04 April 2009

Teknik Membuat Karmil Seleksi Seskoad ( Bagian ke 1 )

    Karmil seleksi Seskoad sangat berbeda dengan Karmil yang dibuat secara normatif. Mengapa demikian ?. Pertama, karena waktu membuatnya sangat terbatas ( 4 jam ); Kedua, casis tidak membawa referensi/ catatan apapun ke dalam ruangan ujian; Ketiga, kaidah-kaidah penulisan Karmil normatif tidak serta merta digunakan pada Karmil ujian seleksi.

    Ujian membuat Karmil dalam rangka seleksi Seskoad pada hakekatnya adalah untuk mengetahui seberapa besar casis memiliki: Kemampuan berpikir kritis (mulai dari menangkap suatu fenomena negatif/masalah di lingkungan tugas , mengurai masalah ke dalam persoalan, menemukan penyebab terjadinya persoalan); Kemampuan berkreasi ( menemukan ide/gagasan untuk menghilangkan penyebab terjadinya persoalan), serta;  Kemampuan menuangkan ide/gagasan kedalam tulisan secara logis (disusun berdasarkan urutan  serta hubungan sebab akibat) dan argumentatif/beralasan. Oleh karenanya sifat tulisan pada Karmil seleksi Seskoad adalah PEMECAHAN MASALAH ( sifat tulisan lainnya pada Karmil adalah penjelasan, penelaahan dan pembuktian ). Karmil dengan sifat pemecahan masalah terdiri dari 2 model, yaitu: Karmil model konsepsi (untuk menyampaikan suatu gagasan yang sama sekali baru/ belum pernah dilakukan); Karmil model  perubahan kondisi ( terdiri dari: Upaya, Optimalisasi, Aktualisasi, Implementasi). Karmil model konsepsi kemungkinan besar tidak akan dimunculkan dalam ujian seleksi, dengan pertimbangan pengetahuan yang diterima perwira calon siswa di pendidikan Suslapa belum memadai untuk menciptakan suatu konsep baru, walau mungkin banyak perwira calon siswa yang sudah mampu membuatnya. Jadi, para perwira fokuskan saja penulisan pada model perubahan kondisi. Kalaupun ada judul konsepsi, penulis sarankan pilih saja model perubahan kondisi, sekalipun perwira mampu membuatnya. Setelah mengikuti pendidikan Seskoad, dengan berbagai bekal ilmu yang diperoleh, silahkan para perwira unjuk kemampuan.

    Pada model ujian yang baru ( diberlakukan mulai seleksi casis Dikreg 47 Th.2009 ), casis diberikan sejumlah pilihan judul. Berbeda dengan sebelumnya yang diberikan adalah sejumlah pilihan proposisi. Judul Karmil seleksi Seskoad dibuat sedemikian rupa mewadahi seluruh fungsi yang dimiliki TNI AD, yaitu: Fungsi Utama ( Pertempuran, Binkuat dan Binter); Fungsi Organik Militer ( Intelijen, Operasi, Personel, Logistik, Teritorial, Perencanaan, Pengawasan dan Pemeriksaan ); Fungsi Organik Pembinaan ( Doktrin, Pendidikan, Latihan ); Fungsi Teknis Militer Umum ( Infanteri, Kavaleri, Artileri Medan, Artileri Pertahanan Udara, Penerbangan, Zeni, Perhubungan, Peralatan, Pembekalan Angkutan, Kesehatan, Polisi Militer, Ajudan Jenderal, Topografi, Hukum dan Keuangan ); Fungsi Teknis Militer Khusus ( Pasukan Khusus, Raider ); Fungsi Khusus ( Jasmani Militer, Pembinaan Mental, Psikologi, Penelitian & Pengembangan, Sejarah, Sistem Informasi dan Penerangan ). Setiap fungsi diberikan pilihan antara 3 s/d 5 judul. Pembuatan pilihan judul yang mewadahi semua fungsi dengan tujuan agar  seluruh spektrum penugasan yang pernah dialami perwira calon siswa Seskoad dapat diwadahi.

     Bagaimana perwira menemukan masalah ?. Masalah sebenarnya tidak terlalu sulit mencarinya, masalah ada dimana-mana. Sebagai contoh sederhana: Pancasila. Kalau kita lihat sebagai Pancasila,  mungkin sangat sulit menemukan apa masalahnya atau bahkan tidak ada sama sekali, lalu apa masalahnya yang berkenaan dengan Pancasila?. Sekarang, coba kita tambah satu kata saja: Pemahaman. Apakah ada masalah dengan pemahaman Pancasila ?. Jelas ada. Atau coba kita ganti kata pemahaman dengan implementasi. Apakah ada masalah dengan implementasi Pancasila ? Ada dan sangat banyak.

    Apakah masalah itu ? Untuk memudahkan pemahaman perwira tentang apa sebenarnya masalah itu, mari kita lihat salah satu fungsi organik militer, misalnya: Personel. Coba perwira buka Bujukin tentang Personel (Skep Kasad Nomor: Skep/496/XII/2004 Tanggal 27 Desember 2004. Di dalam Bujukin tersebut perwira dapat melihat siklus pembinaan personel, yang meliputi: penyediaan tenaga, pembinaan pendidikan, penggunaan personel, perawatan personel dan pemisahan personel. Misalkan kita ambil contoh salah satu tahapan dalam siklus tersebut, yaitu: penggunaan personel. Di dalam Bujukin Personel halaman 13  dikatakan bahwa: Penggunaan personel diarahkan pada optimalisasi penugasan personel untuk kepentingan organisasi dengan memberikan kemungkinan pengembangan karier berbasis kompetensi yang dilaksanakan dengan terarah secara adil, obyektif dan transparan, sehingga setiap personel mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapai karier yang setinggi-tingginya. Apa yang tertulis di atas adalah harapan yang diinginkan. Ketika salah satu unsur pembentuk harapan tidak dipenuhi  dalam pelaksanaan, misalkan secara adil berubah menjadi kurang adil, atau untuk kepentingan organisasi berubah menjadi untuk kepentingan kelompok dan lainnya,  maka kenyataan yang terjadi dalam pelaksanaan pasti akan meleset/menyimpang dari harapan. Penyimpangan/deviasi antara harapan dan kenyataan itulah yang dinamakan masalah. Semakin besar deviasi maka semakin besar masalah.

    Lalu, apakah persoalan itu ?. Persoalan sebenarnya adalah masalah juga, hanya lingkupnya lebih kecil dari masalah tetapi masih merupakan rangkaian dari masalah itu sendiri. Persoalan bisa saja berubah posisi sebagai masalah dan sebaliknya masalah juga bisa berubah posisi sebagai persoalan. Ilustrasi berikut akan lebih memudahkan perwira memahami hal ini. Banjir, adalah masalah bagi Jakarta. Persoalan yang mengakibatkan terjadinya masalah banjir adalah: Pembangunan yang tidak sesuai peruntukan di daerah Puncak-Bogor mengakibatkan berkurangnya areal resapan air, sehingga ketika terjadi hujan, air mengalir ke Jakarta sebagai banjir kiriman; Penanganan sampah yang buruk ditambah perilaku masyarakat sehingga sungai masih dianggap sebagai tempat pembuangan sampah, akibatnya air sungai tersumbat dan meluber keluar; Pembangunan saluran air secara parsial, belum terintegrasi dengan baik; Perubahan fungsi lahan akibat menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan maupun perumahan-perumahan menengah dan elit sehingga air tidak dapat turun kedalam tanah. Dalam contoh di atas, masalah banjir di Jakarta diakibatkan oleh 4 persoalan. Kita ambil salah satu contoh, misalnya: Pembangunan yang tidak sesuai peruntukan di daerah Puncak-Bogor. Pembangunan di daerah Puncak- Bogor merupakan persoalan bagi Provinsi DKI yang mengakibatkan terjadinya banjir. Tapi bagi Kabupaten Bogor, pembangunan tersebut bisa saja bukan sebagai persoalan, melainkan sebagai masalah ( dalam hal ini persoalan bagi Jakarta berubah posisi menjadi masalah bagi Bogor ). Persoalan yang mendorong terjadinya masalah pembangunan tersebut, misalnya antara lain: Banyak pejabat dari Jakarta yang membangun villa peristirahatan tanpa melalui prosedur perijinan yang benar; Tingginya minat pariwisata ke daerah Puncak-Bogor mendorong maraknya pembangunan yang berdampak terhadap berkurangnya areal resapan air; dsb. Oleh karenanya, dalam membuat Karmil, para perwira harus jeli menentukan yang mana masalah dan apa persoalan yang membangun masalah itu. Dengan pengetahuan yang baik, penulis yakin para perwira tidak kesulitan menentukannya. Kuncinya !, jauh sebelum pelaksanaan ujian para perwira harus sudah memiliki rencana fungsi apa yang akan ditulis. Pelajarilah fungsi tersebut dan kuasai dengan baik. Cobalah membuat masalah dan persoalan dari fungsi tersebut, setelah itu coba pikirkan apa penyebab terjadinya persoalan tersebut. Dalam prinsip pemecahan persoalan,  menghilangkan penyebab persoalan adalah kunci untuk mengatasi persoalan. Apabila persoalan telah teratasi, maka secara otomatis masalah akan teratasi. Oleh karenanya dalam mengurai masalah menjadi persoalan, para perwira harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai. Jangan sampai dalam menguraikan masalah, ada persoalan yang tidak terpikirkan sehingga persoalan tersebut tidak ditangani. Akibatnya masalah masih tetap bermasalah.

    Apakah kemampuan kreasi ?. Kreasi berasal dari kata create (Bhs. Inggris) yang artinya mencipta. Jadi kemampuan kreasi adalah kemampuan mencipta. Seorang dengan kemampuan kreasi senantiasa termotivasi untuk melahirkan sesuatu yang baru yang belum pernah ada/dilakukan sebelumnya ataupun memperbaharui yang telah ada sebelumnya. Bisa berupa hal yang sama sekali belum pernah ada, atau berupa pengembangan/inovasi. Ariel Peterpan adalah seorang kreator, tetapi orang yang menyanyikan lagunya Ariel tidak lebih hanyalah seorang peniru. Angkatan Darat membutuhkan perwira-perwira yang memiliki kemampuan kreasi, bukan kemampuan meniru. Coba bayangkan, seandainya tidak ada  Thomas Alva Edison, mungkin saat ini manusia kesulitan untuk beraktifitas pada malam hari. Atau tidak ada Alexander Graham Bell, apakah kita dapat bertelpon ria dengan Hand Phone ?. Atau tidak ada Zacharias Jansen yang membuat mikroskop pertama, mungkin manusia tidak akan pernah tahu perilaku bakteri dan mahluk super kecil lainnya sehingga tidak akan pernah menemukan obat-obatan untuk mengatasi penyakit yang diakibatkan oleh mahluk-mahluk kecil tersebut. Pencipta-pencipta besar seperti Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell memang tidak lahir setiap saat, tetapi pencipta-pencipta kecil bisa lahir setiap saat. Menemukan ide/gagasan untuk menghilangkan penyebab sebuah persoalan adalah menjadi pencipta kecil. Eksistensi Angkatan Darat kita akan ditentukan oleh seberapa banyak perwira-perwira pencipta kecil yang dimiliki. Jadilah semua sebagai perwira peniru, maka Angkatan Darat yang kita cintai ini akan berada antara ada dan tiada.

    Bagaimana menuangkan ide/gagasan kedalam tulisan secara logis ?. Apakah yang dimaksud logis ?. Pemahaman tentang logis yang sangat rinci penulis baca dalam: Dasar-dasar Logika dan Pemikiran Kritis ( Alex Lanur. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya. Penyunting: Yunita T. Winarto dkk. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia). Namun untuk penulisan Karmil seleksi, pengertian yang lebih sederhana dan mudah dipahami serta sudah memadai untuk digunakan dalam pembuatan Karmil seleksi Seskoad, penulis ambil dari: Menulis Artikel dan Tajuk Rencana ( Sumadiria, AS Haris. Mei 2005 ), dengan beberapa penyesuaian oleh penulis. Logis berarti: pernyataan-pernyataan disusun berdasarkan urutan serta hubungan sebab-akibat guna memperoleh suatu kesimpulan. Contoh: Pernyataan pertama, berdasarkan hasil penelitian tim independen, kurikulum pendidikan Kepolisian ternyata lebih banyak mengandung unsur kekerasan. Pernyataan kedua, polisi berkali-kali melakukan pemukulan dan penembakan terhadap mahasiswa. Maka, kesimpulan  yang dapat diperoleh dari hubungan logis kedua pernyataan tsb adalah sbb: Polisi kerap melakukan pemukulan dan penembakan terhadap mahasiswa karena sejak masa pendidikan mereka sudah diajarkan pada nilai, budaya dan tindak kekerasan. Dalam kesimpulan terlihat  argumen/alasan yang diperoleh dari hubungan logis dua pernyataan yang disusun secara urutan. Berbeda halnya apabila pernyataan pertama kita tempatkan sebagai pernyataan kedua, dan pernyataan kedua kita tempatkan sebagai pernyataan pertama (urutan terbalik). Maka kesimpulan yang dapat diambil, adalah: Tim peneliti independen berhasil menemukan adanya kandungan nilai, budaya dan tindak kekerasan dalam kurikulum pendidikan kepolisian karena polisi berkali-kali melakukan pemukulan dan penembakan terhadap mahasiswa. Kesimpulan yang kedua ini menjadi menjadi tidak logis, karena urutan pernyataan menjadi tidak memiliki hubungan logis.

     Selanjutnya kita akan membahas bagaimana menuliskan apa yang ada didalam benak perwira kedalam Karmil sesuai dengan judul dan format yang telah ditentukan. Misalkan judul yang diberikan adalah: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELIDIKAN PRAJURIT DENINTEL DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI.

Langkah pertama : Memikirkan setting gagasan.

    Setelah memilih judul, kita perlu memikirkan setting gagasan secara cepat. Contoh: Teknologi informasi memberikan kecepatan, kemudahan, ruang dan waktu tidak terbatas, akses informasi, dsb. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan intelijen, khususnya penyelidikan. (Ilustrasi: Kita mendapat tugas untuk menyelidiki 50 orang tokoh sebagai target untuk mengetahui siapa saja diantara mereka yang berpotensi menggoyahkan stabilitas keamanan. Untuk menjawab, misalkan kita perlu mengetahui pandangan/pemikiran, relasi sosial, kekuatan jaringan, sikap politik dan dukungan terhadap pemerintah.  Apabila dilakukan dengan intelijen tradisional maka akan: memerlukan pengerahan tenaga yang banyak, waktu lama, biaya besar. Namun dengan memanfaatkan teknologi informasi keterangan-keterangan dapat diperoleh secara cepat, tenaga sedikit, biaya sedikit. Penggunaan intelijen tradisional hanya digunakan pada target pasti sebagai cross cek ataupun pendalaman sehingga lebih efisien dan efektif).

Langkah kedua : Menguraikan judul.

     Pada judul di atas, terdapat variabel yang menyatakan masalah dan variabel yang menyatakan solusi. Variabel masalah adalah kemampuan penyelidikan prajurit Denintel sedangkan variabel solusi adalah memanfaatkan teknologi informasi. Kenapa variabel pertama menyatakan masalah ?, karena adanya kata meningkatkan. Berarti ada masalah dengan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel sehingga perlu ditingkatkan. Sekarang perhatikan pada kemampuan penyelidikan, manakah yang bersifat tidak tetap dan mana yang bersifat tetap. Kemampuan bisa berubah sedangkan penyelidikan bersifat tetap, dengan demikian fokus yang akan ditingkatkan adalah kemampuan bukan pada penyelidikannya. Perwira juga  harus menguraikan substansi  kata dalam kalimat yang menyatakan masalah tersebut. Substansi kemampuan meliputi: pengetahuan dan ketrampilan, adapun substansi penyelidikan meliputi: perencanaan, pengumpulan dan pengolahan bahan keterangan. Prajurit terdiri dari Perwira, Bintara dan Tamtama.

    Pada variabel solusi, perwira minimal mengetahui substansi yang berkaitan dengan teknologi informasi, karena unsur dari teknologi informasi akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyelidikan.

         

          PERHATIAN !

Kesalahan mendasar yang sering terjadi dalam penulisan, yaitu: Pembahasan tidak pada substansi yang dikehendaki dalam judul, misalkan: dari judul diatas yang dibahas adalah kepemimpinan, kesejahteraan, dsb. Dengan menganalisa ( menguraikan berdasarkan unsur yang menyusun ) judul, perwira akan mengetahui ruang dan koridor tulisan. Jangan sampai pembahasan dalam tulisan tidak menjawab judul, atau menyimpang dari judul.

    Bagaimana bila judulnya : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELIDIKAN PRAJURIT DENINTEL DALAM RANGKA MENCEGAH AKSI TERORISME, atau UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELIDIKAN PRAJURIT DENINTEL DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS POKOK.

    Variabel pertama tetap sebagai variabel yang menyatakan masalah, sedangkan variabel kedua bukan lagi menyatakan solusi, sehingga perwira bebas untuk menentukan ruang ide solusi, dengan catatan tetap fokus pada judul (variabel kedua), yaitu: mencegah aksi terorisme atau mendukung tugas pokok.

 

Langkah ketiga : Menguraikan masalah, persoalan dan penyebabnya. ( Lihat penjelasan pada awal tulisan )

   

Langkah keempat : Mulai menulis.

  1. Tuliskan judul yang dipilih, judul ditulis dengan hurup besar tanpa diakhiri titik. Upayakan penulisan dibuat yang pantes ( bila 2 baris atau lebih, kata di baris  bawah lebih sedikit dari kata di baris atasnya, letakkan di tengah ). Kemudian beri garis bawah pada judul, sebaiknya setiap baris diberi garis bawah.
  2. Membuat bab pendahuluan. Bab pendahuluan biasanya terdiri dari: Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang lingkup dan Tata urut, Metode dan Pendekatan, Pengertian-pengertian.
  • Pasal umum buatlah 3 point (a,b,c). Pada point a, deskripsikan secara ringkas dengan bahasa yang dapat menarik perhatian pembaca tentang variabel umum/makro dari judul. Untuk menarik perhatian bisa dengan: menyitir pernyataan tokoh terkenal; pengungkapan data faktual yang menarik; pernyataan secara bombastis; pernyataan menarik lainnya. (contoh: Denintel tidak akan mampu lagi menyediakan informasi secara cepat dan faktual kepada pimpinan apabila tidak mengembangkan kemampuan prajuritnya mengikuti kemajuan teknologi informasi). Dari pernyataan bersifat bombastis tadi, berikan uraian ringkas dengan fakta-fakta yang mendukung. Paragraf diakhiri dengan kalimat kesimpulan yang sekaligus sebagai kalimat penghubung dengan paragraf poin b. Pada point b, uraikan substansi masalah yang akan dibahas, yakni kemampuan penyelidikan. Berikan tinjauan singkat dari sisi pengetahuan dan keterampilan (tradisional) serta apa pengaruhnya terhadap perencanaan-pengumpulan-pengolahan keterangan yang berdampak terhadap tugas ( pada point kedua ini harus tergambar substansi masalah dan pokok persoalan yang akan dibahas dalam tulisan). Apa yang diuraikan dalam point b akan memiliki korelasi yang erat dengan bab kondisi saat ini, bab kondisi yang diharapkan serta bab upaya. Pada point c, uraikan mengapa masalah yang diangkat penting untuk dibahas dalam tulisan, dan apa manfaat yang dapat diambil dari tulisan.

Penting !

Ciri Karmil yang baik: gagasan harus mengalir dengan baik sehingga dalam penuangan tulisan harus juga terlihat alirannya (bahasa gaulnya: NYAMBUNG). Oleh karenanya pada akhir point a, buatlah kalimat yang dapat mengantarkan kepada substansi yang akan diuraikan dalam point b. Demikian juga dari point b ke point c.

  • Pasal maksud dan tujuan. Nyatakan apa maksud dari tulisan, contoh: Memberikan gambaran tentang kemungkinan pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel. Nyatakan apa tujuan tulisan ini dibuat, contoh: Memberikan masukan kepada pimpinan Denintel tentang solusi masalah kemampuan penyelidikan prajurit Denintel dengan memanfaatkan teknologi informasi.

 

  • Pasal ruang lingkup dan tata-urut. Ruang lingkup digunakan untuk membatasi pembahasan dalam tulisan, sehingga pembahasan dapat diuraikan secara mendalam. Pembatasan bisa pada aspek ruang, waktu ataupun materi. Tata-urut dibuat untuk memberikan gambaran seperti apa urut-urutan pembahasan dalam tulisan.

Contoh: Ruang lingkup. Pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatlan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel dibatasi pada pemanfaatan internet dan mesin pencari (searching engine), dengan tata-urut sebagai berikut:

a.    Pendahuluan.

b.    Latar belakang pemikiran.

c.    Kemampuan penyelidikan prajurit Denintel saat ini.

d.    Faktor-faktor yang mempengaruhi.

e.    Kemampuan penyelidikan prajurit Denintel yang diharapkan.

f.    Upaya meningkatkan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel dengan memanfaatkan teknologi informasi.

g.    Penutup.

Catatan : Upayakan tulisan tidak kurang dari 7 bab. Ikuti saja contoh di atas.

  • Pasal metode dan pendekatan. Dalam pelaksanaan ujian perwira tidak membawa referensi/catatan kedalam ruangan sehingga gunakan saja metode analisa deskriptif dan pendekatan empiris. Analisa deskriptif artinya penganalisaan/pembahasan terhadap sesuatu yang diperoleh melalui penggambaran (deskripsi). Dalam menyampaikan fakta, perwira tidak mungkin menuangkan secara akurat dan merujuk pada sumber yang valid. Yang mungkin dilakukan, penyampaian fakta secara penggambaran tetapi tetap mengandung kebenaran. Misalnya: Beberapa prajurit Denintel X telah biasa menggunakan internet; Belum ada prajurit Denintel yang mengerti bagaimana menggunakan mesin pencari. Pendekatan empiris artinya perwira menulis dengan pendekatan pengalaman.

Pasal pengertian-pengertian. Berikan penjelasan terhadap istilah-istilah yang tidak berlaku umum  yang terdapat dalam tulisan. Penjelasan upayakan mendekati pengertian yang sebenarnya. Contoh: Mesin pencari, merupakan program komputer yang digunakan untuk mencari informasi di dalam jaringan internet dengan cara memasukkan kata kunci dari informasi yang hendak dicari. Pasal ini tidak untuk menjelaskan singkatan kalimat. Apabila ada singkatan yang perlu penjelasan, lakukan langsung pada tulisan dengan menempatkan di dalam tanda kurung.

 

( Dilanjutkan pada bagian ke 2)

Baca selengkapnya . . .

Agama: Merubah dari sumber konflik menjadi solusi kehidupan melalui peningkatan kesadaran

Oleh : Heri Marjaga Siagian ( ditulis untuk majalah KVJ Seskoad 2009 )

Pendahuluan.

     Keberadaan konflik di tengah umat manusia dimulai sejak beribu-ribu tahun lalu, bahkan sejak awal manusia diciptakan. Konflik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam ekskalasi terendah konflik terjadi pada tingkat pikiran dalam diri manusia, namun pada ekskalasi tertinggi konflik dapat berwujud kekerasan fisik bahkan perang antar manusia. Menurut pandangan spiritual, keberadaan konflik di dalam kehidupan manusia tentunya tidak terlepas dari rencana Tuhan. Salah satu bukti yang patut di syukuri manusia, bahwa keberadaan konflik menjadi jalan bagi lahirnya agama. Agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui agama manusia dapat mengetahui dan mengenal Tuhan. Melalui agama juga manusia memperoleh pengetahuan tentang kehidupan dan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan.

     Agama diturunkan Tuhan untuk manusia dan untuk digunakan oleh manusia didalam menjalani kehidupan. Agar penggunaan agama menghasilkan manfaat, maka manusia perlu memahami ajaran-ajaran Tuhan di dalam agama. Untuk memahaminya bukanlah perkara yang mudah, karena agama bukan berasal dari manusia melainkan dari Tuhan. Oleh karenanya manusia harus menggunakan segenap perangkat yang telah diberikan Tuhan di dalam diri setiap manusia. Melalui agama kita mengetahui bahwa manusia tersusun dari fisik, jiwa dan roh. Namun agama tidak menggambarkan secara rinci tentang jiwa dan roh ini, sehingga pemahaman manusia sangat terbatas. Karena pemahaman yang sangat terbatas terhadap jiwa dan roh, manusia lebih banyak mengandalkan perangkat fisik dalam memahami dan menanamkan ajaran agama.

     Mencermati perjalanannya dalam kehidupan manusia, agama yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan justru menjadi alasan yang sangat efektif untuk membenarkan kekerasan bahkan peperangan. Sejak dahulu, semangat manusia untuk berperang sangat mudah dikobarkan dengan menjadikan agama sebagai alasan. Seperti terjadinya Perang Salib (1094-1344 M). Berawal dari kepentingan ekonomi para pedagang Eropa yang ingin meluaskan wilayah perdagangan, kemudian berkembang menjadi masalah politik setelah kejatuhan Konstantinopel dan direbutnya tempat ziarah orang Eropa di Yerusalem oleh Turki. Keadaan ini dimanfaatkan Kaisar Konstantinopel yang ingin mengembalikan kekuasaannya dengan meminta bantuan Paus Urbanus II. Pada tahun 1095 Paus Urbanus II berseru kepada seluruh umat Kristiani di Eropa untuk melakukan perang suci.

     Peristiwa konflik Timur-Tengah, sekalipun masalah utamanya pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, namun tidak sedikit yang mengangkatnya sebagai konflik agama. Terutama setelah menyaksikan dukungan negara-negara besar dunia terhadap Israel, dan minimnya pembelaan terhadap Palestina. Di negara kita sendiri, beberapa kejadian konflik komunal seperti peristiwa Ambon, Poso merupakan konflik agama. Apakah sebenarnya penyebab yang mendasar sehingga agama yang seharusnya menjadi pedoman manusia di dalam menjalani kehidupan, berubah menjadi sumber terjadinya konflik yang merusak kehidupan itu sendiri.

Penyebab terjadinya konflik.

     Beberapa teori yang menjelaskan penyebab terjadinya konflik, antara lain: Teori Hubungan Masyarakat, beranggapan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat; Teori Negosiasi Prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Mencermati substansi yang disampaikan kedua teori tersebut: Pertama, tanpa disadari keberadaan agama sebenarnya telah menjadi alat pemisah yang membagi manusia kedalam kelompok yang berbeda dalam struktur masyarakat; Kedua, pemahaman dan penanaman ajaran agama melalui pikiran sadar membawa konsekuensi terjadinya perbedaan pandangan dalam memahami konsep agama. Sebagaimana kita ketahui bahwa agama telah menjadi hal yang sangat prinsip, khususnya di negara-negara agamis. Perbedaan pandangan didalam memahami ajaran-ajaran agama dapat menimbulkan masalah yang sangat serius. Potensi terjadinya perbedaan pandangan terhadap ajaran agama yang sama terlebih agama yang berbeda sangatlah besar ketika alat yang digunakan untuk memahami hanya pikiran sadar. Pikiran sadar akan selalu menarik kesimpulan akhir kedalam dua titik ekstrim ( seperti dalam garis datar ): Benar dan salah, tinggi dan rendah, baik dan jahat, panjang dan pendek, dsb. Karena sifat relatif pikiran sadar dalam menentukan suatu kebenaran, tidak menutup kemungkinan akan terjadi dua kesimpulan yang berbeda dalam satu obyek. Contoh: Penggaris A dengan panjang 15 cm, penggaris B dengan panjang 30 cm dan penggaris C dengan panjang 50 cm. Ketika penggaris A dan B di sejajarkan maka pikiran sadar akan menyimpulkan bahwa penggaris A pendek dan penggaris B panjang. Namun ketika penggaris B disejajarkan dengan penggaris C maka pikiran sadar akan menyimpulkan bahwa penggaris B pendek dan penggaris C panjang. Dalam satu masa penggaris B dikatakan panjang, namun pada masa yang lain penggaris B menjadi pendek, padahal panjang penggaris B sama sekali tidak berubah ( obyek yang sama ). Dengan demikian pemahaman seseorang terhadap ajaran agama sangat berpotensi menimbulkan perbedaan pandangan.

     Menurut pandangan kalangan spiritual, pada kesadaran yang lebih tinggi ( dimensi bawah sadar ), pemahaman konsep yang saling berlawanan tidak ditempatkan dalam sebuah garis datar, melainkan dalam sebuat garis lingkaran yang tidak memiliki ujung dan pangkal. Perspektif kesadaran yang lebih tinggi tidak menempatkan benar dan salah kedalam dua titik ekstrim yang berlawanan, melainkan dalam sebuah kesatuan yang saling melengkapi. Manusia tidak akan tahu apa itu benar tanpa pernah ditunjukkan apa itu salah, manusia tidak akan tahu apa itu terang tanpa pernah ditunjukkan apa itu gelap. Pada kesadaran yang lebih tinggi, salah itu dibutuhkan untuk mengetahui apa itu benar. Namun pada pikiran sadar ( kesadaran yang terendah ), salah justru dijadikan sebagai pilihan. Contoh sederhana: Korupsi. Pada kesadaran yang lebih tinggi korupsi tidak akan terjadi, karena korupsi hanyalah alat bantu untuk mengetahui apa itu kejujuran. Sebaliknya pada kesadaran terendah / pikiran sadar, kejujuran dan korupsi ditempatkan dalam dua kutub ekstrim yang berlawanan. Pada titik ini manusia dihadapkan kepada suatu konflik di dalam pikiran sadar antara memilih kejujuran atau korupsi. Apabila manusia tersebut memiliki nilai-nilai kejujuran di dalam dirinya, maka dia akan memilih kejujuran. Sebaliknya apabila nilai-nilai itu tidak tertanam di dalam dirinya, maka ia akan memilih korupsi. Disinilah salah satu peran agama, yaitu menanamkan nilai-nilai yang akan mendorong manusia melakukan seperti apa yang dikehendaki Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan.

Penanaman konsep agama.

     Dalam penanaman konsep agama idealnya tidak diberikan secara sekaligus, melainkan secara bertahap/bertingkat. Sama halnya ketika bersekolah, penanaman konsep pengetahuan juga dilaksanakan secara bertingkat, dimulai TK, SD, SMP, SMA dan seterusnya. Kepada anak-anak SD kita belum bisa menyampaikan bahwa 1+1 =10, karena mereka baru memahami bahwa 1+1=2. Ketika konsep ini disampaikan kepada murid SD, anak-anak tidak akan percaya bahkan bisa jadi guru dikatakan sebagai pembohong. Mengapa demikian ?, karena perangkat yang mereka ketahui adalah jari tangan atau kalkulator yang terlihat secara fisik. Berbeda halnya apabila kita sampaikan konsep ini kepada murid-murid SMA. Ketika kita minta mereka menghitung 1+1 dalam bilangan basis dua, maka otomatis mereka akan menjawab 10. Oleh karenanya dalam menanamkan sebuah konsep harus memegang prinsip keadilan, menjadi tidak adil ketika kita menyampaikan bahwa 1+1=10 kepada murid-murid SD walaupun apa yang kita sampaikan adalah sebuah kebenaran.

     Apa yang akan terjadi ketika penanaman konsep pengetahuan berakhir pada tingkatan Sekolah Dasar ?. Ketika si anak berubah menjadi dewasa atau menjadi tua, maka konsep pengetahuan yang tertanam dibenaknya tidak ada bedanya dengan seorang murid SD. Dan konsep yang dimiliki inilah yang juga akan diturunkan kepada anaknya atau orang lain. Ketika sang orang tua diberikan konsep pengetahuan yang sama namun dengan pendekatan yang lebih tinggi oleh seorang remaja murid SMA, apakah yang akan terjadi ?. Perdebatan. Sekalipun sang murid SMA menjelaskan bahwa 1+1=2 adalah benar, namun dalam bilangan basis dua 1+1 adalah 10, sehingga apabila jawabannya 2 akan menjadi salah. Apa yang terjadi dengan sang orang tua ?, apapun cara yang digunakan sang remaja SMA tidak akan mampu merubah pendapat sang orang tua. Sang orang tua tidak akan bisa menerima bahwa 1+1=10, karena konsep yang tertanam dibenaknya bahwa 1+1 hanya 2 jawabnya, selain 2 maka itu adalah sebuah kebohongan. Lalu, apa yang harus dilakukan sang remaja SMA dalam situasi seperti ini ?. Bertindak adil. Sekalipun berhadapan dengan seorang tua, namun karena konsep yang ada dibenaknya hanyalah tingkatan SD maka sang remaja SMA harus berlaku adil dengan memberikan seperti apa yang dipahami sang orang tua. Apa yang terjadi apabila tidak bertindak adil ?, pertengkaran, konflik.

     Metode dalam penanaman konsep agama seharusnya dilakukan seperti analogi yang diuraikan di atas. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah penanaman konsep agama sudah dilaksanakan dengan metode semacam itu ?. Inilah yang menjadi masalah utama dalam penanaman konsep agama-agama di dunia. Sebagian terbesar manusia hanya memahami pikiran sadar, sementara pikiran bawah sadar masih merupakan tanda-tanya besar yang sedang ditelusuri oleh ilmu pengetahuan. Sehingga manusia baru mampu memahami ajaran agama dalam tingkatan paling rendah. Ketika pikiran sadar menyimpulkan hal-hal prinsip dalam ajaran agama, maka prinsip-prinsip tersebut akan dibela mati-matian, bahkan bila perlu sampai mati. Inilah kondisi nyata yang terjadi di dalam perjalanan agama-agama di dunia.

Pengetahuan dan kesadaran

     Secara kodrati manusia memiliki dua pengendali utama dalam dirinya, yaitu: otak, sebagai pikiran yang berperan membangun pengetahuan; dan hati, sebagai pusat perasaan yang membangun kesadaran. Pengetahuan dan kesadaran adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Pengetahuan sifatnya sangat terbatas, sedangkan kesadaran tidak terbatas. Pengetahuan hanya dapat menjangkau hal-hal bersifat fisik inderawi, sedangkan kesadaran dapat menjangkau hal-hal di luar fisik inderawi. Pengetahuan menghasilkan perspektif berdasarkan pemikiran, sedangkan kesadaran menghasilkan perspektif berdasarkan pengalaman. Misalkan untuk mencari tahu seperti apa sebenarnya jiwa manusia itu, dimanakah jiwa itu di dalam diri manusia, kalau raganya perempuan apakah wujud jiwa juga perempuan, apakah makanan jiwa itu, apakah jiwa juga bernafas. Pengetahuan memerlukan penelitian dan pengujian secara empirik, namun terbatasnya kemampuan inderawi manusia saat ini, membuat manusia belum mampu untuk merasakan dimensi non fisik seperti jiwa manusia. Sehingga pengetahuan berhenti pada kesimpulan yang bersifat dugaan, sementara.

     Berbeda halnya dengan kesadaran, kesadaran akan memberikan informasi yang lengkap seperti apa jiwa itu, karena kesadaran akan membawa manusia merasakan dan mengalami langsung pengalaman sebagai jiwa, sehingga informasi dan kesimpulan yang diperoleh melalui kesadaran berakhir pada kesimpulan yang hakiki.

     Dalam buku piece of mind dikatakan bahwa pikiran manusia 12 % merupakan pikiran sadar, sisanya merupakan pikiran bawah sadar. Ilmu Pengetahuan juga belum mengetahui banyak tentang pikiran bawah sadar ini. Namun ilmu pengetahuan memberi gambaran, bahwa seorang jenius seperti Albert Einstein menggunakan 5% - 6% pikiran sadar. Dalam pandangan spiritual dikatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari tubuh fisik dan tubuh non fisik. Tubuh non fisik terdiri dari 6 lapis dengan jiwa sebagai pusatnya. Ilmu pengetahuan manusia memang belum dapat menjangkau pandangan ini, sehingga pemahaman terhadap hal ini hanya terbatas pada sebagian kecil manusia yang pernah merasakan dan mengalami tubuh non fisiknya. Mungkinkah sisa 88 % pikiran bawah sadar merupakan pikiran dari tubuh non fisik manusia ?. Pada titik ini tampaknya ada kesamaan pandang antara ilmu pengetahuan dengan spiritual. Buku piece of mind mengatakan bahwa ketika pikiran sadar berada dalam keadaan Theta ( keadaan dimana pada pengukuran menggunakan elektro ensefalograf, gelombang energi otak berada pada 3,5 - 7 cps ) manusia mulai memasuki pikiran bawah sadar. Sedangkan pandangan spiritual mengatakan bahwa ketika pikiran manusia berada dalam keadaan Theta, maka manusia mulai merasakan kesadaran sebagai jiwa.

Belajar sadar

     Kesadaran adalah hal yang ada pada manusia. Diberikan satu paket oleh Tuhan ketika manusia diberikan kehidupan oleh Tuhan. Yang terjadi adalah bahwa manusia telah melupakan kesadaran yang dimilikinya. Kesadaran dalam dimensi fisik, dimensi jiwa dan dimensi roh adalah hal yang melekat dalam diri manusia. Jangankan kesadaran dalam dimensi jiwa atau roh, manusia sendiri jarang mempedulikan kesadaran yang bisa dirasakannya saat ini, yaitu kesadaran fisik.

     Pernahkah kita mencoba dalam keheningan untuk merasakan jantung kita sendiri ?. Pernahkah kita menyadari bahwa jantung kita belum pernah berhenti barang satu menit saja selama kita hidup ?. Pernahkah kita menyadari bahwa jantung kita memompa 5 liter darah ke seluruh tubuh dalam setiap denyutnya ?.Tidak pernah ada di dunia ini mesin ciptaan manusia yang hidup terus menerus tanpa pernah berhenti dan memompa lebih dari 600.000 galon darah setiap tahunnya. Bukankah itu suatu keajaiban yang tidak pernah kita sadari ?.Pernahkah kita belajar dari jantung kita tentang bagaimana kita menjalani hidup ?. Seperti itulah seharusnya kita menjalani hidup, tetap berbuat, memberikan kehidupan kepada dunia, seperti halnya jantung kita memberikan kehidupan kepada seluruh bagian tubuh kita.

     Pernahkah kita merasakan aliran darah di tubuh kita ?. Apakah darah kita hanya mengantarkan sari makanan ke seluruh tubuh kita ?. Tidak, darah juga mengambil sisa-sisa makanan dari seluruh tubuh kita. Apakah ada bagian tubuh kita sekecil apapun yang tidak diberikan makanan oleh darah kita ?. Tidak, tidak ada satupun bagian tubuh sekecil apapun yang terlewatkan oleh darah kita. Mengapa kita tidak belajar dari darah kita ?. Andaikan pemerintah diseluruh dunia bisa belajar dari darah, tentunya tidak pernah ada orang yang kelaparan karena tidak ada yang hendak dimakan.  

     Dan yang terpenting dari itu semua, pernahkah kita berterimakasih kepada jantung kita, darah kita, tubuh kita dan yang menciptakan itu semua ?. Lakukanlah, mulailah dari kesadaran yang kita sadari.

Penutup.

     Agama pada hakekatnya adalah perangkat yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia agar manusia dapat menjalani kehidupan sebagaimana yang Tuhan kehendaki. Bahwa benar dan salah, baik dan buruk, terang dan gelap dan segala yang diciptakan berlawanan atau berpasangan oleh Tuhan adalah satu kesatuan yang saling melengkapi, namun apabila kita terpaksa harus menentukan pilihan karena keterbatasan kesadaran kita, maka gunakanlah pilihan kita dengan bijak. Kesadaran adalah kunci untuk memperoleh kebenaran hakiki, belajarlah kesadaran ini dari yang terendah hingga yang tertinggi agar tingkap-tingkap rahasia alam semesta terbuka bagi kita dan kita dapat kembali kepadaNYA seutuhnya. Amin.

Baca selengkapnya . . .