21 Maret 2009

Esai: Pengetahuan dan Pedoman Menulis

Apakah esai itu ?

     Menurut Lucile Vaughan Payne dalam bukunya “ The Lively Art of Writing “, esai bukanlah sekedar rekaman fakta-fakta atau hasil imajinasi murni, seberapapun lengkap dan cermatnya penulis menulis ulang semua fakta tersebut sekalipun dengan bahasanya sendiri. Esai bukan juga semata kejadian atau pengalaman yang dituliskan, tak peduli betapa nyata, cerdas, menyentuh, berurutan, jelas, rinci dan lengkapnya tulisan itu. Esai sebenarnya adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya ( opini/pandangan penulis yang diekspresikan melalui tulisan ). Payne juga mengatakan bahwa sebuah esai akan lebih baik apabila penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini / pandangan. Esai bisa berbentuk sederhana sampai yang sangat kompleks, namun esai tetap akan menunjukkan sebuah opini pribadi sebagai analisa akhir. Inilah perbedaan mendasar antara esai dengan tulisan ekspositoris atau sebuah laporan. Sebuah esai tidak hanya sekedar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; esai menyelipkan opini/pandangan penulis diantara fakta-fakta dan pengalaman tsb.

     Pengertian esai lainnya disampaikan oleh Samuel Johnson (2007) dalam “ Writing Essays “. Johnson mendefinisikan, esai adalah suatu bentuk tulisan yang memiliki struktur/susunan dan aturan penulisan tertentu. Johnson juga mengatakan bahwa esai yang baik membawa pembaca kepada sesuatu yang berguna atau penting melalui penyampaian secara jelas dengan cara yang logis, saling berhubungan satu dengan yang lainnya ( coherent ) serta alur tulisannya mudah diikuti ( easy to follow ). Ada juga pengertian yang mengatakan sebuah esai adalah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulisnya tentang subyek tertentu. Adapun pengertian esai yang diajarkan kepada Pasis Seskoad, esai adalah bentuk tulisan bebas digunakan untuk menyampaikan pendapat dengan tujuan dan kegunaan tertentu seperti untuk surat kabar, majalah, sinopsis, timbangan buku atau keparluan laporan. Sementara pengertian esai yang diajarkan kepada siswa KSPS, esai adalah salah satu bentuk tulisan atau model penulisan yang bersifat bebas, artinya tidak ada aturan baku yang mengikat, sehingga penulisan esai sangat bervariasi tergantung karakter dan keinginan penulisnya.

     Terjadinya beragam pengertian tersebut sangat memungkinkan mengingat belum adanya definisi baku/pasti tentang apa itu esai. Kita juga akan mengalami kesulitan untuk membedakan antara esai dan bukan esai, mengingat pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering tidak lengkap dan terkadang bertolak belakang. Misalnya mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang dan singkat; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian; dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur; daftar pustaka ada yang menyatakan tidak perlu dicantumkan diakhir tulisan karena sudah dimuat didalam tulisan berupa catatan perut, ada juga yang menyatakan perlu dicantumkan sekalipun sudah dimuat sebagai catatan perut.

Sejarah Esai.

     Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

     Lalu bagaimana pengertian esai menurut Montaigne? Montaigne menuliskan sikap dan pandangannya mengenai esai melalui deskripsi-deskripsinya yang tersirat, sahaja, rendah hati tetapi jernih dalam sebuah kata pengantar bukunya: "Pembaca, ini sebuah buku yang jujur. Anda diperingatkan semenjak awal bahwa dalam buku ini telah saya tetapkan suatu tujuan yang bersifat kekeluargaan dan pribadi. Tidak terpikir oleh saya bahwa buku ini harus bermanfaat untuk anda atau harus memuliakan diri saya. Maksud itu berada di luar kemampuan saya. Buku ini saya persembahkan kepada para kerabat dan handai taulan agar dapat mereka manfaatkan secara pribadi sehingga ketika saya tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (suatu hal yang pasti segera mereka alami), dapatlah mereka temukan di dalamnya beberapa sifat dari kebiasaan dan rasa humor saya, dan mudah-mudahan, dengan cara itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh tentang diri saya tetap awet dan selalu hidup" (dari "To The Reader").

     Kemudian, pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon menjadi Esais Inggris pertama. Bukunya berjudul Essay. Bentuk, panjang, kejelasan, dan ritme kalimat dari esai ini menjadi standar bagi esais-esais sesudahnya. Ada beberapa esai yang formal, dan ada beberapa esai lain yang bersifat informal. Bentuk esai informal lebih mudah ditulis karena lebih bersifat personal, jenaka, dengan bentuk yang bergaya, struktur yang tidak terlalu formal, dan bertutur. Bentuk esai formal lebih sering dipergunakan oleh para pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Formal esai dibedakan dari tujuannya yang lebih serius, berbobot, logis dan lebih panjang.

     Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerang-jelaskan rumusan esai.

Tipe Esai.

Esai Deskriptif: esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas ke bawah, dekat ke jauh, arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan rincian yang dirasakan melalui penginderaan.

Esai ekspositori: esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya.

Esai naratif: esai ini menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu.

Esai persuasif: esai ini bertujuan untuk mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan kepentingannya.

Esai dokumentatif: memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas tertentu.

Struktur Esai.

     Esai terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: pendahuluan, tubuh dan penutup. Bagian pendahuluan memuat 2 substansi, yaitu: upaya menarik perhatian pembaca dan pernyataan fokus (pokok persoalan) yang akan dibahas. Ada beberapa strategi untuk menarik perhatian pembaca, antara lain: awali dengan pertanyaan; awali dengan fakta yang mengejutkan; awali dengan kutipan/pernyataan; awali dengan anekdot. Hampir semua tulisan memiliki fokus/pokok bahasan/pokok pesoalan, berupa kalimat yang menyatakan apa yang menjadi fokus tulisan. Biasanya untuk esai naratif dan esai ekspositori menggunakan rumusan persoalan (thesis statement) sementara untuk esai persuasif menggunakan pernyataan opini (opinion statement). Pokok persoalan biasanya didukung dengan beberapa pokok pikiran/pikiran utama yang berfungsi memberi arah tentang hal yang akan dibahas dalam tulisan (menjelaskan tentang tesis/pokok persoalan)

     Bagian tubuh biasanya terdiri dari beberapa paragraf, tergantung jumlah pokok pikiran. Masing-masing pokok pikiran didukung oleh beberapa pikiran pendukung untuk memperjelas pokok pikiran. Apabila pokok pikiran diuraikan dalam satu paragraf, dalam hal ini pokok pikiran berfungsi sebagai kalimat topik (topic sentence) dalam paragraf. Setiap paragraf akan memiliki kalimat topik sendiri yang membahas pokok pikiran, kalimat topik juga harus didukung dengan beberapa kalimat pendukung. Ingat, setiap paragraf hanya memuat 1 gagasan pokok. Teknik penulisan paragraf: awali dengan kalimat topik; tambahkan rincian pendukung (fakta, bukti, pernyataan dsb); gunakan transisi untuk menghubungkan ide/pemikiran; akhiri dengan kalimat penutup. Transisi adalah kata atau kelompok kata (yang tidak bersubyek dan berpredikat) sebagai penghubung ide/pemikiran. Transisi digunakan ketika akan: menunjukkan lokasi/tempat, menunjukkan waktu, membandingkan pemikiran, menunjukkan perbedaan, menekankan sesuatu hal, menyimpulkan atau merangkum, menambahkan informasi, klarifikasi. Kata/kelompok kata yang biasa digunakan, antara lain: diatas, kemuaian, seperti, walaupun, lagi, akhirnya, sebagai tambahan, sebagai contoh, dsb. Penggunaan transisi dapat di dalam paragraf, untuk menghubungkan rincian pendukung, ataupun antara paragraf, untuk menghubungkan pokok pikiran/pikiran pendukung.

     Bagian penutup merupakan paragraf akhir suatu esai, biasanya berisi: pernyataan ulang fokus bahasan/pokok persoalan; merangkum pokok-pokok pikiran atau alasan; meninggalkan pembaca untuk berpikir tentang topik yang dibahas ataupun tindak lanjutnya. Pada esai persuasif biasanya termasuk ajakan/seruan untuk bertindak.

Pedoman Menulis Esai bagi Pasis.

     Agar pasis mampu menulis sebuah esai yang efektif, pasis harus memahami proses dan format penulisan dengan tujuan: agar pasis mampu menuangkan gagasan/pemikirannya secara jelas; dan pasis mampu memenuhi persyaratan teknik menulis yang ditentukan lembaga. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan pasis dapat memanfaatkan proses untuk menyusun komposisi, mengikuti format dalam esai, dan menghindari kesalahan-kesalahan dalam struktur penulisan. Proses menulis meliputi: memahami penugasan, mengumpulkan informasi, mengembangkan ide/gagasan, menentukan maksud/tujuan menulis, menyusun rumusan persoalan, membuat rencana, menuangkan komposisi, memeriksa dan memperbaiki komposisi. Adapun format penulisan meliputi ketentuan-ketentuan menulis: pendahuluan, tubuh dan penutup.

Proses penulisan esai.

Memahami penugasan, untuk dapat memahami penugasan pasis dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: apa tugas saya sebenarnya ?, apa pokok bahasannya ?, berapa jumlah halaman yang diminta ?, kapan batas waktu penyerahan tulisan ?, apakah perlu melakukan riset ?, apakah harus bekerja sendiri atau dalam hubungan kelompok ?, format apa yang harus digunakan ?.

Mengumpulkan informasi, pasis perlu menemukan informasi/referensi yang relevan. Pengumpulan informasi/referensi dapat dilakukan melalui: buku perpustakaan, internet, wawancara, pengalaman pribadi, koran, majalah, bahan kuliah, diskusi.

Mengembangkan ide/gagasan, untuk dapat mengembangkan gagasan pasis harus mengetahui apa yang akan ditulis. Untuk menjawab ini dapat dilakukan melalui: tukar pikiran/brainstorming, mendata, memetakan, dsb.

Menentukan maksud/tujuan penulisan, untuk dapat menentukan maksud/tujuan penulisan, pertama-tama pasis harus mempunyai alasan menulis; berikutnya, pertimbangkan penugasan, kemampuan, kepentingan dan tingkat pengetahuan; kemudian, cari hubungan antara ide/gagasan dengan informasi/referensi; terakhir, tanyakan kepada diri, apakah yang ingin saya capai ?, apa yang ingin saya tunjukkan ?.

Menyusun rumusan persoalan/tesis, pernyataan rumusan persoalan/tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang hendak disampaikan penulisnya. Pernyataan rumusan persoalan/tesis terdiri dari 2 bagian: bagian pertama menyatakan topik (misal: Disiplin tempur . . . ., Pemberdayaan wilayah pertahanan . . . . ), bagian kedua menyatakan poin-poin esai (misal: Merupakan syarat pokok keberhasilan di daerah operasi, Belum sepenuhnya dipahami oleh Perwira TNI AD). Dalam merumuskan persoalan, pasis harus mengetahui apa topik yang akan dibahas. Biasanya topik telah diberikan dalam penugasan pasis, namun sebelum melangkah lebih lanjut pasis harus memikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan ditulis. Apakah berupa tinjauan umum atau menganalisis topik secara khusus. Bila ingin melakukan analisis khusus, maka topik harus benar-benar spesifik. Apabila topik yang diberikan masih terlalu umum maka pasis harus mempersempit topik untuk lebih mempertajam pembahasan. Apabila topik belum diberikan, pasis memiliki kebebasan untuk memilih topik, namun hal ini akan terasa menyulitkan bila belum terbiasa. Selanjutnya pasis harus menanyakan apa yang pasis yakini dengan topik tersebut, dan apa ide/gagasan murni pasis berkenaan dengan topik tersebut, bagaimana pasis dapat mendukung ide/gagasan dengan bukti dan logika. Pengetahuan dan cara menuangkan merupakan pandangan pasis tentang topik tersebut.

     Sekarang tuliskan rumusan persoalan dan periksalah kembali. Rumusan persoalan harus: jelas, dalam kalimat yang lengkap; spesifik, tidak terlalu umum; dapat didukung dengan bukti/referensi; kuat, tidak meragukan; satu kesatuan (coherent), tidak bercampur dengan topik.

     Dalam menyusun rumusan persoalan hindari: pertanyaan-pertanyaan, penilaian-penilaian, perasaan/prasangka, fakta, ide orang lain, pandangan religius.

Membuat rencana (out line), tujuan membuat rencana esai adalah untuk meletakkan ide-ide tentang topik dalam sebuah format yang terorganisir. Bagaimana pasis dapat mengorganisir ide/gagasan ?: Mulailah dengan menulis topik di bagian atas; kemudian tuliskan angka romawi I, II, III dibagian kiri halaman dengan jarak yang cukup lebar; Selanjutnya tuliskan garis besar ide tentang topik yang dimaksud (jika pasis hendak mencoba meyakinkan, berikan argumentasi; jika hendak menjelaskan suatu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga mudah dipahami; dst); Kemudian pada masing-masing angka romawi tuliskan A, B dan C secara menurun disisi kiri halaman. Tuliskan fakta/informasi yang mendukung ide utama. Hubungan antara ide dengan fakta/informasi biasanya dalam pola: umum - spesifik, sebab - akibat, persamaan - perbedaan, kategori - klasifikasi, proses - kronologi, persoalan - solusi, pokok pikiran - pikiran pendukung; Kemudian, tuangkan rencana kedalam kerangka untuk menuntun bagaimana pasis menunjukkan pokok persoalan. Rangkaikan ide dalam urutan yang logis, sbb:

I.   Pendahuluan dengan rumusan persoalan/tesis.

II.  Tubuh/inti

A.  Pokok pikiran 1 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

B.  Pokok pikiran 2 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

C.  Pokok pikiran 3 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

D.  Dst

III.  Penutup

     Selanjutnya, periksalah susunan, urutan, dan pendukungnya,sbb: apakah dukungan cukup ?, apakah dukungan seimbang ?, apakah setiap pikiran mendukung tulisan ?, apakah ide sudah tersusun dalam urutan yang logis ?, apakah saya mempertimbangkan pandangan yang berbeda ?, apakah saya sudah cukup menganalisis topik, apakah alasan dan bukti sudah mendukung/membenarkan pemikiran saya ?.

Menuangkan komposisi, bagaimana membuat tulisan pertama ?: Pertama, fokus. Ingat apa tujuan, tulis rumusan persoalan di bagian atas, ikuti kerangka yang telah dibuat. Kemudian, tulislah segera, perbaiki nanti. Selanjutnya, tulislah bagian tubuh/inti terlebih dahulu, lalu pendahuluan dan kesimpulan. Terakhir, periksa dan perbaiki komposisi: Tinggalkan dan tunggu 24 jam; Bayangkan pasis sebagai dosen, lalu baca draft/tulisan: pertama, periksa kejelasan rumusan persoalan, alasan yang baik dengan dan urutan yang mendukung/logis; kedua, periksa mekanisme; ketiga, periksa gaya bahasa. Lalu: tulis ulang, tulis ulang, tulis ulang.

Format penulisan esai.

Pendahuluan, merupakan permulaan tulisan, untuk menarik perhatian pembaca serta menyampaikan rumusan persoalan (Tesis), rumusan persoalan menunjukkan sejauh mana pemahaman terhadap persoalan, memperkirakan inti tulisan, hanya satu paragraf.

Tubuh/inti, merupakan inti dari tulisan. Terdiri dari beberapa paragraf, dimana masing-masing paragraf memuat kalimat topik/pokok pikiran/pikiran utama, dan pikiran utama memuat beberapa pikiran pendukung (menjelaskan pikiran utama dengan fakta, contoh dan penjelasan). Inti tulisan harus dapat menjelaskan dan membuktikan rumusan persoalan/tesis dengan alasan yang jelas dan menyeluruh serta urutan yang logis.

Kesimpulan, merupakan penutup tulisan, hanya satu paragraf. Kesimpulan menyatakan kembali rumusan persoalan, atau merangkum pokok-pokok pikiran/pikiran utama, ditutup secara mulus dan bersifat positip. Membuat agar pembaca ingat.

Penggunaan referensi dan daftar pustaka.

Mengapa perlu referensi, ketika kita menulis sebuah esai, laporan, desertasi atau bentuk tulisan ilmiah, penuangan pemikiran dan gagasan kita tidak dapat dilepaskan dari pemikiran penulis lain, para peneliti, para dosen. Pemikiran maupun penelitian pihak lain akan memperkaya tulisan kita. Karena bukan milik kita, maka apa yang kita ambil harus kita beritahukan. Oleh karenanya sangat penting untuk menyertakan sumber data, penelitian, pemikiran pihak lain yang kita gunakan untuk memperkaya tulisan kita. Penggunaan referensi akan menunjukkan kepada pembaca yang mana ide/gagasan murni kita, dan yang mana ide/gagasan yang bukan milik kita, pembaca juga akan mudah untuk menelusuri rincian pemikiran/fakta melalui referensi yang kita rujuk.

Mereferensi menggunakan footnotes (catatan pada bagian kaki halaman) dan endnotes (catatan pada bagian akhir pekerjaan/kalimat). Beberapa disiplin ilmu ada yang lebih suka menggunakan footnotes atau endnotes untuk merujuk sumber referensi yang digunakan. Sekalipun gaya masing-masing penulis berbeda dalam sistem "penulis, tanggal" (author, date system) namun dari sisi tujuan untuk merujuk sumber ide/data/kutipan tanpa interupsi yang tidak semestinya terhadap tulisan, adalah sama. Sumber kutipan diakhir kalimat dibuat seringkas mungkin, hanya penulis dan tanggal, sumber secara lengkap dibuat dalam daftar pustaka ( Samuel, Johnson. 2007)

Tentang paragraf karya ilmiah ( tambahan)

     Sebagai orang awam tentunya tidak terlalu sulit untuk menunjukkan apa yang disebut paragraf, namun jika diminta untuk menjelaskan apalagi mendefinisikan, tidak semua orang dapat melakukannya.

     Dari segi wujudnya, paragraf adalah bagian dari wacana tertulis. Wacana lisan tidak mengenal istilah paragraf. Paragraf dimulai dengan baris baru yang dibentuk dengan indentasi (Marahimin,1994:28), tulisan dibuat menjorok kedalam sejauh 2,3 atau 5 ketukan. Paragraf juga dapat dikenali dari jarak spasi. Jarak spasi antara 1 paragraf dengan paragraf lain lebih banyak bila dibandingkan jarak antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam 1 paragraf. Wujud penanda lainnya adalah kalimat. Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat, tidak ada ketentuan baku tentang berapa jumlah kalimat dalam 1 paragraf. Dalam penulisan bersifat ilmiah, jumlah kalimat dalam 1 paragraf dipengaruhi oleh pertimbangan rasional-ilmiah dan pertimbangan praktis.

     Kalimat-kalimat yang membangun sebuah paragraf harus saling berhubungan satu dengan lainnya. Paragraf dibangun oleh " himpunan kalimat yang bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan " (Keraf, 1989:62). Pertalian ini menghasilkan gagasan yang utuh dan lengkap sehingga pembaca memperoleh pengertian yang utuh, lengkap dan jelas tentang satu masalah dalam paragraf tsb.

     Ada 3 syarat yang dibutuhkan untuk menyusun paragraf tulisan bersifat ilmiah: (1) Dalam 1 paragraf hanya terdapat 1 gagasan pokok; (2) Kalimat-kalimat dalam paragraf bertalian atau berhubungan satu sama lain secara erat; (3) Pengurutan gagasan-gagasan pendukung (untuk menunjang gagasan pokok) dalam paragraf diwujudkan dengan penataan kalimat yang teratur. Ketiga faktor ini biasa diistilahkan dengan kesatuan, kepaduan dan pengembangan paragraf. Kesatuan paragraf. Paragraf karya ilmiah yang baik hanya memiliki 1 gagasan pokok. Gagasan pokok tersebut dimuat dalam sebuah kalimat. Kalimat yang memuat gagasan pokok paragraf biasa disebut kalimat topik (topic sentence). Selain kalimat topik, sebuah paragraf karya ilmiah juga harus dilengkapi dengan kalimat (-kalimat) penjelas yang disusun untuk memperjelas isi dan pengertian kalimat topik. Banyaknya kalimat penjelas dalam peragraf tergantung pada penulis, apakah serangkaian kalimat penjelas sudah dapat menjelaskan gagasan pokok dalam paragraf. Penempatan kalimat topik bisa diawal ataupun pada akhir paragraf, ada juga yang menempatkan kalimat topik diawal dan diulangi diakhir paragraf untuk mempertegas kembali. Selain paragraf dengan kalimat topik, pada paragraf karya ilmiah juga digunakan paragraf naratif dan paragraf deskriptif. Pada kedua paragraf ini, tidak terdapat kalimat topik, karena semua kalimat berfungsi sama.

Kepaduan paragraf, hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas dalam sebuah paragraf harus ditata dengan baik untuk memperoleh paragraf yang padu. Ada 2 sarana pokok yang biasa digunakan untuk membangun hubungan antar kalimat dalam paragraf, yaitu dengan: pengulangan (repetisi) dan konjungsi. Pengulangan dapat berupa pengulangan kata, pengulangan ide, dll. Konjungsi biasanya menggunakan kata/frase penghubung, seperti: sejak, walau demikian, sebaliknya, dalam medan sesulit itu, dsb. Selain dengan pengulangan dan konjungsi, hubungan antar kalimat dan antar gagasan dalam satu paragraf juga dapat dibuat lebih padu dengan menggunakan kata tunjuk (itu, tersebut, demikian, dsb).

Pengembangan paragraf (pengurutan gagasan bawahan), gagasan pokok dalam paragraf diperjelas atau ditunjang oleh gagasan-gagasan bawahan yang dimuat dalam kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas ditata dan disusun menurut satu model atau pola tertentu. Beberapa model yang dapat digunakan untuk mengembangkan gagasan pokok sebuah paragraf, diantaranya: Deskripsi, dapat berupa pemerian ( penggambaran, pendefinisian) seseorang, sebuah ruang, sebuah benda, suasana, perasaan, dsb; Contoh, sebuah gagasan dapat menjadi lebih jelas jika didukung dengan contoh atau ilustrasi; Definisi luas, biasa digunakan untuk menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi sehingga perlu ada penjelasan. Bentuknya buka semata definisi, melainkan definisi yang disertai penjelasan tambahan sehingga menjadi paragraf yang utuh dan jelas; Analisis atau uraian, penulis memerikan sesuatu kedalam unsur-unsur yang membangunnya agar lebih mudah dipahami; Klasifikasi, mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan kedalam satu kategori sehingga hubungan diantara berbagai hal itu menjadi jelas; Perbandingan dan pertentangan, dalam perbandingan unsur yang sama dari 2 hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan. Sementara dalam pertentangan, unsur yang membedakan 2 hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan; Sebab-akibat, paragraf model ini menguraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi, atau sebaliknya diuraikan dulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya; Proses, pengembangan paragraf dengan model ini berupa uraian tentang proses terjadinya sesuatu. Dalam model ini ada urutan dari tindakan menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

Disarikan dari berbagai sumber:

1.  Guide to Writing Basic Essay, Index of Literary Terms.

2.  Some Tips on Writing Papers of History Course.

3.  A Process and A Format for Writing Academic Essays at CGSC.

4.  Learning Essentials for Microsoft Office, Student Edition.

5.  Samuel, Johnson. 2007. Writing Essays. Internet.

6.  Payne, Lucile Vaughan. 1965. What is An Essay?. Artikel. The Lively Art of Writing. London: Follet Publishing Company.

7.  Sumadiria, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis & Jurnalis Profesional. Cetakan kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

8.  Yunita T. Winarno, Totok Suhardiyanto, Ezra M. Choesin. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 

CATATAN:

Untuk Pasis Seskoad telah diajarkan esai dengan sisi tinjauan yang mungkin sedikit berbeda dengan yang diuraikan di atas. Semua adalah dalam rangka memperkaya pemahaman dan wawasan, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan telah berkembang demikian pesatnya. Kita harus mau membuka cakrawala wawasan seluas mungkin agar kita semakin mengerti betapa sebenarnya kita sarat dengan kekurangan.

( Letkol Czi. Heri Marjaga Siagian )



Baca selengkapnya . . .

14 Maret 2009

Petunjuk Perencanaan (Jukcan)

Teori dasar : (Bujuklap tentang Komando Pengendalian Operasi - Skep Kasad No: Skep/34/I/1986 tanggal 14 Januari 1986)

1.  Jukcan komandan biasanya berisi:

a.  Tugas pokok nyataan kembali (tunyali) sebagai hasil ATP komandan.

b.  Rencana umum komandan.

c.  Hal yang dianggap komandan penting yang harus diperhatikan secara khusus oleh para perwira staf.

d. Bila dikehendaki komandan cara bertindak yang perlu dikembangkan.

Pada tahap ini komandan belum akan memilih suatu cara bertindak tertentu, karena pemilihan itu akan mengakibatkan perkiraan staf tidak obyektif, kecuali komandan atasan secara khusus menentukan cara bertindak tertentu yang harus  digunakan oleh satuan yang bersangkutan.

2.  Keluasan dan kedalaman jukcan komandan untuk stafnya berbeda-beda. Hal ini tergantung dari tupok yang diterima, jumlah dan kualitas keterangan yang ada, keadaan yang dihadapi dan pengalaman komandan yang bersangkutan. Faktor seperti pengalaman staf, pengetahuan staf tentang satuan bawahan, medan, musuh dan hubungan antara staf dengan komandan akan banyak pula mempengaruhi kualitas jukcan komandan

3.   Pada mulanya jukcan komandan biasanya sifatnya masih kurang lengkap, akan tetapi dengan didapatnya lebih banyak keterangan, maka petunjuk ini akan dikembangkan dan diperluas.

4.   Jukcan komandan ini sebenarnya tidak terbatas pada suatu langkah tertentu saja pada urutan tindakan dalam pengambilan keputusan, tetapi yang harus diperhatian adalah: bahwa jukcan harus mendahului dan merupakan landasan bagi perkiraan staf.

5.   Meskipun bentuk baku jukcan tidak ada, tetapi biasanya akan meliputi:

a.  Pengantar.

b.  Tugas pokok nyataan kembali.

c.  Keadaan yang dianggap penting tentang: musuh; medan atau daerah operasi; pasukan tetangga; perkuatan yang diterima.

d.  Rencana keinginan atau konsep umum komandan yang harus dikembangkan oleh staf, hal ini dapat terdiri dari: rencana taktis secara umum termasuk penggunaan bantem, banpur dan gerilya; pemanfaatan perlawanan atau bantuan rakyat (teritorial); bantuan administrasi.

e.  Penekanan lainnya yang diperlukan seperti: keterangan-keterangan lain yang diperlukan (UUK dan PIL) untuk melengkapi pengambilan keputusan komandan nantinya; faktor pengamanan baik selama perencanaan maupun selama  operasi berjalan; penekanan tentang personel dan logistik; bantuan terhadap rakyat, penyaluran pengungsi dan lain-lain yang dianggap perlu.

f. Penutup yang dapat meliputi tentang: pengeluaran perintah peringatan atau persiapan; kesempatan bertanya; penentuan saran staf masuk.

6.   Apabila keterangan atau informasi yang diperlukan lebih pasti sudah didapat, suatu jukcan dapat diberikan lagi (tidak terbatas pada satu kali saja).

7.    Dalam membagi waktu yang tersedia, komandan memperhitungkan atau mempertimbangkan: waktu yang tersedia bagi markas komando yang bersangkutan dalam menyelesaikan perencanaannya, biasanya 1/3 dari waktu yang tersedia dipakai untuk perencanaan; operasi pada saat  itu yang meliputi tentang musuh, medan, jenis atau macam operasi, jarak pos komando dan pos komando atasan,  pengintaian atau rencana pengintaian yang diperlukan; kemampuan perwira staf yang bersangkutan dalam penyelesaian rencananya baik berdasarkan pengalaman operasi maupun latihan-latihan.

 

Contoh Jukcan Komandan dalam Aksi Hambat.

Pengantar:

     Para perwira staf sekalian, saya baru kembali dari markas Brigade menerima perintah operasi dari Komandan Brigade. Saya telah mempelajari tugas ini dengan seksama dan pada kesempatan yang baik ini, kalian saya kumpulkan untuk menerima petunjuk-petunjuk saya berkaitan dengan tugas yang akan kita laksanakan. Cermati apa yang saya sampaikan, jadikan dasar dan pedoman kalian dalam merencanakan operasi. Kesempatan bertanya saya berikan setelah saya selesai menyampaikan petunjuk.

1.  Tugas Pokok. Yonif 357/Tual dengan perkuatannya melaksanakan aksi hambat mulai 100600 MEI 202H disepanjang poros SABANDAR – KARI – MADI, menghambat dan menahan gerak maju musuh di GH I (TAJI MALELA Kompleks) selama 5 hari, menahan dan menghambat gerak maju musuh di GH II (TAPAK SUCI Kompleks) selama 5 hari dalam rangka pertahanan Brigif 35/Spirit.

2.   Situasi.

a.    Musuh. Musuh yang kita hadapi adalah Menif 555 Negasor dengan perkuatannya terdiri dari 3 Yonif, yaitu: Yonif 5551, Yonif 5552, Yonif 5553(-), diperkuat Ki Kav Tank 251, Yon Armed 251/76, Rai Arh 263/RBS, Ki Zipur 27 dan unsur Banmin serta dibantu tembakan udara yang berusaha merebut dan menduduki KOTA GARAPAK, kekuatan mereka saat ini 90%, moril dan semangat bertempur tinggi.

b.    Kawan.

1)  Birigif 35/Spirit melaksanakan aksi hambat mulai 100600 MEI 202H disepanjang poros SABANDAR – KARI – MADI, menghambat   dan menahan gerak maju musuh yang akan merebut Kota GARAPAK dalam rangka operasi penindakan Komstra Pajajaran.

2)  Yonif 358/Teung melaksanakan aksi hambat di petak kanan Brigade.

3)  Yonif 356/Teuingeun sebagai cadangan Brigade, berada di belakang kita.

4)  Yon Armed 17/76 BL satuan kita.

  Catatan:

  • Pasukan kawan yang disebutkan adalah: satuan atasan 1 tingkat di atas ; satuan tetangga setingkat yang melaksanakan operasi di sekitar satuan; dan satuan perkuatan yang diterima (bila ada).
  • Tidak ada ketentuan baku untuk mendeskripsikan pasukan tetangga dan perkuatan. Apabila menggunakan pasukan kawan, berarti pasukan tetangga dan perkuatan termasuk di dalamnya. Bisa juga pasukan tetangga dan perkuatan di tulis tersendiri.
  • Yang perlu diperhatikan, jangan sampai petunjuk yang diberikan komandan menimbulkan ketidak-jelasan bagi staf.

c.    Medan.

1) Medan kritik di sepanjang poros SABANDAR – KARI – MADI adalah rangkaian ketinggian Q.123, Q.234, Q.345, .Q.456  dan rangkaian pegunungan Gn. Ciluk dan Gn. Bha.

2) Lindung tinjau dan lindung tembak, berupa hutan Hitaulo dan hutan campuran.

3) Lapangan tinjau dan lapangan tembak sangat ideal baik di  rangkaian ketinggian Q.123, Q.234, Q.345, Q.456 maupun rangkaian pegunungan Gn. Ciluk dan Gn. Bha.

4) Jalan pendekat, tersedia jalan kuda di rangkaian ketinggian Q.123, Q.234, Q.345, Q.456 dan jalan diperkeras yang saling   berhubungan di rangkaian pegunungan Gn. Ciluk dan Gn. Bha.

5) Rintangan alam di depan rangkaian ketinggian Q.123, Q.234, Q. 345, Q.456 berupa persawahan, anak sungai dan saluran irigasi. Adapun di depan rangkaian pegunungan Gn. Ciluk dan Gn. Bha terdapat Sungai Rimba dan 2 anak sungainya, yaitu S.Ular dan S.Kadal.

Catatan:

  • Apabila dalam persoalan diberikan data tentang cuaca dan karakteristi lain ( ideologi, politik, dst) gunakan istilah daerah operasi sebagai ganti medan agar dapat mewadahi aspek cuaca, medan dan karakteristik lain (karla).

3.   Pokok-pokok keinginan saya yang perlu kalian kembangkan:

a.  Saya menginginkan kita dapat menghambat gerak maju musuh  dengan 2 Kompi diperkuat di depan.

b.  Penempatan cadangan dapat mengantisipasi serangan musuh dari lambung kita.

c.   Penggunaan bantem Armed mampu membantu satuan manuver saat menghambat musuh dan melindungi satuan manuver saat mundur ke posisi hambat berikut.

d.    Penempatan satuan tank selain untuk menghadapi tank musuh juga dapat digunakan sebagai lindung tembak saat mundur ke posisi hambat berikut.

e.   Dst.

( Catatan: Seorang komandan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pertempuran biasanya telah memiliki intuisi yang tajam sehingga mampu membayangkan seperti apa operasi nantinya dilaksanakan. Namun demikian komandan masih perlu mempertimbangkan aspek-aspek lain yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan operasi. Apa yang telah tergambar di benak komandan itulah yang menjadi pokok-pokok keinginan komandan, dan aspek-aspek lain yang berpengaruh itulah yang akan dikembangkan staf untuk mendukung apa yang diinginkan komandan. Bisa saja intuisi komandan keliru karena kurangnya data, disinilah perannya staf untuk memberikan masukan agar komandan tidak keliru mengambil keputusan ).

4.    Penekanan kepada staf:

a.  Kepada Kasi Intel.

1)  UUK. Cari keterangan apakah musuh menggunakan poros selain  SABANDAR – KARI – MADI dalam gerak majunya ? Apabila benar, poros mana yang akan digunakan ?

2)  PIL. Cari keterangan apakah musuh akan menyerang melalui  lambung kiri pertahanan kita ?, berapa kekuatannya ?

Catatan: Dalam Bujuklap Dinas Staf Intelijen – Skep Kasad Nomor: Skep/5/I/1986 tanggal 2 Januari 1986, hal 25, tentang pengertian UUK dan PIL, sbb:

  • UUK adalah keterangan-keterangan yang diperlukan berdasarkan prioritas yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang harus dijawab oleh badan-badan pengumpul keterangan. UUK harus dirumuskan secara jelas, singkat dan dalam bahasa sederhana yang bersifat instruktif. UUK pada umumnya menyangkut kemampuan musuh, kelemahan dan kerawanannya, susunan bertempurnya, keadaan medan dan cuaca serta bahan keterangan lain yang diperlukan oleh markas atasan.
  • PIL adalah keterangan-keterangan lain yang diperlukan yang berkaitan dengan UUK dan bersifat memperkuat atau memperlemah. PIL dinyatakan juga dalam bentuk pertanyaan dan menggunakan kalimat yang jelas, singkat serta bahasa yang sederhana.

 

b.  Kepada Kasi Ops.

1)  Satuan manuver agar disusun secara mendalam untuk antisipasi serangan musuh dari lambung kiri.

2)  Penggunaan bantem harus fleksibel dan terkoordinir agar mampu menghadapi musuh dan melindungi pemunduran satuan.

3)  Penggunaan satuan Zipur difokuskan membuat kombinasi  rintangan alam dan buatan untuk menghambat musuh selama mungkin.

4)  Pengerahan pasukan banmin dikoordinir sehingga dapat dengan cepat mendukung kebutuhan logistik satuan.

 

c.  Kepada Kasi Pers.

1)  Pelihara kekuatan satuan sekurang-kurangnya 80 % untuk  melaksanakan operasi.  Gati diprioritaskan pada satuan manuver depan untuk menjaga  keseimbangan pasukan.

2)  Perhatikan pelayanan personel dan  kepemimpinan komandan bawahan agar moril pasukan tetap terjaga terutama saat mendapat tekanan berat musuh.

3)  Berikan pelayanan terbaik kepada prajurit yang luka dan gugur agar moril pasukan tetap terpelihara.

4)  Surat menyurat dari home base jangan sampai mengganggu konsentrasi prajurit dalam melaksanakan tugas.

 

d.  Kepada Kasi Log.

1)  Pendistribusian dan pelayanan logistik agar diatur mengalir dari belakang ke depan untuk mendukung  operasi.

2)  Perhitungkan kemampuan Poslongyon, sarana evakuasi dan kecepatan evakuasi untuk mengantisipasi jatuhnya korban dipihak kita.

     

e.  Kepada Kasi Ter.

1)  Manfaatkan potensi geografi, demografi dan kondisi sosial  yang telah disiapkan oleh komando kewilayahan  secara maksimal untuk mendukung operasi.

2) Penyingkiran penduduk harus sudah selesai selambat-lambatnya pada H-5. Gunakan rute di luar petak operasi agar tidak  mengganggu persiapan operasi serta menghindari adanya penyusupan musuh.

Demikian petunjuk saya, agar dipedomani oleh para staf dalam membuat perkiraan sesuai fungsi masing-masing.

  • Ada pertanyaan ?
  • Sekarang jam . . . . . . (sesuaikan dengan perhitungan atau diberi dalam persoalan)
  • Saran staf saya terima paling lambat jam . . . . . (sesuaikan perhitungan)
  • Selamat bertugas

Baca selengkapnya . . .

10 Maret 2009

Analisa Tugas Pokok

Perhatian !! 

Dalam ujian seleksi para Casis bertindak hanya   sebagai Staf Brigif atau Danyonif sehingga produk Casis hanya berkisar pada 2 subyek itu saja. ATP adalah produk Komandan, dihadapkan pada subyek diatas, Casis akan bertindak sebagai Danyonif (TIDAK MUNGKIN SEBAGAI DANBRIGIF). Hal yang sangat sering terjadi, Casis tidak mengerti bertindak sebagai apa saat mengerjakan persoalan ATP.

Teori Dasar: (Bujuklap ttg Komando Pengendalian Operasi - Skep Kasad No:Skep/34/I/1986 Tgl 14 Januari 1986)

1) ATP merupakan langkah perencanaan yang dilakukan oleh Komandan dalam rangka menemukan dan memahami tugas yang akan dilaksanakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah: Apa tugas yang harus dilaksanakan; Apa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan tugas; dan apa kendala yang dihadapi satuan.

CATATAN: Kendala yang dihadapi satuan dasar pertimbangan untuk mencari tugas terkandung.

2) Tupok dapat berupa tugas yang datang dari suatu atasan (Tugas Limpahan) atau tupok yang ditemukan sendiri oleh Komandan melalui suatu deduksi (proses penelaahan dari umum ke khusus berdasarkan pengetahuan ttg masalah yang ditelaah).

3) Sesudah menerima tupok, Komandan menganalisa tupok tersebut, yaitu suatu proses yang sama dengan analisa masalah, dengan langkah-langkah sbb:

     a)  Tugas Dikhususkan.

(1)  Pertama kali, Komandan akan menemukan beberapa tugas dari tupok yang diterima. Beberapa tugas tsb disebut tugas dikhususkan (Tusus)

(2)  Perincian tusus didapat dari PO satuan atasan. Pada fasal 2 (Tupok)  tentang “Apanya” (dalam arti yang luas seperti menyerang, bertahan, dsb) juga tentang “Bilamananya” (mulainya atau saat mulai operasi, atau “ Hari H jam J” , pada operasi-operasi tertentu ditemukan pula lamanya operasi). Pada pasal 3 (Pelaksanaan) yang ditujukan khusus pada satuan bersangkutan. Pada fasal ini akan ditemukan tugas/kegiatan yang harus dilakukan oleh satuan ybs dan merupakan penjabaran dari Konsep Operasi (pasal 3a PO). Selanjutnya lihat pada pasal 3 terakhir (Instruksi Koordinasi), pada sub fasal ini dapat ditemukan saat atau waktu mulainya operasi “Hari H jam J” dan lamanya operasi bila tidak ditemukan pada pasal 2 (Tupok satuan atasan). Selain itu Tusus juga dapat diperoleh dari lampiran atau sub lampiran yang merupakan tugas atau kegiatan yang harus dilakukan atau daerah operasi (tanggung-jawab), apabila kurang jelas pada PO dan tugas atau kegiatan yang dianggap penting untuk dilaksanakan. (Untuk point yang terakhir ini, sangat jarang digunakan untuk merumuskan tusus pada persoalan ATP Casis).

CATATAN: Yang tidak perlu dimasukkan dalam Tusus antara lain: Tugas atau kegiatan yang sudah merupakan keharusan dilakukan pada setiap pelaksanaan operasi (misal: koordinasi, dsb); Pemberian atau penerimaan kekuatan pasukan apabila hal ini dimasukkan pada fasal 3 b dan seterusnya. Rumusan Tusus: A-Bi; A-Di; A-Bi-Di.

    b)  Tugas Terkandung.

(1)  Selama menganalisa tupok, biasanya Komandan mencari dan menemukan beberapa tugas lain diluar tusus yang dianggap perlu dilaksanakan demi tercapainya pelaksanaan tupok. Tugas-tugas yang didapatkan ini selanjutnya dinilai dan dianalisa apakah mempunyai nilai langsung atau tidak terhadap pencapaian tugas secara keseluruhan. Bagi yang mempunyai nilai langsung terhadap pencapaian tugas secara keseluruhan dimasukkan sebagai tugas terkandung.

(2)  Salah satu cara untuk menilai apakah tugas yang didapat merupakan tudung atau mempunyai nilai langsung, diukur dengan kriteria: Tidak doktriner, tidak menjadi tugas atau kegiatan yang otomatis harus dilaksanakan pada setiap operasi, seperti: tindakan pengamanan, koordinasi,dsb; Berpengaruh langsung terhadap pencapaian tugas secara keseluruhan; Tidak variabel dan dominan pada pencapaian tugas secara keseluruhan.

CATATAN: Pada satuan dibawah Brigade jarang terjadi dalam penganalisaan tupok menemukan tudung, mengingat tupok dari markas atasannya sudah cukup terperinci. Namun dalam ujian seleksi biasanya dimunculkan untuk menggali proses berpikir Casis dalam membuat analisa. Namun dalam OMSP tidak menutup kemungkinan satuan setingkat Batalyon menemukan tudung, mengingat tupok yang diberikan lingkupnya luas.

KIAT: Untuk mendapatkan tugas lain yang berpotensi sebagai tugas terkandung, cobalah teliti setiap tusus. Apabila ada permasalahan dengan tusus maka kemungkinan ada tugas lain yang berpotensi sebagai tudung. Untuk mengetahui apakah tugas lain tersebut memiliki nilai langsung terhadap pencapaian tugas secara keseluruhan maka dapat kita uji dengan persyaratan suatu tudung. Tugas lain dapat dimasukkan sebagai tudung apabila memenuhi seluruh persyaratan tersebut. Dalam menemukan tudung agar mencermati benar-benar peta yang dilampirkan dalam persoalan.

     c)  Tugas Nyataan Kembali (Tunyali).

Tunyali disusun dengan menyebutkan tusus dan tudung menurut urutan kronologis pelaksanaannya. Tunyali harus memuat unsur-unsur Si-A-Bi-Di-Me.

 

CONTOH ATP DALAM SERANGAN

Ilustrasi: Brigif Manakutau sedang melaksanakan pertahanan di GPA (Garis Pertahanan Akhir) dalam rangka operasi pertahanan wilayah Komstra Garuda. Brigif  Jagoan adalah cadangan Komstra, mendapat tugas untuk menyerang sisa kekuatan musuh yang sedang bertahan sementara di sekitar Garagara kompleks. Musuh juga menempatkan 1 Ton di Ktg. Manis dan 1 Ton di Ktg. Asam. Yonif Alfa adalah unsur Brigif Jagoan bergerak di petak kiri Brigif.

1. Tupok Limpahan. Yonif Alfa dengan perkuatannya menyerang pada 100500 MEI 2009 di Garagara Kompleks (KV.1234), menghancurkan musuh dalam sektor, merebut dan menduduki Ktg. Manis dalam rangka operasi serangan Brigif Jagoan.

2. Tugas Dikhususkan (Tusus)

    a.  Menyerang pada 100500 MEI 2009 di Garagara Kompleks (KV.1234). {A-Bi-Di}

    b. Menghancurkan musuh dalam sektor.                                               {A-Di}

    c. Merebut dan menduduki Ktg. Manis.                                                {A-Di}

Waspadai !! Dalam rangka operasi serangan Brigif Jagoan bukan merupakan Tusus.  {Me}

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada Tudung, telitilah satu persatu Tusus tersebut. Setelah memeriksa peta dan situasi medan ditemukan permasalahan untuk melaksanakan Tusus (a). Permasalahannya adalah adanya Yonif Kemiri yang sedang melaksanakan pertahanan di petak kiri Brigif Manakutau. Dalam hal ini ditemukan tugas lain, yaitu: Melintasi Yonif Kemiri. Ujilah tugas tersebut dengan persyaratan Tudung. Pada point 3, nyatakan apa Tudungnya serta berikan alasannya. Apabila pada Tusus (b) ditemukan permasalahan, ujilah seperti halnya pada Tusus (a). Demikian juga untuk Tusus (c).

3. Tugas Terkandung: Melintasi Yonif Kemiri.

Alasan:

a. Dominan. Melintasi Yonif Kemiri memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan harus terkoordinasi secara cermat. Apabila pelintasan tidak dapat dilakukan sesuai rencana maka akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian tugas pokok, oleh karenanya melintasi Yonif Kemiri bersifat dominan.

b. Tidak Variabel. Tidak ada pilihan lain/jalan lain bagi Yonif Alfa untuk melaksanakan serangan selain harus melintasi Yonif Kemiri, sehingga melintasi Yonif Kemiri memenuhi persyaratan tidak variabel.

c.  Berpengaruh Langsung. Melintasi Yonif Kemiri apabila tidak terlaksana akan mengganggu pelaksanaan tugas pokok Yonif Alfa, oleh karenanya melintasi Yonif Kemiri berpengaruh langsung terhadap penyelesaian tugas pokok Yonif Alfa.

d. Tidak Doktriner. Tugas bersifat doktriner tidak memerlukan perintah dan pengaturan tersendiri untuk pelaksanaannya, dapat dilakukan secara otomatis seperti halnya tugas pengamanan dan koordinasi. Namun tugas melintasi suatu satuan  sifatnya situasional, tidak selalu terjadi dalam setiap pelaksanaan operasi sehingga tidak dapat secara otomatis dilaksanakan, perlu perintah dan pengaturan tersendiri untuk melaksanakannya.

CATATAN:

  • Untuk melaksanakan Tusus a (Menyerang pada 100500 MEI 2009 di Garagara Kompleks (KV.1234) diperoleh masalah, yaitu pasukan tidak dapat menyerang karena ada pasukan kawan di depan. Diperoleh tugas lain, yaitu: melintasi Yonif Kemiri.
  • Setelah diuji dengan persyaratan tudung, tugas lain: melintasi Yonif Kemiri memenuhi syarat untuk dijadikan tudung.
  • Tugas terkandung dalam serangan antara lain: melintasi satuan, mengamankan jembatan (sudah jarang dimunculkan), menguasai ketinggian (sudah jarang dimunculkan), membuat jalur terobosan lapangan ranjau (belum pernah dimunculkan).
  • Tugas terkandung dalam pertahananantara lain: melindungi (pemunduran) satuan.
  • Tugas terkandung dalam aksi hambat antara lain: melindungi (pemunduran) satuan.

4.  Tugas Pokok Nyataan Kembali (Tunyali)

Yonif Alfa dengan perkuatannya melintasi Yonif Kemiri, menyerang pada 100500 MEI 2009 di Garagara Kompleks (KV.1234), menghancurkan musuh dalam sektor, merebut dan menduduki Ktg. Manis dalam rangka operasi serangan Brigif Jagoan.

CATATAN:

  • Sesuai teori, penyusunan Tunyali disusun dengan menyebutkan tusus dan tudung menurut urutan kronologis pelaksanaannya, sehingga tugas terkandung melintasi Yonif Kemiri ditempatkan sebelum menyerang pada . . .dst.
  • Apabila tugas terkandung lebih dari 1 (biasanya dalam serangan) maka penyusunan tunyali tetap disusun sesuai urutan kronologis pelaksanaannya.
  • Dalam pertahanan biasanya tugas terkandung adalah melindungi (pemunduran) satuan. Terkadang terjadi diskusi yang berkepanjangan manakah yang ditulis lebih dahulu lebih dulu bertahan atau melindungi (pemunduran) satuan. Untuk mencegah kebingungan dalam menentukannya, coba diurai dari tusus yang ada. Tusus mana yang bermasalah sehingga diperlukan tugas lain yang dapat dijadikan tudung.


Baca selengkapnya . . .