01 Maret 2010

Memahami Olah Yudha Dalam Kirops

(Lanjutan Teknik dan Kiat Membuat Kirops)

 

     Pertama-tama saya mohon maaf karena tulisan “Teknik dan Kiat Membuat Kirops” stagnan beberapa lama. Saya melihat kesulitan para perwira adalah dalam menuangkan “olah yudha” khususnya pada Pasal 3-Analisa Cara Bertindak Yang Berlawanan”.

     Kalau melihat jurus bagaimana melakukan olah yudha, sangat banyak aliran yang mungkin akan membingungkan bagi para perwira. Dalam forum ini saya tidak akan mengarahkan jurus mana atau aliran mana yang paling tepat namun saya akan lebih mengarah kepada filosofi oleh yudha dalam analisa CB yang berlawanan, selain itu saya juga akan memberikan kritik terhadap beberapa teknik olah yudha yang banyak berkembang sekarang ini. Berkaitan dengan seleksi Seskoad saya juga akan berikan kiat bagaimana tetap mengikuti jurus dan aliran yang selama ini digunakan tetapi dengan penyempurnaan terhadap kritik kritik yang ada.

     Judul pasal 3 adalah “Analisa Cara Bertindak Yang Berlawanan”. Pertama-tama mari kita cari tahu apa itu analisa – cara bertindak – berlawanan baik secara pengertian maupun teori dasar yang dimuat dalam Bujuklap Dinas Staf Operasi.

      Analisa adalah:

  • Menurut Kamus Bahasa Indonesia.
    • Proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya (data/fakta);
    • Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan (Muda. 2006).
  • Menurut Kamus Militer.
    • Kupasan atau bahasan ilmiah untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya terhadap peristiwa atau masalah.
    • Uraian secara keseluruhan kedalam bagian-bagiannya untuk mencari  hubungan timbal balik antara bagian-bagian itu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan (Mabes TNI. 1989)

      Cara Bertindak adalah:

  • Rencana tindakan yang dirumuskan dan yang akan memungkinkan seorang komandan mengambil pemilihan keputusan (alternatif) dalam mewujudkan tugas pokoknya dengan baik. Biasanya mengandung jawaban atas pertanyaan-pertanyaan : apa, bilamana, dimana, dan bagaimana. Cara bertindak harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah untuk ditelaah (Mabes TNI. 1989).

Berlawanan adalah:

  • Bertentangan (Muda. 2006).

Teori dasar dalam Bujuklap Dinas Staf Operasi (Mabesad. 1986) dikatakan pelaksanaan analisa sebagai berikut:

  • Dimulai dengan menyatakan CB sendiri dihadapkan kemampuan musuh; Olah Yudha mulai dari kedudukan pertama hingga selesai tugas;
  • Bila pelaksanaan tugas melalui taraf, dapat dinyatakan dalam bentuk sub-sub pasal;
  • Pada akhir proses sub pasal “Analisa CB yang Berlawanan” harus dapat diketahui hal-hal sbb:
    • Kebutuhan dan penambahan atau perbaikan posisi awal.
    • Komposisi pasukan dan kekuatannya untuk serangan pokok dan serangan bantuan.
    • Kebutuhan akan Bantuan Tembakan, penggunaan asap, bantuan nuklir dan udara.  
    • Kemungkinan menemui kesulitan medan dan kejadian kritis yang mungkin timbul, serta bagaimana upaya mengatasinya. 
    • Lokasi dan komposisi permulaan cadangan serta kemungkinan penggunaan dalam berbagai taraf operasi.  
    • Tindakan yang diperlukan dalam konsolidasi, reorganisasi dalam daerah sasaran.
    • Kelemahan dan kerugian tiap tindakan (tetapi jangan membandingkannya) dan cara mengatasinya.
    • Jangan dilupakan mengenai persoalan bantuan admisistrasi.  

     Dari pengertian dan teori dasar yang dikemukakan di atas maka dalam “Olah Yudha” kita harus berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:

  • Berangkat dari data/fakta.
  • Daerah operasi merupakan ruang yang dapat digunakan kedua pihak untuk saling memperbesar kemampuan dan memperkecil kelemahan sendiri serta memperkecil kemampuan dan memperbesar kelemahan musuh.
  • Aksi yang kita lakukan akan mendapat reaksi dari musuh, aksi yang musuh lakukan akan mendapat reaksi dari kita (bertentangan/berlawanan).
  • Indikator untuk mengukur keputusan taktis terbaik dengan resiko terkecil diantaranya adalah: Pencapaian Tupok, Manuver, Kodal, Dukungan, Bantem, Banpur, Moril, Korban, Cadangan, Banmin.

     Berangkat dari data/fakta. Artinya pijakan awal analisa adalah data/fakta. Data dan fakta ini ada di Pasal 1 “Tugas Pokok” dan di Pasal 2 “Keadaan dan Cara Bertindak”. Di pasal 1 kita akan mendapatkan tugas khusus dan tugas terkandung yang akan kita analisis pelaksanaannya dihadapkan pada kemampuan musuh dan ruang daerah operasi. Pada pasal 2 kita akan mendapatkan data/ fakta tentang daerah operasi dan musuh dari Staf Intelijen, data/fakta tentang keadaan sendiri dari Staf 2 s/d Staf 5 serta data tentang kemampuan musuh dari Staf 1dan data tentang CB sendiri dari saran Staf 2. Persoalan yang ideal adalah persoalan yang dapat mengantarkan casis berpikir kritis dalam proses analisa sehingga seyogyanya data/fakta yang disiapkan dapat merangsang casis untuk berfikir. Misalkan pembuat soal menginginkan casis untuk menganalisa faktor cuaca, dalam data dapat diberikan keadaan cuaca yang tidak biasa misalkan kecepatan angin pada periode tertentu diramalkan akan berkisar pada 10 s/d 15 km/jam bertiup searah dengan gerakan kita atau bisa juga musuh. Dalam Kir Intel, Staf 1 akan memberi penekanan khusus tentang pengaruh kecepatan angin ini baik terhadap cara bertindak musuh maupun cara bertindak kita. Ketika kecepatan angin menguntungkan kita, maka dalam olah yudha akan dibahas bagaimana memanfaatkan kecepatan angin tsb untuk memperbesar kemampuan kita sekaligus memperkecil kemampuan musuh dalam penyelesaian setiap tugas (tugas khusus dan tugas terkandung), demikian juga apabila kecepatan angin merugikan kita, apa yang harus kita lakukan untuk meminimalkan kerugian atau mencegah musuh memanfaatkan angin tsb untuk memperbesar keunggulannya.

     Daerah Operasi. Meliputi Cuaca – Medan – Karakteristik lain. Daerah operasi merupakan ruang dimana Kita dan Musuh bertempur. Dalam “The Art of War – Sun Tzu (Clavell. 2003), daerah operasi dibahas secara khusus dalam bab XI dari tiga belas bab buku Seni Perang Sun Tzu. Namun berkenaan dengan seleksi Seskoad kita tidak perlu membahas buku seni perang tersebut, yang ingin saya sampaikan disini bahwa daerah operasi merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu peperangan/pertempuran. Sun Tzu sendiri memerlukan satu bab khusus untuk membahas tentang daerah operasi. Beberapa perwira mungkin pernah mendapat pengarahan dari senior-senior alumni Seskoad, bahwa untuk mengerjakan olah yudha menggunakan alat analisis TUMMPAS (Tugas-Medan-Musuh-Pasukan Sendiri). Alat analisis ini sebenarnya sudah tepat, namun yang ingin saya kritik adalah: bahwa “Medan” bukan diterjemahkan sebagai Daerah Operasi melainkan Medan Kritik. Hal ini tentunya tidak kurang lengkap dijadikan titik awal dalam proses analisa, karena dalam pasal 2 keadaan yang dimaksud bukan semata medan (medan kritik) tetapi juga cuaca dan karakteristik lain. Kalau tidak digunakan dalam proses analisis, untuk apa cuaca dan karakteristik lain dimuat dalam pasal 2. Jadi pengertian Medan dalam TUMMPAS bukan semata medan kritik melainkan Medan Operasi (medan kritik adalah bagian dari medan operasi).

     Aksi Reaksi. Aksi dan reaksi adalah suatu terminologi yang sangat tepat untuk mendefinisikan konsep berlawanan dalam “Analisa CB yang Berlawanan”/olah yudha. Tujuan akhir setiap peperangan/pertempuran adalah meraih kemenangan. Peperangan/pertempuran adalah suatu dimensi  sangat kompleks dimana kemenangan tidak dapat ditentukan oleh semata besar pasukan dan kecanggihan persenjataan, namun banyak variabel-variabel lain yang saling berinteraksi satu dengan lainnya yang akan menentukan arah kemenangan.

 

     Sekarang kita akan membahas bagaimana kita mengerjakan olah yudha. Berikut ini ada gambar dan beberapa tabel yang telah dimuat dalam tulisan lalu untuk memudahkan pengerjaan olah yudha.

Gambar 1. 

Interaksi Tiga Faktor Petempuran

clip_image001

 

Tabel 1

Matriks Olah Yudha/Kirops

(Sebenarnya merupakan satu matrik bersusun kesamping)

 clip_image002 clip_image002[14]

clip_image002[6]

clip_image002[9]

clip_image002[11]

Catatan: Matrik diatas sekedar contoh, bisa ditambah faktor lain seperti: Kerahasiaan, Pendadakan, dll. 

 

     Kegunaan matrik olah yudha ini adalah untuk memudahkan casis dalam melakukan olah yudha. Melalui matrik diatas casis menentukan beberapa aspek yang akan ditinjau saat melakukan olah yudha pada fase gerakan dari GA ke GT Kuya , yaitu: manuver, bantem, korban, moril dan pencapaian tugas pokok. Pada dasarnya suatu pertempuran dapat kita bayangkan sebelumnya, oleh karenanya proses pembuatan matrik sesungguhnya merupakan proses analisa itu sendiri. Namun dalam seleksi Seskoad, casis diharapkan mampu menuangkan analisa kedalam bentuk tulisan, sekalipun dalam suatu pertempuran proses analisa semacam itu mungkin tidak pernah digunakan/dilakukan.

     Format olah yudha yang digunakan dalam seleksi Seskoad hingga saat ini masih seperti yang disampaikan pada tulisan yang lalu. Sebenarnya ada beberapa kelemahan pada format yang digunakan selama ini, yaitu:

  • Analisa CB dihadapkan kemampuan musuh dilaksanakan sendiri-sendiri sehingga analisa menjadi sangat panjang padahal substansinya hampir sama. Selain itu dengan analisa CB secara sendiri-sendiri kita tidak dapat melihat secara langsung perbandingan antara kedua cara bertindak dalam pembahasan, padahal substansi olah yudha adalah untuk memilih CB yang terbaik melalui perbandingan. Hal ini bisa disiasati dengan tidak lagi melakukan analisa secara tersendiri masing-masing CB
  • Penentuan tugas sebagai alat analisis belum konsisten. Misal pada fase Gerakan dari DP menuju GA, apakah melintasi GA adalah tugas?. Seharusnya tugas yang menjadi alat analisis adalah tugas khusus dan tugas terkandung. 
  • Pembahasan dilakukan pada “Pasukan Sendiri”, sementara pada Tugas, Medan dan Musuh lebih sebagai data/fakta. Mungkin akan lebih tepat bila pembahasan dibuat tersendiri dan diluar Tugas; Medan; Musuh ; dan Pasukan Sendiri.

     Selanjutnya kita akan mencoba bagaimana penuangan tulisan dalam olah yudha. Penuangan olah yudha akan dibuat dalam empat versi. Versi 1, menggunakan pendekatan dan format  TUMMPAS, setiap CB dibahas tersendiri, analisa pada pasukan sendiri. Versi 2, menggunakan pendekatan dan format  TUMMPAS, setiap CB dibahas tersendiri, analisa pada ruang tersendiri (tidak pada pasukan sendiri). Versi 3, menggunakan pendekatan dan format TUMMPAS, kedua CB dalam satu pembahasan, analisa pada ruang tersendiri. Versi 4, menggunakan pendekatan TUMMPAS format bebas, kedua CB dalam satu pembahasan, analisa menyatu dalam pembahasan. Versi-versi ini sekedar memberikan gambaran untuk memberikan wawasan. Dalam ujian seleksi saya menyarankan agar perwira tetap menggunakan alat analisis TUMMPAS tetapi dengan metode aksi reaksi. Sederhananya aksi reaksi itu seperti ini: Kalau kita menyerang berarti kita beraksi lebih dulu. Dalam aksi kita tersebut pertama-tama kita harus melihat seperti apa kita (kemampuan, faktor lainnya) dan seperti apa musuh (kemampuan, faktor lainnya) kemudian kita lihat medan operasi (yang berpengaruh langsung terhadap CB kita maupun musuh, baik cuaca, medan kritik maupun karakteristik lain). Kemudian ketika kita melakukan aksi dengan kemampuan yang kita miliki di medan operasi tersebut, apa kemungkinan kemampuan dan tindakan sebagai reaksi musuh. Dari reaksi musuh tersebut, apa yang harus kita lakukan (re reaksi=aksi ulang kita). Dari aksi reaksi ini apa  pengaruhnya terhadap hal-hal spt: Pencapaian tugas, kerahasiaan, pendadakan, moril, korban, manuver, bantem, dukungan, pelayanan, dsb (tidak semua dibahas, cukup yang berpengaruh saja, misalkan: terhadap manuver, kodal, korban). Dari pengaruh-pengaruh inilah kita bandingkan di pasal 4 mana CB yang terbaik). Kalau kita bertahan, berarti musuh yang beraksi lebih dulu. Inilah sebenarnya substansi olah yudha. Dengan demikian olah yudha selalu berangkat dari data/fakta (kebenaran pada saat itu/kenyataan yang ada) baik KITA, DAERAH OPERASI maupun MUSUH. Bagaimana kita mengkombinasikan ketiga faktor itu, itulah yang dinamakan OLAH YUDHA.

Catatan:  Dalam contoh pembuatan olah yudha berikut ini, variabel CB yang digunakan adalah “Titik Berat” (totalitas daya tempur berada pada petak yang menjadi titik berat). CB I titik berat di petak kiri; CB II titik berat di petak kanan.

Versi 1.

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian sebaiknya Kompi kiri tidak bergerak terlalu cepat sehingga dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

Catatan: Coba perhatikan uraian diatas, apakah sudah bisa melihat aksi reaksi yang terjadi antara kita dan musuh ?, apakah sudah melihat penuangan data/fakta tentang Kita-Rahops-Musuh?. Selanjutnya kita akan melihat apa dampak/pengaruh bila dihadapkan dengan CB.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

ATAU . . . .

(4)  Pasukan sendiri.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak tidak tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat rendahnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat dan seberapa besar  musuh dapat dihancurkan. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok.

Catatan: 

  • Contoh diatas belum menguraikan bagaimana CB II (titik berat di petak kanan).
  • Sekalipun CB I titik berat di petak kiri, bukan berarti hanya petak kiri yang dibahas, petak kanan pun harus dibahas.
  • Kelemahan versi ini, kita tidak bisa melihat langsung pembahasan perbandingan kedua CB.
  • Dalam menarik sebuah kesimpulan (misal: banyak jatuh korban), harus disertai dengan argumen (Winarto, dkk. 2004). Suatu analisa akan “prematur” apabila kita tidak menyertakan argumen yang memadai, karena pihak lain tidak dapat menelusuri bagaimana proses terjadinya suatu kesimpulan.
  • Sesuai dengan tabel olah yudha dalam pembahasan CB I, pengaruh yang terjadi seperti manuver, bantem, dst berada pada kolom negatip, sehingga pembahasanpun bersifat negatip.
  • Jangan terlena dengan pembahasan olah yudha karena perwira akan kehilangan waktu. Misal: ketika kita berbicara tentang korban, sebenarnya ada lagi variabel pengaruh yang dapat kita bahas, misalnya: evakuasi. Kalau ada waktu boleh dibahas, tapi kalau tidak upayakan sekurangnya dapat membahas 3 variabel pengaruh (misal: manuver, bantem, korban - pada tabel olah yudha saya beri contoh 5 variabel pengaruh pada fase gerakan GA ke GT. Kuya). Pada fase gerakan berikut, kita bahas variabel lainnya, diharapkan saat mengerjakan pasal 4 perwira sudah mendapat selengkap mungkin variabel pengaruh untuk diperbandingkan.

Versi 2

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A bergerak di petak kiri, Kompi B di petak kanan, Kompi C sebagai cadangan.

(5)  Analisa/Pembahasan.

     Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian Kompi kiri tidak dapat bergerak dengan cepat agar dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

ATAU . . .

(5)  Analisa/Pembahasan.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak tidak tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat rendahnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat musuh dapat dihancurkan dan seberapa besar kita dapat memberikan kerugian kepada musuh. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok.

Versi 3

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A bergerak di petak kiri, Kompi B di petak kanan, Kompi C sebagai cadangan.

(5)  Analisa/Pembahasan.

     Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian Kompi kiri tidak dapat bergerak dengan cepat agar dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

     Apabila titik berat ditempatkan disebelah kanan, Kompi A masih dapat dibantu oleh satuan Zipur untuk membantu mengatasi sebaran ranjau bobby trap musuh, namun penggunaan bantem yang kurang efektif di petak kiri  akan diprioritaskan di petak kanan. Kondisi ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap manuver Kompi B yang berada di petak kanan. Penggunaan bantem dapat difokuskan untuk menekan musuh sehingga memberikan ruang bagi Kompi B untuk bermanuver. Minimnya lindung tembak tidak terlalu menjadi masalah, karena musuh disibukkan oleh serangan bantem kita, dengan demikian penggunaan bantem untuk membantu manuver pasukan akan lebih efektif. Sekalipun manuver masih tetap sulit akibat keterjalan medan dan tiupan angin, namun pasukan dapat dapat terhindar dari tekanan musuh, sehingga kemungkinan korban dipihak kita akan lebih kecil. Terjalnya medan masih tetap berpengaruh terhadap tingkat kelelahan pasukan, namun tekanan musuh akan jauh berkurang karena sudah disibukkan oleh serangan bantem kita. Kondisi ini akan berdampak positip bagi moril pasukan. Penggunaan bantem secara langsung dapat mengurangi tekanan musuh kepada pasukan kita, hal ini akan memberikan keleluasaan dalam bermanuver sekalipun lindung tinjau pasukan terbatas. Dengan demikian tugas untuk menghancurkan musuh akan lebih cepat. Bantem juga secara signifikan akan mengurangi kekuatan musuh, karena hasil tembakan akan lebih efektif di medan yang lebih terbuka. Dengan demikian pencapaian tugas pokok akan lebih baik

ATAU . . .

(5)  Analisa/Pembahasan.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan tekanan musuh dapat dikurangi sehingga akan memberikan sedikit keleluasaan bagi pasukan untuk bermanuver walaupun lindung tinjau terbatas, karena musuh disibukkan oleh serangan bantem kita.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak menjadi tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat minimnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, bantem dapat digunakan untuk membantu pasukan dengan menekan musuh sehingga tekanan musuh kepada pasukan kita berkurang.  Selain itu dengan medan yang lebih terbuka akan lebih mengefektifkan penggunaan bantem dalam membantu pasukan.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh untuk memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, kita dapat memberi tekanan kepada musuh sehingga kesulitan pasukan dalam bermanuver akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau dapat dikurangi. Moril pasukan akan terjaga dan jatuhnya korban dapat dimimalisir.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat musuh dapat dihancurkan dan seberapa besar kita dapat memberikan kerugian kepada musuh. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, Bantem dapat digunakan untuk mengurangi tekanan musuh terhadap pasukan kita, Kompi B akan lebih leluasa dalam bermanuver sekalipun lindung tinjau yang terbatas, karena musuh sudah disibukkan oleh tekanan yang kita berikan. Kondisi medan yang relatif terbuka di petak kanan akan membuat penggunaan bantem lebih efektif untuk menghancurkan musuh, dengan demikian pencapaian tugas pokok akan lebih baik dengan menempatkan titik berat di petak kanan.

Versi 4.

Bersambung . . . . .

 

DAFTAR PUSTAKA

-   Muda, A.A.K. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Reality Publisher. Hal.44.

-    Mabes TNI. 1989. Naskah Sementara tentang Kamus Istilah dan Singkatan ABRI.

-     Mabesad. 1986. Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf Operasi.

-     Mabesad. 1987. Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf Umum.

-     Mabesad. 1986. Buku Petunjuk Lapangan tentang Komando Pengendalian Operasi.

-     Winarto, Y.T, dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal: 49-52.

Baca selengkapnya . . .

21 Februari 2010

Memahami Pembuatan Karmil Dalam Rangka Seleksi Seskoad

     Pada tulisan sebelumnya saya telah membahas bagaimana tentang pembuatan Karmil saat ujian seleksi Seskoad. Namun tulisan terdahulu rupanya masih agak sulit dipahami, sehingga saya harus menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para calon siswa Seskoad.

     Ujian Karmil tahun ini masih tetap seperti tahun lalu, dimana judul sudah diberikan. Oleh karenanya setiap calon siswa harus dapat menyesuaikan dengan apapun judul yang diberikan.
     Saya masih sering didatangi para perwira yang akan mengikuti seleksi Seskoad, sambil membawa Karmil untuk dikoreksi. Saya menganjurkan agar perwira tidak perlu menyiapkan Karmil, namun yang perlu disiapkan adalah bagaimana berlatih membuat: Pendahuluan, Latar Belakang Pemikiran, Kondisi Awal, Faktor Berpengaruh, Kondisi Akhir dan Penutup. Saya menyarankan untuk memilih judul yang pernah dialami dalam bertugas sehingga perwira memiliki memori yang akan sangat membantu proses penuangan yang ada dibenak kedalam tulisan.
     Tentang judul hampir dapat dipastikan bahwa judul yang diberikan memiliki 2 variabel (makro dan mikro). Judul yang diberikan juga berkisar pada Upaya Meningkatkan Bla Bla Bla dan Optimalisasi Bla Bla Bla. Apakah ada perbedaan antara OPTIMALISASI dan UPAYA MENINGKATKAN ? Untuk mudahnya saya akan menjelaskan melalui suatu analogi sehingga mudah dipahami dimana letak perbedaan antara keduanya.
  • Saya memiliki sebuah mobil Toyota Avanza keluaran tahun 2005. Pada saat baru, kecepatannya dapat mencapai 130 km/jam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sekarang kecepatan paling tinggi yang dapat dicapai hanyalah 90 km/jam.
  • Apabila saya ingin mengoptimalkan kecepatan kendaraan maka saya akan melakukan berbagai cara agar kecepatannya dapat mencapai kecepatan standar ketika mobil tersebut keluar dari pabrik yaitu 130 km/jam. Atau minimal mendekati kecepatan 130 km/jam, misalnya menjadi 127 km/jam.
  • Sedangkan upaya meningkatkan ada dua kemungkinan, pertama melebihi kecepatan yang dapat dicapai saat ini, misalnya dari 90 km/jam di utak-utik menjadi 95 km/jam (meningkat 5 km/jam) atau kemungkinan kedua meningkatkan kecepatan melebihi standar pabrik, misalkan menjadi 160 km/jam. Tentu cara yang dilakukan berbeda antara meningkatkan menjadi 95 km/jam dan menjadi 160 km/jam.
     Terkadang saya sering bingung juga apabila ada judul, misalkan: Optimalisasi Kemampuan Komunikasi Sosial Babinsa Dalam Rangka Mempersempit Ruang Gerak Terorisme Di Wilayah Tugas. Kebingungan saya adalah: Apakah ada standar Kemampuan Komsos Babinsa, kalau ada berarti kita bisa menggunakan Optimalisasi, tetapi kalau tidak ada standar sebaiknya menggunakan Upaya Meningkatkan, sehingga judul tersebut sebaiknya: Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Sosial Babinsa Dalam Rangka Mempersempit Ruang Gerak Terorisme di Wilayah Tugas.
     Sebelum kita melanjutkan pembahasan, ada baiknya perwira calon siswa mengetahui hal-hal apa saja yang dinilai termasuk bobotnya. Tabel di bawah ini hanya sekedar perkiraan, namun kira-kira tidak jauh berbeda pada setiap pelaksanaan seleksi. Apa dan bagaimana supaya Karmil yang dibuat memenuhi unsur unsur yang akan dinilai, akan saya informasikan dalam pembahasan.

Tabel 1. BOBOT NILAI KARMIL
NO
ASPEK PENILAIAN
BOBOT
%
A
TEKNIK PENULISAN
± 15
- Judul
- Pendahuluan :
- Inti Tulisan
- Penutup
B
KELENGKAPAN
± 5
- Tata tulis & Minu
- Kelengkapan Naskah
C
KUALITAS KARMIL
± 80
- Judul
- Hubungan Antar Bab
- Inti Tulisan (Bab I s/d VII)
- Alur Pikir / Pola Pikir

UNTUK DIPERHATIKAN !!
  • Karmil yang dibuat perwira dalam ujian adalah Karmil Pemecahan Masalah, dengan demikian perwira perlu memahami apa yang dimaksud dengan masalah. Apa juga yang dimaksud dengan persoalan ?
  • Sederhananya, masalah adalah penyimpangan/deviasi antara realita dan harapan. Semakin besar penyimpangan berarti semakin besar masalah yang terjadi.
  • Persoalan bagian (anak) dari masalah, persoalan juga bisa sebagai masalah atau masalah sebagai persoalan. Kapan masalah jadi persoalan dan kapan persoalan jadi masalah sangat tergantung pada strata pembahasan, misalnya:
    • Banjir tahunan adalah masalah bagi kota Jakarta, persoalannya adalah: Adanya pemanfaatan lahan yang tidak semestinya di daerah Puncak; Banyak penduduk Jakarta tinggal di bantaran sungai; Pembangunan yang kurang mempertimbangkan areal resapan air; dsb.
    • Pemanfaatan lahan yang tidak semestinya merupakan persoalan bagi Pemda DKI, tetapi menjadi masalah bagi Pemda Bogor.
  • Dalam penulisan Karmil, masalah terdapat pada variabel makro (tetap), sedangkan persoalan yang akan dipecahkan ada pada variabel mikro(tidak tetap). Dalam Karmil ujian seleksi yang dibahas secara rinci adalah variabel mikro, bukan variabel makro. Penguraian variabel makro hanya untuk mengantarkan pembahasan pada variabel mikro. Sederhananya, apabila persoalan-persoalan dapat diatasi maka masalah otomatis dapat diatasi.
  • Dalam Karmil sering kita menemukan tujuan dan sasaran. Pada dasarnya tujuan adalah untuk menjawab permasalahan, sedangkan sasaran adalah untuk menjawab persoalan. Namun dalam penulisan sangat sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi, demikian juga dengan sasaran sering tidak berkaitan dengan persoalan yang akan ditangani.
Tentang Judul.
     Agar memenuhi persyaratan dalam teknik penulisan, judul harus dibuat dengan HURUP BESAR tanpa diakhiri titik dan diberi garis bawah, contoh:
UPAYA MENINGKATKAN PERFORMA TOYOTA AVANSA
DALAM RANGKA MENGHADAPI LOMBA DRAG RACE
KELAS 1300 CC
     Judul harus sesuai dengan judul Karmil yang disiapkan dalam ujian. Upayakan judul yang dituliskan tidak berkurang satu hurup pun dari pilihan judul yang diberikan.  
     Dalam contoh judul yang diberikan di atas, variabel makro adalah: Dalam Rangka Menghadapi Lomba Drag Race Kelas 1300 cc. Variabel mikro adalah: Upaya Meningkatkan Performa Toyota Avansa.
     Permasalahannya: “ Toyota Avansa yang dimiliki tidak memadai untuk mengikuti lomba”. Lomba drag race sangat tergantung pada faktor kecepatan dan akselerasi. Kecepatan dan akselerasi yang ada sekarang masih sesuai standar pabrik yang peruntukannya bukan untuk perlombaan, dengan demikian apabila ferforma tidak ditingkatkan, kendaraan tidak memadai dalam menghadapi lomba drag race.
     Persoalannya: “ Setting kecepatan dan akselerasi kendaraan masih standar pabrik ”. Kendaraan yang dibuat pabrik untuk digunakan sehari hari berbeda dengan yang diperuntukkan untuk lomba.
       Berawal dari judul, perwira harus sudah dapat melihat apa permasalahan dan apa persoalan. Selanjutnya dari permasalahan dan persolalan perwira harus sudah memiliki gambaran/bayangan bagaimana menjawab/menanganinya. Bertolak dari sini, perwira seharusnya sudah memiliki gambaran tentang isi tulisan/apa yang akan ditulis.

Pendahuluan.
     Bab pendahuluan meliputi: Umum; Maksud dan Tujuan; Ruang Lingkup dan Tata Urut; Metode dan Pendekatan; dan Pengertian-pengertian. Upayakan seluruh unsur dari pendahuluan harus ada, karena bila tidak ada maka akan diberi nilai nol bagi unsur yang tidak ada.
     Pasal Umum. Penentuan berapa poin yang akan dimuat dalam pasal umum sebaiknya disesuaikan dengan jumlah variabel dalam judul. Karena ujian Karmil biasanya memuat dua variabel, maka sebaiknya terdapat 2+1 poin dalam pasal umum. Poin “a” menguraikan secara ringkas tentang variabel makro. Tuangkan latar belakang dan substansi masalah. Poin “b” menguraikan secara ringkas tentang variabel mikro. Deskripsikan persoalan persoalan yang menjadi bagian masalah. Pada poin “c” berisi penekanan pentingnya masalah diselesaikan, terkadang dapat juga ditambahkan harapan penulis.
Contoh Pasal Umum:
a.   Lomba Drag Race merupakan lomba tahunan IMI (Ikatan Motor Indonesia) yang digelar secara bergilir di lima kota besar Indonesia. Ada beberapa kelas yang dilombakan, salah satunya adalah kelas 1300 cc. Peserta diberikan kebebasan untuk memilih 3 jenis  kendaraan setiap kelas, yaitu: Minibus, Jeep dan Sedan. Lomba tahun ini akan dilaksanakan di kota Bandung, saya memutuskan tetap turun di kelas 1300 cc. Namun tahun ini saya saya akan menggunakan kendaraan minibus, bukan sedan seperti yang selama ini saya gunakan. Pertimbangan saya untuk menggunakan mobil minibus adalah karena Toyota Avanza. Toyota Avanza memiliki bobot yang jauh lebih ringan bila dibandingkan sedan maupun jeep pada kelas yang sama.  Faktor bobot kendaraan merupakan faktor penting dalam lomba Drag Race, karena dengan bobot yang ringan kendaraan dapat melaju lebih cepat. Namun sekalipun memiliki keunggulan dari segi bobot, Toyota Avanza belum memadai untuk ikut dalam perlombaan karena ferforma kendaraan diperuntukkan untuk keperluan sehari hari, bukan untuk perlombaan.
b.    Ferforma yang dibutuhkan untuk menghadapi perlombaan terutama pada aspek kecepatan dan akselerasi. Kecepatan maksimal yang direkomendasi pabrik untuk setiap Toyota Avanza 1300 cc adalah 130 km/jam. Rekomendasi ini terutama atas pertimbangan faktor keamanan, sehingga kecepatan dibatasi tidak dapat melebihi kecepatan yang direkomendasikan pabrik. Lomba Drag Race dilaksanakan pada lintasan lurus sehingga faktor keamanan tidak menjadi hal yang urgen, dengan demikian kecepatan Toyota Avanza dapat ditingkatkan melebihi kecepatan yang direkomendasikan pabrik. Akselerasi menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perlombaan Drag Race yang menempuh lintasan lurus dengan jarak yang sangat pendek. Semakin tinggi akselerasi maka semakin cepat kendaraan mencapai kecepatan maksimum. Sekalipun kendaraan memiliki kecepatan maksimum yang tinggi, namun apabila tidak didukung akselerasi yang tinggi, kendaraan akan tertinggal oleh kendaraan yang kecepatan maksimumnya lebih rendah namun memiliki akselerasi yang lebih tinggi, mengingat lomba Drag Race hitungan waktunya berkisaran hitungan detik.
c.     Meningkatkan ferforma Toyota Avanza yang akan saya gunakan dalam perlombaan merupakan hal yang sangat penting. Tanpa ferforma yang memadai, saya hanya akan menuai kekecewaan dan perasaan malu. Mudah-mudahan upaya meningkatkan ferforma Toyota Avanza ini dapat mengantarkan saya ketangga juara.
         Kelemahan yang sering terjadi:
    • Dalam menguraikan poin “a” sering penarikan latar belakang terlalu jauh sehingga tidak fokus pada variabel makro. Misalkan dalam contoh di atas diawali dengan “ Era globalisasi . . . . “.
    • Permasalahan dan persoalan tidak tergambar secara jelas/ bahkan tidak tergambar sama sekali.
     Pasal Maksud dan Tujuan. Pada hakekatnya penuangan maksud dan tujuan sangat berkaitan dengan sifat tulisan. Mengingat Karmil ujian Seskoad bersifat problem solving/pemecahan masalah maka tujuannya berkaitan dengan solusi. Maksud disini adalah maksud penulis, apa yang memotivasi/mendorong penulis untuk menulis. Tujuan berkaitan dengan sifat tulisan, apa yang dikehendaki penulis melalui tulisan yang dibuat.
Contoh Pasal Maksud dan Tujuan:
a.  Maksud. Menguraikan permasalahan fermorma Toyota Avanza aspek kecepatan dan akselerasi dan langkah-langkah peningkatannya.
Tujuan. Mendapatkan performa Toyota Avanza yang memadai untuk lomba Drag Race kelas 1300 cc.
Bersambung . . . . .
Baca selengkapnya . . .

15 Februari 2010

Teknik Menjawab Persoalan Pengantar Filsafat

     Saya telah melihat beberapa pendapat/tanggapan Pasis dalam ruang “Seskoad Korespondensi”, kelemahan mendasar adalah dalam MENYAMPAIKAN ARGUMEN. Ada beberapa tipe pendapat/tanggapan yang saya amati:

  1. Pasis menyampaikan teori/pendapat orang lain (referensi) panjang lebar tapi tidak memberikan argumen (yang berasal dari pasis).
  2. Pasis memberikan pendapat/tanggapan dan merasa sudah memberikan argumen.

     Sederhananya, ber-argumen adalah ber-logika. Mari kita lihat logika sederhana dibawah ini:

  • Makanan yang tidak higienis dapat mengakibatkan sakit perut.
  • Amir sering memakan makanan yang tidak higienis.
  • Amir sering sakit perut.
    • Ketika kita mendapatkan Amir sakit dibagian perut, kita dapat menyimpulkan Amir sakit perut (pendapat/tanggapan). Argumennya karena Amir sering memakan makanan yang tidak higienis, yang menurut teori kesehatan bahwa memakan makanan yang tidak higienis dapat  mengakibatkan sakit perut (mendukung/memperkuat argumen).

Argumen yang digambarkan diatas hanya sebagai contoh yang sangat sederhana sifatnya namun mudah-mudahan dapat memberikan gambaran bagaimana memberikan sebuah argumen.

     Berikut ini saya akan coba berikan gambaran bagaimana memberikan argumen yang agak lebih tinggi grade nya . . . . (Bersambung)

Baca selengkapnya . . .

19 Januari 2010

Mekanisme Pengerjaan Lembar Tugas Materi Pengantar Filsafat

     Para pasis Dikreg 48 Seskoad, saya akan sampaikan beberapa hal berkaitan dengan pengerjaan lembar tugas Pengantar Filsafat, sebagai berikut:

  1. Penilaian atas produk pasis dibagi 2, yaitu: produk tertulis dengan nilai maksimal 60 (Enam Puluh) dan interaksi akademis dengan nilai maksimal 40 (Empat Puluh). Dengan demikian nilai tertinggi yang dapat diraih setiap pasis adalah 100 (Seratus).
  2. Interaksi akademis dilakukan melalui ruang “Seskoad Korespondensi” di http://www.facebook.com. Untuk mengikuti interaksi akademis di ruang ini, pertama-tama pasis harus memiliki account facebook. Setelah itu kirim undangan (invite) kepada heimas1123@gmail.com dengan pesan : Pasis (Nama)/Nosis-Sindikat, contoh: Pasis Deni Rejeki/48007-15. Selanjutnya saya sebagai admin akan mengirimkan undangan kepada pasis agar bisa memasuki ruang interaksi akademis yang berlogo seperti gambar dibawah ini. Logo Seskoad Korespondensi
    Atau agar lebih mudah, pasis buat account facebook (bagi yang belum punya) selanjutnya add saya (Heri Marjaga Siagian) sambil mengirim pesan berupa nama dan nosis. Selanjutnya pasis dapat memberikan pendapat atas persoalan yang dilemparkan oleh admin sesuai dengan lembar tugas. Ruang ini bersifat rahasia, hanya yang diundang oleh admin yang dapat masuk, melihat dan memberikan tanggapan. Oleh karenanya pasis harus terlebih dahulu mengundang admin melalui account facebook yang pasis miliki, agar admin bisa mengundang balik untuk memasuki ruang interaksi akademis ini.
  3. Interaksi akademis dilaksanakan dengan memberikan pendapat/tanggapan terhadap setiap persoalan yang ditanyakan, pasis diwajibkan untuk memberikan sekurang-kurangnya 3 pendapat/tanggapan, sbb:
    • Pendapat/tanggapan terhadap persoalan, dengan terlebih dahulu menulis dibagian atas  sbb: Pendapat Pasis Deni Rejeki / 48007-15   Bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla.
    • Pendapat/tanggapan mendukung terhadap pendapat salah seorang pasis dengan terlebih dulu menulis dibagian atas sbb: Pendapat/tanggapan mendukung Pasis Deni Rejeki / 48007-15 atas pendapat/tanggapan Pasis Ruby Hutajulu / 48100-05  Bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla.
    • Pendapat/tanggapan menolak terhadap pendapat salah seorang pasis dengan terlebih dahulu menulis dibagian atas sbb: Pendapat/tanggapan menolak Pasis Ruby Hutajulu / 48100-05 atas pendapat/tanggapan Pasis Efrizon / 48050-10  Bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla . . bla.
    • Pasis dapat memberikan lebih dari 1 untuk tanggapan mendukung maupun tanggapan menolak, serta akan mendapat kredit point nilai.
  4. Setiap pendapat/tanggapan dalam interaksi akademis memuat minimal 100 dan maksimal 150 kata, dengan disertai dengan argumen yang berdasar (referensi, fakta, contoh, dlsb) untuk menguatkan pendapat/tanggapan yang pasis berikan. Pendapat/tanggapan yang berkembang dalam interaksi akademis selanjutnya menjadi rujukan setiap siswa dalam mengerjakan produk tertulis. Melalui interaksi akademis ini, Prof. Juhaya S. Praja selaku pengampu materi akan dapat melihat sejauh mana pemahaman dan kedalaman pasis berkaitan dengan materi Pengantar Filsafat, dan diharapkan Prof Juhaya dapat menyampaikan ulasan akademis pada saat beliau menyampaikan materi Teori Nilai pada tahap II (in campus). Adapun beberapa ketentuan dan penilaian interaksi akademis sbb:
    • Untuk memudahkan pemberian tanggapan, pasis diharapkan sudah mengundang admin melalui account facebook secepatnya. Tanggapan awal terhadap setiap persoalan diharapkan sudah selesai pada akhir Januari 2010, sehingga pasis tidak saling menunggu untuk memberikan tanggapan lanjutan baik yang bersifat mendukung maupun menolak.
    • Pendapat/tanggapan < dari 100 kata mendapat nilai 0,5.
    • Pendapat/tanggapan 100-150 kata mendapat nilai 1,5.
    • Memberikan argumen tanpa didukung rujukan/dasar yang memadai  mendapat tambahan nilai 0,5.
    • Memberikan argumen dengan didukung  rujukan/dasar yang memadai mendapat tambahan nilai 1,5.
    • Memberikan pendapat/tanggapan tambahan akan mendapat tambahan nilai 0,5 untuk setiap pendapat/tanggapan (mendukung/menolak).
    • Nilai maksimal untuk setiap persoalan adalah 10, untuk 4 persoalan nilai maksimal 40.
  5. Produk tertulis dibuat dalam bentuk bebas dengan jumlah kata 300 s/d 400 kata untuk setiap persoalan. Dalam menjawab setiap persoalan, pasis diwajibkan untuk mencantumkan sekurangnya 1 referensi buku/jurnal dan 1 referensi internet. Esensi yang ingin dinilai dalam produk tertulis adalah bagaimana pasis menjelaskan/menyampaikan pendapat/tanggapan dengan argumentasi yang berdasar dan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis serta fokus pada persoalan yang ditanyakan. Adapun beberapa ketentuan dan penilaian produk tertulis adalah sbb:
    • Produk tertulis dibuat dalam bentuk hardcopy yang dikumpulkan sesuai waktu yang ditentukan dalam lembar penugasan, dan dalam bentuk softcopy yang dikirimkan selambat-lambatnya sesuai dengan tanggal yang ditentukan dalam lembar tugas ke alamat: depjuang.seskoad@yahoo.co.id cc seskoad2seskoad@gmail.com.
    • Penulisan referensi sesuai dengan ketentuan dalam pembuatan Taskap.
    • Setiap persoalan mendapat nilai maksimal 15, untuk 4 persoalan mendapat nilai maksimal 60.
    • Jawaban persoalan < 300 kata akan mendapat nilai 2.
    • Jawaban persoalan 300 – 400 kata akan mendapat nilai 5.
    • Menyertakan referensi buku/jurnal akan mendapat tambahan nilai 2,5. Menyertakan referensi buku/jurnal lebih dari 1 akan mendapat tambahan nilai 0,5 untuk setiap buku/jurnal.
    • Menyertakan referensi internet akan mendapat tambahan 1. Menyertakan referensi internet lebih dari 1 akan mendapat tambahan nilai 0,25 setiap referensi (alamat sumber harus jelas dan dapat diakses)
    • Memberikan argumen tanpa didukung rujukan/dasar yang memadai akan mendapat tambahan nilai 1.
    • Memberikan argumen dengan didukung rujukan/dasar yang memadai akan mendapat tambahan nilai 4.

    Demikian informasi tentang pengerjaan lembar tugas Pengantar Filsafat, apabila ada hal-hal yang kurang jelas agar menanyakan melalui kolom komentar dalam blog ini. Selamat bekerja.

Baca selengkapnya . . .

Trik Mengerjakan Penugasan pada Tahap Korespondensi

     Pada tahap korespondensi Pasis harus menyelesaikan 53 lembar penugasan, bahkan ada juga lembar penugasan yang menuntut lebih dari 1 produk, seperti halnya materi kepemimpinan yang menugaskan 3 produk kajian (kajian kepemimpinan satuan, kajian kepemimpinan tokoh luar negeri dan kajian kepemimpinan tokoh dalam negeri). Apabila dihitung waktu sejak pasis kembali ke satuan pada tanggal 21 Januari 2010  s/d waktu paling akhir pengumpulan produk pada tanggal 23 Maret 2010 maka waktu yang tersedia bagi pasis adalah 61 hari. Bisa kita bayangkan betapa padatnya jadwal pasis selama tahap korespondensi.

     Pimpinan Angkatan Darat juga telah menaikkan standar nilai bagi pasis Dikreg 48, yakni: minimal 80, sehingga saya tidak bisa membayangkan bagaimana pontang-pantingnya pasis untuk menyelesaikan produk. Pimpinan juga telah menegaskan bahwa pelaku plagiat  tidak akan diberi ampun. Dan memang sudah sepantasnya Pasis Dikreg Seskoad haram  melakukan tindakan plagiat, karena mempertaruhkan kehormatan dan martabat yang harus dijunjung tinggi setiap perwira. Esensi plagiat adalah mengakui pendapat atau gagasan orang lain sebagai miliknya, atau juga menuliskan pendapat atau gagasan tanpa menyebut sumbernya sehingga pendapat atau gagasan seolah-olah adalah miliknya. Dalam etika akademis, kita tidak perlu meminta ijin secara lisan untuk menggunakan pendapat atau gagasan orang lain, cukup mencantumkan sumber sesuai aturan penulisan yang berlaku umum. Saya mewanti-wanti kepada pasis untuk tidak menganggap sepele masalah plagiarisme ini. Lebih baik pasis menempuh jalan yang sulit dan berat tetapi terhormat daripada jalan yang mudah dan ringan tetapi hina. Ingat berapa besar pengorbanan pasis dan doa anak istri yang mengiringi hingga para perwira mendapat kehormatan menjadi Pasis Dikreg Seskoad. Penyesalan dikemudian hari tidak ada gunanya. Lalu bagaimana sebaiknya pasis menyiasati tuntutan tugas pendidikan yang demikian berat namun waktunya terbatas.

     Kuncinya adalah kerjasama. Seperti filosofi sapu lidi, sebatang lidi sangatlah sulit ketika akan membersihkan dedaunan yang ada di halaman, namun ketika sekelompok lidi-lidi membentuk suatu kesatuan yang barnama sapu lidi, maka tugas membersihkan dedaunan menjadi jauh lebih mudah dilaksanakan. Dengan filosofi itu pasis bisa membangun kebersamaan untuk melaksanakan tugas pendidikan selama tahap korespondensi. Saya menyarankan menggunakan metode: Bahu membahu menyiapkan input, mandiri melakukan proses, efektif mendapat output

     Menyiapkan input. 53 materi pelajaran dipertanggung-jawabkan kepada 209 pasis, dengan demikian 1 materi pelajaran menjadi tanggung jawab 4 orang pasis untuk menyiapkan input yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki persoalan. Input yang disiapkan, misalkan: data/fakta, teori, pernyataan, argumen, contoh peristiwa, dsb. Menyiapkan input yang memadai bagi suatu tulisan argumentatif/analitis memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga bila setiap pasis harus menyiapkan input sendiri-sendiri maka dapat dipastikan pasis tidak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, atau seandainya mampu menyelesaikan tugas maka patut dipertanyakan seperti apa kualitas produk yang dibuat pasis. Dengan memberikan tanggung jawab penyiapan input secara bahu membahu maka beban pasis untuk menyiapkan input akan menjadi semakin ringan. Dan diperlukan secara perorangan pasis masih dapat menambahkan input tambahan untuk lebih meningkatkan kualitas produk sesuai dengan kemampuan akademis masing-masing. Misalkan ditentukan waktu 1 minggu untuk menyiapkan input, maka dalam satu minggu itu seluruh 53 lembar penugasan sudah siap inputnya. Untuk mendukung hal ini, pasis dapat menggunakan ruang di website Dikreg 48 ( yang saya dengar sudah ada), atau fasilitas lain seperti facebook, dsb.

     Melakukan proses. Ini adalah tahap dimana pasis membuat tulisan, melakukan analisis hingga memberikan argumen. Sekalipun input yang digunakan sama, namun bisa dipastikan kemungkinan tulisan/analisis/argumen yang sama amat sangat kecil bila pasis mengerjakannya secara mandiri/perorangan dengan bahasa sendiri. Melakukan proses ini tentunya akan sangat terbantu dengan input yang memadai, proses penulisan/analisis/argumen akan lebih mudah dan cepat.

     Output yang diharapkan adalah hasil karya pasis secara pribadi, yang menunjukkan kualitas diri dan intelektual masing-masing pasis. Output ini mudah-mudahan dapat dicapai sekalipun tampaknya pekerjaan yang dibebankan kepada pasis sepertinya melebihi kapasitas.

     Mudah mudahan dengan metode seperti ini, pasis dapat mengerjakan tugas pendidikan secara optimal dan mengamankan kebijakan pimpinan Angkatan Darat dengan melaksanakan tugas pendidikan ini secara sungguh-sungguh, bertanggung-jawab dan bermartabat. Selamat belajar.

Baca selengkapnya . . .

18 Januari 2010

Dikreg Seskoad Tahap I Korespondensi

     Tahun ini akan dilaksanakan Dikreg model korespondensi khusus untuk tahap I (lk 3 bulan). Model ini pernah dilakukan pada Selapa dan juga pada KSPS (Kursus Strategi Perang Semesta). Sekalipun TNI AD pernah menyelenggarakan model pendidikan korespondensi, namun kelihatannya TNI AD belum mampu mengatasi kendala mendasar model pendidikan ini, yakni masalah interaksi, baik antara dosen dengan siswa maupun antar sesama siswa. Sebagai contoh, selama korespondensi materi yang diberikan hanya materi yang bersifat teori, sementara materi yang bersifat diskusi diberikan pada tahap II (in campus). Apakah metode diskusi tidak bisa dilaksanakan pada tahap korespondensi ? Tentu saja bisa.

     Sekarang ini bukan lagi menjadi hal yang sulit melakukan interaksi pada ruang berbeda dan waktu berbeda. Pada awal belum ada teknologi interaksi dilakukan pada ruang dan waktu yang sama. Dengan ditemukannya telepon, manusia mulai bisa berinteraksi pada ruang yang berbeda namun waktunya sama, dengan kehadiran internet interaksi semakin menarik karena bisa menampilkan audio dan visual, tidak semata audio saja. Internet juga memungkinkan manusia untuk berinteraksi pada ruang dan waktu yang berbeda contohnya fasilitas docs google yang memungkinkan kita melakukan online collaborations. Misalnya, dulu kalau Pasis ditugaskan membuat semacam tulisan kelompok, biasanya ketua kelompok membagi tugas si A membuat bab I, si B membuat bab II, dst. Ketika tulisan tersebut digabungkan, ternyata isi antar bab saling tidak menyambung ( Jaka Sembung Bawa Golok), karena para pasis biasanya mengerjakan tugas sambil IB. Dengan online collaborations hal itu tidak perlu terjadi, karena sekalipun para pasis mengerjakan di tempat yang berbeda, mereka dapat mengerjakannya bersama-sama. Ketika si A membuat Bab I, dia dapat langsung melihat apa yang dikerjakan si B, si C, dst. Demikian juga si B dapat melihat pekerjaan si A dan si C.

     Secara pribadi saya prihatin dengan tingkat kepedulian para perwira yang rodo sepuh terhadap implementasi teknologi dalam kehidupan militer sehari-hari. Banyak kemudahan dan kecepatan bahkan penghematan yang dapat kita peroleh dari teknologi, tapi masalahnya banyak diantara kita yang masih butek (buta teknologi) dan gaptek (gagap teknologi). Kalau perwira lulusan 80 an masih banyak yang butek bin gaptek, mudah-mudahan untuk perwira lulusan 90 sudah jauh lebih baik, dan untuk lulusan 2000 sudah sadar teknologi semua. Kalau tidak, maka Angkatan Darat kita ini akan semakin terpuruk saja (mudah-mudahan tidak menjadi seperti Dinosaurus – dahulu kala pernah ada yang namanya TNI AD).

     Dalam kapasitas saya sebagai dosen, untuk materi yang saya pegang (di Departemen Juang) saya akan coba untuk mewajibkan interaksi berupa diskusi (ruangnya sedang saya pertimbangkan apakah di blog ini atau akan saya buat ruang diskusi di facebook). Mudah mudahan ini bisa mentriger kesadaran para perwira lainnya, khususnya rekan rekan dosen dan Seskokad. Saya memimpikan suatu ketika ada Dikreg Seskoad Virtual agar seluruh perwira TNI AD pernah merasakan pendidikan Seskoad tanpa harus ada seleksi-seleksi lagi. Mudah-mudahan . . . . , Mari para perwira muda kita wujudkan itu.

Baca selengkapnya . . .