01 Maret 2010

Memahami Olah Yudha Dalam Kirops

(Lanjutan Teknik dan Kiat Membuat Kirops)

 

     Pertama-tama saya mohon maaf karena tulisan “Teknik dan Kiat Membuat Kirops” stagnan beberapa lama. Saya melihat kesulitan para perwira adalah dalam menuangkan “olah yudha” khususnya pada Pasal 3-Analisa Cara Bertindak Yang Berlawanan”.

     Kalau melihat jurus bagaimana melakukan olah yudha, sangat banyak aliran yang mungkin akan membingungkan bagi para perwira. Dalam forum ini saya tidak akan mengarahkan jurus mana atau aliran mana yang paling tepat namun saya akan lebih mengarah kepada filosofi oleh yudha dalam analisa CB yang berlawanan, selain itu saya juga akan memberikan kritik terhadap beberapa teknik olah yudha yang banyak berkembang sekarang ini. Berkaitan dengan seleksi Seskoad saya juga akan berikan kiat bagaimana tetap mengikuti jurus dan aliran yang selama ini digunakan tetapi dengan penyempurnaan terhadap kritik kritik yang ada.

     Judul pasal 3 adalah “Analisa Cara Bertindak Yang Berlawanan”. Pertama-tama mari kita cari tahu apa itu analisa – cara bertindak – berlawanan baik secara pengertian maupun teori dasar yang dimuat dalam Bujuklap Dinas Staf Operasi.

      Analisa adalah:

  • Menurut Kamus Bahasa Indonesia.
    • Proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya (data/fakta);
    • Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan (Muda. 2006).
  • Menurut Kamus Militer.
    • Kupasan atau bahasan ilmiah untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya terhadap peristiwa atau masalah.
    • Uraian secara keseluruhan kedalam bagian-bagiannya untuk mencari  hubungan timbal balik antara bagian-bagian itu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan (Mabes TNI. 1989)

      Cara Bertindak adalah:

  • Rencana tindakan yang dirumuskan dan yang akan memungkinkan seorang komandan mengambil pemilihan keputusan (alternatif) dalam mewujudkan tugas pokoknya dengan baik. Biasanya mengandung jawaban atas pertanyaan-pertanyaan : apa, bilamana, dimana, dan bagaimana. Cara bertindak harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mudah untuk ditelaah (Mabes TNI. 1989).

Berlawanan adalah:

  • Bertentangan (Muda. 2006).

Teori dasar dalam Bujuklap Dinas Staf Operasi (Mabesad. 1986) dikatakan pelaksanaan analisa sebagai berikut:

  • Dimulai dengan menyatakan CB sendiri dihadapkan kemampuan musuh; Olah Yudha mulai dari kedudukan pertama hingga selesai tugas;
  • Bila pelaksanaan tugas melalui taraf, dapat dinyatakan dalam bentuk sub-sub pasal;
  • Pada akhir proses sub pasal “Analisa CB yang Berlawanan” harus dapat diketahui hal-hal sbb:
    • Kebutuhan dan penambahan atau perbaikan posisi awal.
    • Komposisi pasukan dan kekuatannya untuk serangan pokok dan serangan bantuan.
    • Kebutuhan akan Bantuan Tembakan, penggunaan asap, bantuan nuklir dan udara.  
    • Kemungkinan menemui kesulitan medan dan kejadian kritis yang mungkin timbul, serta bagaimana upaya mengatasinya. 
    • Lokasi dan komposisi permulaan cadangan serta kemungkinan penggunaan dalam berbagai taraf operasi.  
    • Tindakan yang diperlukan dalam konsolidasi, reorganisasi dalam daerah sasaran.
    • Kelemahan dan kerugian tiap tindakan (tetapi jangan membandingkannya) dan cara mengatasinya.
    • Jangan dilupakan mengenai persoalan bantuan admisistrasi.  

     Dari pengertian dan teori dasar yang dikemukakan di atas maka dalam “Olah Yudha” kita harus berpedoman pada hal-hal sebagai berikut:

  • Berangkat dari data/fakta.
  • Daerah operasi merupakan ruang yang dapat digunakan kedua pihak untuk saling memperbesar kemampuan dan memperkecil kelemahan sendiri serta memperkecil kemampuan dan memperbesar kelemahan musuh.
  • Aksi yang kita lakukan akan mendapat reaksi dari musuh, aksi yang musuh lakukan akan mendapat reaksi dari kita (bertentangan/berlawanan).
  • Indikator untuk mengukur keputusan taktis terbaik dengan resiko terkecil diantaranya adalah: Pencapaian Tupok, Manuver, Kodal, Dukungan, Bantem, Banpur, Moril, Korban, Cadangan, Banmin.

     Berangkat dari data/fakta. Artinya pijakan awal analisa adalah data/fakta. Data dan fakta ini ada di Pasal 1 “Tugas Pokok” dan di Pasal 2 “Keadaan dan Cara Bertindak”. Di pasal 1 kita akan mendapatkan tugas khusus dan tugas terkandung yang akan kita analisis pelaksanaannya dihadapkan pada kemampuan musuh dan ruang daerah operasi. Pada pasal 2 kita akan mendapatkan data/ fakta tentang daerah operasi dan musuh dari Staf Intelijen, data/fakta tentang keadaan sendiri dari Staf 2 s/d Staf 5 serta data tentang kemampuan musuh dari Staf 1dan data tentang CB sendiri dari saran Staf 2. Persoalan yang ideal adalah persoalan yang dapat mengantarkan casis berpikir kritis dalam proses analisa sehingga seyogyanya data/fakta yang disiapkan dapat merangsang casis untuk berfikir. Misalkan pembuat soal menginginkan casis untuk menganalisa faktor cuaca, dalam data dapat diberikan keadaan cuaca yang tidak biasa misalkan kecepatan angin pada periode tertentu diramalkan akan berkisar pada 10 s/d 15 km/jam bertiup searah dengan gerakan kita atau bisa juga musuh. Dalam Kir Intel, Staf 1 akan memberi penekanan khusus tentang pengaruh kecepatan angin ini baik terhadap cara bertindak musuh maupun cara bertindak kita. Ketika kecepatan angin menguntungkan kita, maka dalam olah yudha akan dibahas bagaimana memanfaatkan kecepatan angin tsb untuk memperbesar kemampuan kita sekaligus memperkecil kemampuan musuh dalam penyelesaian setiap tugas (tugas khusus dan tugas terkandung), demikian juga apabila kecepatan angin merugikan kita, apa yang harus kita lakukan untuk meminimalkan kerugian atau mencegah musuh memanfaatkan angin tsb untuk memperbesar keunggulannya.

     Daerah Operasi. Meliputi Cuaca – Medan – Karakteristik lain. Daerah operasi merupakan ruang dimana Kita dan Musuh bertempur. Dalam “The Art of War – Sun Tzu (Clavell. 2003), daerah operasi dibahas secara khusus dalam bab XI dari tiga belas bab buku Seni Perang Sun Tzu. Namun berkenaan dengan seleksi Seskoad kita tidak perlu membahas buku seni perang tersebut, yang ingin saya sampaikan disini bahwa daerah operasi merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu peperangan/pertempuran. Sun Tzu sendiri memerlukan satu bab khusus untuk membahas tentang daerah operasi. Beberapa perwira mungkin pernah mendapat pengarahan dari senior-senior alumni Seskoad, bahwa untuk mengerjakan olah yudha menggunakan alat analisis TUMMPAS (Tugas-Medan-Musuh-Pasukan Sendiri). Alat analisis ini sebenarnya sudah tepat, namun yang ingin saya kritik adalah: bahwa “Medan” bukan diterjemahkan sebagai Daerah Operasi melainkan Medan Kritik. Hal ini tentunya tidak kurang lengkap dijadikan titik awal dalam proses analisa, karena dalam pasal 2 keadaan yang dimaksud bukan semata medan (medan kritik) tetapi juga cuaca dan karakteristik lain. Kalau tidak digunakan dalam proses analisis, untuk apa cuaca dan karakteristik lain dimuat dalam pasal 2. Jadi pengertian Medan dalam TUMMPAS bukan semata medan kritik melainkan Medan Operasi (medan kritik adalah bagian dari medan operasi).

     Aksi Reaksi. Aksi dan reaksi adalah suatu terminologi yang sangat tepat untuk mendefinisikan konsep berlawanan dalam “Analisa CB yang Berlawanan”/olah yudha. Tujuan akhir setiap peperangan/pertempuran adalah meraih kemenangan. Peperangan/pertempuran adalah suatu dimensi  sangat kompleks dimana kemenangan tidak dapat ditentukan oleh semata besar pasukan dan kecanggihan persenjataan, namun banyak variabel-variabel lain yang saling berinteraksi satu dengan lainnya yang akan menentukan arah kemenangan.

 

     Sekarang kita akan membahas bagaimana kita mengerjakan olah yudha. Berikut ini ada gambar dan beberapa tabel yang telah dimuat dalam tulisan lalu untuk memudahkan pengerjaan olah yudha.

Gambar 1. 

Interaksi Tiga Faktor Petempuran

clip_image001

 

Tabel 1

Matriks Olah Yudha/Kirops

(Sebenarnya merupakan satu matrik bersusun kesamping)

 clip_image002 clip_image002[14]

clip_image002[6]

clip_image002[9]

clip_image002[11]

Catatan: Matrik diatas sekedar contoh, bisa ditambah faktor lain seperti: Kerahasiaan, Pendadakan, dll. 

 

     Kegunaan matrik olah yudha ini adalah untuk memudahkan casis dalam melakukan olah yudha. Melalui matrik diatas casis menentukan beberapa aspek yang akan ditinjau saat melakukan olah yudha pada fase gerakan dari GA ke GT Kuya , yaitu: manuver, bantem, korban, moril dan pencapaian tugas pokok. Pada dasarnya suatu pertempuran dapat kita bayangkan sebelumnya, oleh karenanya proses pembuatan matrik sesungguhnya merupakan proses analisa itu sendiri. Namun dalam seleksi Seskoad, casis diharapkan mampu menuangkan analisa kedalam bentuk tulisan, sekalipun dalam suatu pertempuran proses analisa semacam itu mungkin tidak pernah digunakan/dilakukan.

     Format olah yudha yang digunakan dalam seleksi Seskoad hingga saat ini masih seperti yang disampaikan pada tulisan yang lalu. Sebenarnya ada beberapa kelemahan pada format yang digunakan selama ini, yaitu:

  • Analisa CB dihadapkan kemampuan musuh dilaksanakan sendiri-sendiri sehingga analisa menjadi sangat panjang padahal substansinya hampir sama. Selain itu dengan analisa CB secara sendiri-sendiri kita tidak dapat melihat secara langsung perbandingan antara kedua cara bertindak dalam pembahasan, padahal substansi olah yudha adalah untuk memilih CB yang terbaik melalui perbandingan. Hal ini bisa disiasati dengan tidak lagi melakukan analisa secara tersendiri masing-masing CB
  • Penentuan tugas sebagai alat analisis belum konsisten. Misal pada fase Gerakan dari DP menuju GA, apakah melintasi GA adalah tugas?. Seharusnya tugas yang menjadi alat analisis adalah tugas khusus dan tugas terkandung. 
  • Pembahasan dilakukan pada “Pasukan Sendiri”, sementara pada Tugas, Medan dan Musuh lebih sebagai data/fakta. Mungkin akan lebih tepat bila pembahasan dibuat tersendiri dan diluar Tugas; Medan; Musuh ; dan Pasukan Sendiri.

     Selanjutnya kita akan mencoba bagaimana penuangan tulisan dalam olah yudha. Penuangan olah yudha akan dibuat dalam empat versi. Versi 1, menggunakan pendekatan dan format  TUMMPAS, setiap CB dibahas tersendiri, analisa pada pasukan sendiri. Versi 2, menggunakan pendekatan dan format  TUMMPAS, setiap CB dibahas tersendiri, analisa pada ruang tersendiri (tidak pada pasukan sendiri). Versi 3, menggunakan pendekatan dan format TUMMPAS, kedua CB dalam satu pembahasan, analisa pada ruang tersendiri. Versi 4, menggunakan pendekatan TUMMPAS format bebas, kedua CB dalam satu pembahasan, analisa menyatu dalam pembahasan. Versi-versi ini sekedar memberikan gambaran untuk memberikan wawasan. Dalam ujian seleksi saya menyarankan agar perwira tetap menggunakan alat analisis TUMMPAS tetapi dengan metode aksi reaksi. Sederhananya aksi reaksi itu seperti ini: Kalau kita menyerang berarti kita beraksi lebih dulu. Dalam aksi kita tersebut pertama-tama kita harus melihat seperti apa kita (kemampuan, faktor lainnya) dan seperti apa musuh (kemampuan, faktor lainnya) kemudian kita lihat medan operasi (yang berpengaruh langsung terhadap CB kita maupun musuh, baik cuaca, medan kritik maupun karakteristik lain). Kemudian ketika kita melakukan aksi dengan kemampuan yang kita miliki di medan operasi tersebut, apa kemungkinan kemampuan dan tindakan sebagai reaksi musuh. Dari reaksi musuh tersebut, apa yang harus kita lakukan (re reaksi=aksi ulang kita). Dari aksi reaksi ini apa  pengaruhnya terhadap hal-hal spt: Pencapaian tugas, kerahasiaan, pendadakan, moril, korban, manuver, bantem, dukungan, pelayanan, dsb (tidak semua dibahas, cukup yang berpengaruh saja, misalkan: terhadap manuver, kodal, korban). Dari pengaruh-pengaruh inilah kita bandingkan di pasal 4 mana CB yang terbaik). Kalau kita bertahan, berarti musuh yang beraksi lebih dulu. Inilah sebenarnya substansi olah yudha. Dengan demikian olah yudha selalu berangkat dari data/fakta (kebenaran pada saat itu/kenyataan yang ada) baik KITA, DAERAH OPERASI maupun MUSUH. Bagaimana kita mengkombinasikan ketiga faktor itu, itulah yang dinamakan OLAH YUDHA.

Catatan:  Dalam contoh pembuatan olah yudha berikut ini, variabel CB yang digunakan adalah “Titik Berat” (totalitas daya tempur berada pada petak yang menjadi titik berat). CB I titik berat di petak kiri; CB II titik berat di petak kanan.

Versi 1.

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian sebaiknya Kompi kiri tidak bergerak terlalu cepat sehingga dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

Catatan: Coba perhatikan uraian diatas, apakah sudah bisa melihat aksi reaksi yang terjadi antara kita dan musuh ?, apakah sudah melihat penuangan data/fakta tentang Kita-Rahops-Musuh?. Selanjutnya kita akan melihat apa dampak/pengaruh bila dihadapkan dengan CB.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

ATAU . . . .

(4)  Pasukan sendiri.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak tidak tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat rendahnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat dan seberapa besar  musuh dapat dihancurkan. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok.

Catatan: 

  • Contoh diatas belum menguraikan bagaimana CB II (titik berat di petak kanan).
  • Sekalipun CB I titik berat di petak kiri, bukan berarti hanya petak kiri yang dibahas, petak kanan pun harus dibahas.
  • Kelemahan versi ini, kita tidak bisa melihat langsung pembahasan perbandingan kedua CB.
  • Dalam menarik sebuah kesimpulan (misal: banyak jatuh korban), harus disertai dengan argumen (Winarto, dkk. 2004). Suatu analisa akan “prematur” apabila kita tidak menyertakan argumen yang memadai, karena pihak lain tidak dapat menelusuri bagaimana proses terjadinya suatu kesimpulan.
  • Sesuai dengan tabel olah yudha dalam pembahasan CB I, pengaruh yang terjadi seperti manuver, bantem, dst berada pada kolom negatip, sehingga pembahasanpun bersifat negatip.
  • Jangan terlena dengan pembahasan olah yudha karena perwira akan kehilangan waktu. Misal: ketika kita berbicara tentang korban, sebenarnya ada lagi variabel pengaruh yang dapat kita bahas, misalnya: evakuasi. Kalau ada waktu boleh dibahas, tapi kalau tidak upayakan sekurangnya dapat membahas 3 variabel pengaruh (misal: manuver, bantem, korban - pada tabel olah yudha saya beri contoh 5 variabel pengaruh pada fase gerakan GA ke GT. Kuya). Pada fase gerakan berikut, kita bahas variabel lainnya, diharapkan saat mengerjakan pasal 4 perwira sudah mendapat selengkap mungkin variabel pengaruh untuk diperbandingkan.

Versi 2

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A bergerak di petak kiri, Kompi B di petak kanan, Kompi C sebagai cadangan.

(5)  Analisa/Pembahasan.

     Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian Kompi kiri tidak dapat bergerak dengan cepat agar dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

ATAU . . .

(5)  Analisa/Pembahasan.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak tidak tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat rendahnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat musuh dapat dihancurkan dan seberapa besar kita dapat memberikan kerugian kepada musuh. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok.

Versi 3

(1)  Tugas. Menghancurkan musuh di ketinggian 110 dan 115.

(2)  Medan. Angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan 40 km/jam. Ketinggian 110 agak landai dengan pepohonan keras yang lebat dan rapat. Ketinggian 115 agak terjal, pepohonan keras sedikit dan semak belukar agak jarang.

(3)  Musuh. 2 Regu musuh membuat pertahanan sementara di ketinggian 110, mereka membuat kombinasi bobby trap untuk memperkuat pertahanan sementara. Di ketinggian 115 terdapat 1 Ton (+) yang diperkuat oleh 1 Ru SMS, menduduki ketinggian yang cukup ideal baik lapangan tembak maupun lapangan tinjau.

(4)  Pasukan sendiri. Kompi A bergerak di petak kiri, Kompi B di petak kanan, Kompi C sebagai cadangan.

(5)  Analisa/Pembahasan.

     Kompi A yang bergerak di petak kiri akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 110. Medan yang agak landai dan pepohonan keras yang lebat akan membuat gerakan kita sulit dimonitor oleh musuh, sehingga tindakan musuh membuat ranjau bobby traps menjadi antisipasi yang sangat logis. Dengan demikian Kompi kiri tidak dapat bergerak dengan cepat agar dapat lebih mengamati sebaran ranjau bobby traps yang dibuat musuh. Angin yang bertiup dengan kecepatan 40 km/jam berlawanan dengan arah gerakan kita dapat saja meledakkan ranjau bobby traps sebelum waktunya akibat gerakan pepohonan yang dipengaruhi tiupan angin. Hal ini selain tidak menguntungkan bagi musuh, tetapi juga akan meningkatkan kerawanan bagi pasukan kita, karena konsentrasi pasukan akan terganggu saat mengamati medan yang dipasang ranjau bobby traps. Kompi B yang bergerak di petak kanan akan menghadapi musuh yang berada di ketinggian 115. Medan yang agak terjal dengan pepohonan yang jarang ditambah kecepatan angin mencapai 40 km/jam yang berlawanan arah gerakan, akan membuat gerakan Kompi kanan mudah terlihat musuh dan lambat. Musuh kemungkinan akan memanfaatkan Regu SMS untuk memberikan tekanan maksimal kepada kita.

     Dengan titik berat disebelah kiri, Kompi kiri tidak akan mendapat tambahan kekuatan yang signifikan untuk mendukung manuver, mengingat medan dan kecepatan angin serta ranjau bobby traps yang dipasang musuh. Manuver tetap akan sulit, karena pasukan harus extra hati-hati terhadap kondisi medan yang telah diperkuat oleh musuh. Rapatnya pepohonan juga akan membuat penggunaan bantem kurang efektif untuk menghancurkan musuh, karena dengan rapatnya pohon daya ledak menjadi tidak maksimal.   Di petak kanan, medan yang lebih terbuka dan terjal serta kecepatan angin akan menyulitkan manuver Kompi B. Kondisi medan dan cuaca akan dimanfaatkan musuh semaksimal mungkin melalui Regu SMS nya untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat di kiri, musuh tidak akan mengalami gangguan berarti dalam memberikan tekanan kepada Kompi B. Tekanan berat dari musuh tanpa tindakan signifikan untuk mengurangi tekanan tersebut ditambah perlindungan yang minim dan medan yang terjal akan menyulitkan Kompi B untuk memberikan perlawanan maksimal, sehingga kemungkinan dapat mengakibatkan banyak jatuh korban  dipihak kita. Banyaknya korban dan minimnya kemampuan memberikan balasan yang berarti kepada musuh dapat mengakibatkan moril pasukan turun. Indikator keberhasilan tugas pokok adalah apabila musuh dapat dihancurkan secara cepat dengan disertai menderita kerugian yang maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri manuver Kompi A tetap tidak dapat dilakukan secara cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur karena memperlakukan ranjau memerlukan waktu, demikian juga dengan penggunaan bantem untuk memberikan kehancuran maksimal terhadap musuh tidak efektif akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan, Kompi B selain kesulitan melalui medan yang agak terjal serta minimnya lindung tinjau juga akan mendapat tekanan kuat dari musuh karena keleluasaan yang dimiliki musuh. Kompi B akan kesulitan menghancurkan musuh secara cepat dengan memberikan kerugian yang maksimal, bahkan bisa jadi akan banyak jatuh korban dipihak kita. Kondisi ini tentunya akan berdampak negatif terhadap pencapaian tugas pokok.

     Apabila titik berat ditempatkan disebelah kanan, Kompi A masih dapat dibantu oleh satuan Zipur untuk membantu mengatasi sebaran ranjau bobby trap musuh, namun penggunaan bantem yang kurang efektif di petak kiri  akan diprioritaskan di petak kanan. Kondisi ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap manuver Kompi B yang berada di petak kanan. Penggunaan bantem dapat difokuskan untuk menekan musuh sehingga memberikan ruang bagi Kompi B untuk bermanuver. Minimnya lindung tembak tidak terlalu menjadi masalah, karena musuh disibukkan oleh serangan bantem kita, dengan demikian penggunaan bantem untuk membantu manuver pasukan akan lebih efektif. Sekalipun manuver masih tetap sulit akibat keterjalan medan dan tiupan angin, namun pasukan dapat dapat terhindar dari tekanan musuh, sehingga kemungkinan korban dipihak kita akan lebih kecil. Terjalnya medan masih tetap berpengaruh terhadap tingkat kelelahan pasukan, namun tekanan musuh akan jauh berkurang karena sudah disibukkan oleh serangan bantem kita. Kondisi ini akan berdampak positip bagi moril pasukan. Penggunaan bantem secara langsung dapat mengurangi tekanan musuh kepada pasukan kita, hal ini akan memberikan keleluasaan dalam bermanuver sekalipun lindung tinjau pasukan terbatas. Dengan demikian tugas untuk menghancurkan musuh akan lebih cepat. Bantem juga secara signifikan akan mengurangi kekuatan musuh, karena hasil tembakan akan lebih efektif di medan yang lebih terbuka. Dengan demikian pencapaian tugas pokok akan lebih baik

ATAU . . .

(5)  Analisa/Pembahasan.

  • Ditinjau dari aspek manuver. Kompi A yang bergerak dipetak kiri pada medan yang landai namun ditumbuhi pepohonan keras yang rapat akan membuat manuver pasukan tidak leluasa. Kekuatan musuh yang relatif kecil memaksa musuh untuk memanfaatkan medan yang ada dengan memasang ranjau bobby trap guna mengoptimalkan pertahanan yang dibuat. Dengan titik berat titik berat dipetak kiri, Kompi A akan mendapat perkuatan satuan Zipur untuk mengurangi resiko yang diakibatkan ranjau bobby trap musuh. Namun keberadaan satuan Zipur tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap manuver Kompi A, karena satuan Zipur juga harus bergerak dengan perlahan dan perlu mengamati dengan seksama untuk mengatahui keberadaan ranjau bobby trap yang dipasang. Dipetak kanan, Kompi B bergerak pada medan yang relatif terjal dan lindung tinjau yang minim akibat terbatasnya pepohonan. Kedudukan musuh ditempat yang lebih tinggi dengan lapangan tinjau yang baik karena terbatasnya pepohonan akan memudahkan musuh mengikuti gerakan Kompi B. Keberadaan regu SMS akan dimanfaatkan musuh untuk menekan Kompi B. Dengan menempatkan titik berat dipetak kiri, musuh akan memiliki keleluasaan untuk menekan Kompi B, sehingga manuver Kompi B yang sudah sulit akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau  akan semakin sulit dengan leluasanya musuh memberikan tekanan. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan tekanan musuh dapat dikurangi sehingga akan memberikan sedikit keleluasaan bagi pasukan untuk bermanuver walaupun lindung tinjau terbatas, karena musuh disibukkan oleh serangan bantem kita.
  • Ditinjau dari aspek Bantem. Rapatnya pepohonan di petak kiri membuat penggunaan bantem kurang efektif karena daya ledak menjadi tidak optimal akibat terhalang pepohonan, selain itu penggunaan bantem dapat saja memicu bobby trap yang dikombinasikan dengan pepohonan. Sementara di petak kanan, musuh akan memiliki keleluasaan untuk memberikan tekanan kepada pasukan kita akibat minimnya tekanan yang kita berikan khususnya melalui penggunaan bantem. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, bantem dapat digunakan untuk membantu pasukan dengan menekan musuh sehingga tekanan musuh kepada pasukan kita berkurang.  Selain itu dengan medan yang lebih terbuka akan lebih mengefektifkan penggunaan bantem dalam membantu pasukan.
  • Ditinjau dari aspek Moril dan Korban. Medan di petak kiri secara kontur landai sehingga tidak terlalu mengakibatkan kelelahan bagi pasukan. Keberadaan ranjau bobby trap sekalipun berdampak psikologis yang cukup besar bagi pasukan, dapat diminimalkan dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Musuh juga akan sulit memberikan tekanan langsung kepada pasukan karena rapatnya pepohonan. Di petak kanan, kontur tanah yang agak terjal ditambah kecepatan angin yang berlawanan dengan arah gerakan akan mempercepat tingkat kelelahan pasukan, sementara terbatasnya lindung tinjau akan menambah kesulitan pasukan untuk bergerak leluasa tanpa diketahui musuh. Kedudukan musuh diketinggian dengan didukung lapangan tinjau yang memadai akan dimanfaatkan musuh untuk memberikan tekanan secara maksimal. Dengan menempatkan titik berat di petak kiri, tidak terlalu signifikan manfaat yang diperoleh bagi Kompi A yang bergerak dipetak kiri, mengingat tekanan terberat bukan berasal dari musuh melainkan ranjau bobby trap yang masih dapat disikapi dengan meningkatkan kewaspadaan saat bergerak. Berbeda halnya dengan Kompi B yang bergerak dipetak kanan, faktor kelelahan relatif besar karena medan yang agak terjal, selain itu keleluasaan bergerak juga terbatas karena terbatasnya lindung tinjau ditambah keleluasaan yang diperoleh musuh untuk memberikan tekanan akan membuat Kompi kanan mengalami kesulitan yang serius. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri selain akan berdampak pada moril juga akan berdampak pada jumlah korban khususnya terhadap pasukan yang berada di petak kanan. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, kita dapat memberi tekanan kepada musuh sehingga kesulitan pasukan dalam bermanuver akibat medan yang terjal dan terbatasnya lindung tinjau dapat dikurangi. Moril pasukan akan terjaga dan jatuhnya korban dapat dimimalisir.
  • Ditinjau dari aspek pencapaian tugas pokok. Indikator pencapaian tugas pokok antara lain dilihat dari seberapa cepat musuh dapat dihancurkan dan seberapa besar kita dapat memberikan kerugian kepada musuh. Dengan penempatan titik berat dipetak kiri, manuver Kompi A di petak kiri tidak serta merta semakin cepat sekalipun mendapat bantuan satuan Zipur. Tembakan meriam juga tidak dapat memberikan daya hancur maksimal akibat rapatnya pepohonan. Sementara di petak kanan Kompi B akan mengalami kesulitan baik akibat terjalnya medan dan terbatasnya lindung tinjau memungkinkan musuh memberikan tekanan secara maksimal. Keadaan di petak kanan menyulitkan kita untuk menyelesaikan tugas dengan cepat maupun menghancurkan musuh, bahkan sebaliknya kemungkinan korban akan besar dipihak kita. Dengan demikian penempatan titik berat di petak kiri akan berdampak negatip terhadap pencapaian tugas pokok. Apabila titik berat ditempatkan di petak kanan, Bantem dapat digunakan untuk mengurangi tekanan musuh terhadap pasukan kita, Kompi B akan lebih leluasa dalam bermanuver sekalipun lindung tinjau yang terbatas, karena musuh sudah disibukkan oleh tekanan yang kita berikan. Kondisi medan yang relatif terbuka di petak kanan akan membuat penggunaan bantem lebih efektif untuk menghancurkan musuh, dengan demikian pencapaian tugas pokok akan lebih baik dengan menempatkan titik berat di petak kanan.

Versi 4.

Bersambung . . . . .

 

DAFTAR PUSTAKA

-   Muda, A.A.K. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Reality Publisher. Hal.44.

-    Mabes TNI. 1989. Naskah Sementara tentang Kamus Istilah dan Singkatan ABRI.

-     Mabesad. 1986. Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf Operasi.

-     Mabesad. 1987. Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf Umum.

-     Mabesad. 1986. Buku Petunjuk Lapangan tentang Komando Pengendalian Operasi.

-     Winarto, Y.T, dkk. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal: 49-52.

Baca selengkapnya . . .