yang tidak/kurang jelas menjadi jelas, yang tidak/sulit menerima menjadi penerima, dsb. Pada pasal upaya ini, uraikan bagaimana kita menyelesaikan setiap sasaran. Siapa subyek dan apa yang diperbuat, siapa/apa obyek, apa dan bagaimana metode, termasuk apa dan bagaimana sarana dan prasarana harus terkolaborasi dalam sebuah penulisan yang utuh, mengalir dan menarik sehingga dalam setiap kata maupun kalimat yang tertuang selalu merangsang pikiran pembaca. Apabila pikiran pembaca tidak hidup ketika membaca tulisan, maka sebenarnya kita sudah gagal dalam menyampaikan gagasan kita melalui tulisan.

8.     Membuat bab penutup. Bab penutup terdiri dari pasal kesimpulan dan pasal saran. Pada pasal penutup, pertama, berikan uraian secara ringkas tentang pentingnya masalah untuk dipecahkan (sebagai penekanan ulang). pada poin berikutnya, uraikan secara garis besar seperti apa upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Terakhir, berikan kesimpulan akhir tentang upaya pemecahan yang dilakukan.

     Pada pasal saran, sampaikan apa yang belum dapat dilakukan sehubungan keterbatasan subyek, namun perlu dilakukan untuk mendukung pemecahan masalah.

 

Catatan:

  • Pilihlah judul yang familiar dan cukup dikuasai.
  • Jangan lupa membuat daftar isi dan alur / pola pikir.
  • Dalam menulis selalu fokus pada judul, jangan diawal tulisan membicarakan pintu tapi diakhir tulisan menjadi jendela, sekalipun sama-sama terbuat dari kayu.
  • Pembahasan tidak berputar-putar, fokus pada pokok bahasan.

 

Lampiran: Gambaran singkat tentang peran TI dalam penyelidikan (oleh: Letkol Czi. Budiman).

PERAN TI DALAM RANGKA LID

Intelijen dan Informasi

Dari sisi teori informasi ada beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam membahas intelijen. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Data : merupakan bahan-bahan atau keterangan yang berupa cetakan, gambar atau sinyal elektronik, atau keterangan-keterangan lisan..

2. Informasi : merupakan data yang sudah disusun, diolah, untuk menghasilkan laporan yang sifatnya masih umum. Ini dapat berupa laporan berupa multimedia, laporan dengan grafik, gambar, peta dan sebagainya.

3. Intelijen : merupakan suatu produk atau informasi yang sudah dibuat sedemikian rupa untuk mendukung suatu pengambilan keputusan oleh pihak tertentu / pengguna.

Dengan kata lain ternyata intelijen adalah sama dengan informasi, hanya saja lingkupnya lebih sempit. Informasi merupakan semua data yang sudah diolah sedangkan Intelijen adalah informasi yang sudah dievaluasi guna pengambilan keputusan tertentu. Biasanya intelijen / informasi ini mempunyai klasifikasi.

Berdasarkan pengertian tersebut maka keputusan yang baik harus didukung oleh intelijen (informasi) yang baik. Informasi yang baik dihasilkan dari skema Input, Proses, Output (IPO) yang baik pula. Jadi mutu intelijen tergantung pada, Pertama apakah masukannya (Input) sesuai permintaan apa tidak, atau dalam bahasa intelijen apakah Unsur Utama Keterangan (UUK) yang diterima benar apa tidak. Kedua apakah pengolahannya (Proses) dilakukan dengan benar. Dalam bahasa intelijen proses pengolahan ini harus didukung oleh informasi yang cukup, kemampuan analis, teknik kompilasi, dan teknik analisis yang baik. Dan yang paling penting proses ini dilakukan oleh suatu badan tersendiri yang berbeda dengan yang mengumpulkan keterangan agar tidak terjadi bias. Ketiga, apakah hasil (Output) dimanfaatkan secara tepat. Keempat apakah waktunya tepat (timeliness). Waktu ini sangat krusial karena walaupun informasi itu baik kalau diberikan tidak tepat waktu apalagi terlambat menjadi tidak ada artinya.

Ruang Lingkup Intelijen

Dalam dunia intelijen kita ada tiga kegiatan pokok yang dilakukan yaitu yang dikenal sebagai Lid Pam Gal atau Penyelidikan (positive clandestine intelligence?), Pengamanan (counter intelligence), dan Penggalangan (psychological operations). Dalam konteks ini maka ada pihak yang ingin diselidiki, diamankan, dan digalang atau dengan kata lain perlu definisi yang jelas tentang siapa lawan dan siapa bakal lawan. Dalam konteks perkembangan teknologi informasi paradigma ini menjadi kurang tepat karena saat ini definisi lawan dan bakal lawan sudah tidak jelas lagi. Paradigma tersebut adalah produk saat terjadinya perang dingin dimana lawannya jelas dari kelompok komunis dan ekstrim yang lainnya dan kegiatannya pun masih jelas dengan penggunaan senjata pemusnah massal. Sementara seiring dengan kemajuan teknologi pembagian lawan / hakekat ancaman dapat digolongkan menjadi empat kelompok yaitu militer dengan sistem yang canggih dengan dukungan logistik yang sangat kuat ( the high-tech brute ), gabungan antara para penjahat dan teroris ( the low-tech brute ), kelompok massa tanpa senjata yang biasanya didorong oleh faktor agama, ideologi / SARA (the low-tech seer ), dan gabungan antara para penjahat informasi dan spionase ekonomi (the high-tech seer) ( The Transformation of War and the Future of the Corps -- Robert D. Steele ).

Dalam era informasi saat ini, intelijen tidak lagi berkutat pada masalah bagaimana menembus suatu jaringan informasi rahasia dalam rangka pengumpulan data / keterangan tetapi lebih pada bagaimana memisahkan / mencari informasi yang berguna dari banjir informasi yang tersedia secara bebas terutama dari sumber elektronis. Demikian pula intelijen (informasi) sudah kurang lagi dikelompokkan menjadi berklasifikasi atau tidak tetapi lebih pada apakah itu tepat waktu, tepat sasaran dan berguna bagi pengguna.

Dengan demikian dari pandangan intelijen sebagai badan yang perlu ditinjau kembali adalah dari sisi teknik penyelidikan (terutama teknik pengumpulan keterangannya) dan penggalangannya (dengan menggunakan konsep perang informasi).

Penyelidikan

Dalam kegiatan ini di lingkungan TNI AD mempunyai badan-badan seperti Denintel sampai unit intel dibawahnya. Maksud dari kegiatan ini secara lebih spesifik adalah untuk memperoleh informasi sesuai UUK untuk tujuan cegah dini dan peringatan dini. Dalam konsep yang maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi banyak sarana yang dapat digunakan dalam konteks Open Source Intelligence.

Dengan kemajuan teknologi informasi maka dari sisi teknik pengumpulan keterangan ada konsep yang dikenal sebagai Open Source Intelligence. Konsep ini sangat relevan karena sangat murah biayanya dan informasi yang dihasilkan sangat signifikan. Berkaitan dengan unsur utama keterangan yang akan dikumpulkan maka jenis informasi ditinjau dari sudut pandang sumbernya dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1. Informasi yang sifatnya terbuka (Open Source Information) yang dapat diperoleh dengan biaya yang sangat murah misalnya dari koran, penerbitan, barang barang cetakan, informasi di internet dan sebagainya.

2. Informasi yang setengah terbuka (Open Proprietary Information) yang dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak-pihak tertentu yang ingin kita selidiki, misalnya membeli peta atau membeli peluru kendali dari negara tertentu untuk mengetahui cara kerjanya.

3. Informasi yang tertutup (Closed Proprietary Information) yang hanya dapat diperoleh dari tempat tertentu yang ingin dijadikan target, kadang-kadang susah untuk memperolehnya dan memerlukan kegiatan spionase, misalnya akan mencuri suatu desain kendaraaan perang ataupun source code dari program komputer.

4. Informasi yang berklasifikasi (Classified information) ini diperoleh dari kegiatan mata-mata, satelit dengan menggunakan agen, dan resiko memperolehnya sangat tinggi.

Pencarian keterangan dalam konsep open source intelligence dapat dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari memanfaatkan manusia (human sources), barang cetakan (hard copy), microfiche, dan data elektonis. Khusus untuk manusia ada beberapa sumber dimana kita dapat memperoleh informasi dengan akurat yaitu akademisi, jurnalis, operator (juru bicara) dari suatu organisasi, dan para pimpinan atau calon pimpinan suatu organisasi. (Konsep tentang open source intelligence dan penjelasan tipe manusia (human sources) ini akan ditulis dalam artikel tersendiri). Namun demikian konsep ini mempersyaratkan seorang agen atau analis dengan kualitas baik dengan penguasan teknologi, teknik pencarian informasi (information searching), berwawasan luas serta menguasai bahasa asing.

Untuk menunjukkan bahwa informasi (intelijen) yang diperoleh dari sistem ini sangat penting dan menentukan dalam pengambilan keputusan, sebagai contoh, Amerika Serikat saat ini mengalokasikan anggaran untuk open source intelligence (OSINT) sebesar 80 persen, sepuluh persen untuk classified intelligence, dan sepuluh persen lainnya untuk proprietary intelligence.

Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung peyelidikan.

Ada banyak teknologi yang sekarang ini tersedia dengan relatif murah dan bahkan gratis. Dalam konteks internet maka ada beberapa teknologi yang dimanfaatkan. Yang terpenting dalam mencari informasi di internet adalah penggunaan mesin pencari (search engine). Penggunaan search engine yang tepat akan dapat memperoleh informasi yang cepat. Misalnya untuk mencari tokoh yang sangat berpengaruh, kita bisa menggunakan http://www.googlism.com/. Dengan mesin itu kita bisa mencari tokoh-tokoh yang berpengaruh dengan mudah, bahkan untuk tahu mengenai kapan dan dimananya dapat diperoleh dengan mesin pencari ini.

Untuk mencari informasi yang umum dengan cepat dapat menggunakan http://www.google.com/, http://www.answers.com/, http://ask.com/ . Dengan mesin pencari ini dengan mengetahui trik mencari informasi dengan cepat maka kita dapat mencari informasi yang kita inginkan sesuai dengan keinginan kita dengan mudah. Kuncinya adalah harus mengetahui teknik-teknik mencari informasi dengan tepat. Karena apabila tidak tahu tekniknya akan memerlukan waktu yang sangat lama.

Ada aplikasi lain yang dapat dengan mudah dijalankan yaitu dengan Google Earth, denga perangkat lunak ini kita bisa mencari informasi tentang suatu posisi dengan mudah dan dalam bentuk tiga dimensi. Perangkat ini sangat membantu dalam kegiatan Matbar yang begitu penting dalam siklus intelijen (RPI).

Bahkan sekarang ini dengan menggunakan handphone yang murah tanpa harus membeli Blackberry dapat menikmati fasilitas push email dengan memanfaatkan software dari seven.com dengan biaya yang relatif jauh lebih murah.

Baca selengkapnya . . .