22 Januari 2012

Benahi Negeri Dengan Pancasila


Pada suatu kesempatan mengobrol empat mata, seorang senior (beliau mantan Kasad) mengatakan kepada saya, bahwa Pancasila ibarat “ koreksi nol “bagi Bangsa dan bagi Negeri ini. Ibarat peluru meriam yang bergeser perkenaannya beberapa puluh meter, maka untuk dapat memperbaiki agar perkenaan sedekat mungkin dengan  sasaran dilaksanakan koreksi nol menggunakan perangkat bidik. Demikian juga ketika banyak yang menyimpang di Bangsa ini dan di Negeri ini, maka hanya Pancasila yang dapat mengembalikannya. Karena Pancasila dengan Bangsa dan Negeri ini ibarat sebuah Meriam dengan Perangkat Bidiknya. Bayangkan sebuah meriam ditembakkan tanpa menggunakan perangkat bidik, bisa jadi peluru kena pada sasaran atau juga peluru nyasar menghujam pasukan sendiri. Kira-kira seperti itulah yang terjadi di negeri ini, ada arah yang sudah sesuai dengan haluan yang diinginkan namun lebih banyak lagi arah yang menuju entah kemana. Mengapa demikian?, karena Pancasila hanya dipandang sebagai simbol keramat  semata dan tidak (pernah) digunakan sebagai haluan untuk mengarahkan negeri ini.
Realita faktual yang kita lihat di negeri ini, antara lain: Negeri ini masih berkutat tentang KETUHANAN, karena walaupun sebagian besar rakyat negeri ini mempunyai agama, apakah itu Hindu, Budha, Kong Fu Tsu, Kristen ataupun Islam tetapi sesungguhnya sebagian besar diantara mereka tidak beragama. Mempunyai agama tidak otomatis beragama, ibarat kita punya baju, tetapi belum tentu kita berbaju (contoh: saat mandi). Seandainya seluruh rakyat negeri ini beragama maka tidak akan terjadi korupsi, tidak akan terjadi pembalakan hutan, tidak akan terjadi tindakan semena-mena apakah terhadap sesama manusia maupun makhluk ciptaan TUHAN lainnya; Bangsa ini juga masih bermasalah dengan KEMANUSIAAN, karena banyak rakyat negeri ini yang tidak menyadari bahwa dia adalah manusia. Karena tidak menyadari keberadaannya sebagai manusia, dia tidak dapat berinteraksi secara manusia dengan sesama manusia maupun kepada makhluk hidup lain, dan lebih parah lagi sadar atau tidak disadari telah membuat manusia menjadi bukan manusia. Padahal sebagai seorang manusia, justru harus bisa memanusiakan manusia; Dalam hal PERSATUAN negeri ini pun masih bermasalah. Keutuhan wilayah negeri sedang terancam, baik yang selalu terperhatikan seperti kemungkinan lepasnya Aceh ataupun Papua termasuk yang kurang terperhatikan seperti klaim hingga lepasnya teritori negeri ini oleh negeri tetangga. Selain itu juga konflik-konflik antar perorangan – kelompok–institusi merupakan indikasi nyata bahwa negeri ini masih bermasalah dengan PERSATUAN; Masalah selanjutnya, bahwa konon di negeri ini kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat (melalui perwakilan yang duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat) yang kemudian memberikan mandat kekuasaan rakyat tersebut kepada Presiden. Namun apakah rakyat negeri ini sudah merasakan kekuasaan yang dimandatkan tersebut ? Yang terasa adalah wakil-wakil yang lupa siapa yang telah mendudukkan dia, wakil-wakil yang sering menyakiti perasaan rakyat yang memilih mereka, wakil-wakil yang sering adu jotos dengan sesama wakil-wakil, dlsb. Wakil-wakil itu jangankan memiliki hikmat kebijaksanaan, kedewasaannyapun ibarat jauh panggang dari api; Dan puncak dari semua itu, negeri ini masih bermasalah dengan KEADILAN. Manusia makhluk sosial adalah takdir Tuhan dan dalam pembukaan UUD 45 telah diamanatkan dalam tujuan nasional yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya. Itulah keberadaan tertinggi manusia Indonesia dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial.
Berkenaan dengan realita faktual yang terjadi di negeri ini dan di bangsa ini dan bagaimana kita mengambil sikap, saya ingin menyampaikan satu tesis sederhana tentang Pancasila, sebagai berikut: “Bahwa kelima sila dalam Pancasila terdiri dari tiga sila prasyarat, satu sila kondisi merangkap sila prasyarat dan satu sila kondisi. Sila pertama dan sila kedua adalah sila prasyarat untuk mewujudkan sila ketiga (sila kondisi 1). Setelah sila ketiga terwujud dia akan menjadi sila prasyarat bersama sila keempat untuk mewujudkan sila kelima (sila kondisi 2. Dari tesis sederhana tersebut (menurut pandangan saya), apabila negeri ini ingin mewujudkan PERSATUAN INDONESIA, maka syaratnya sila pertama dan kedua harus terwujud lebih dahulu. Bila sila pertama dan sila kedua sudah terwujud maka PERSATUAN INDONESIA secara otomatis akan terwujud dengan sendirinya. Selanjutnya bila negeri ini ingin paripurna sesuai tujuan nasionalnya yaitu dengan mewujudkan KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, maka setelah PERSATUAN INDONESIA dapat diwujudkan, masih ada satu prasyarat lagi yang harus terpenuhi yaitu terwujudnya sila keempat. Berkaitan dengan tesis sederhana yang saya sampaikan ini, ijinkan saya untuk mengulas ataupun mengupas sila demi sila, bukan secara teoritis namun lebih secara filosofis sesuai dengan kelahiran Pancasila itu sendiri yang sarat dengan spirit para founding fathers bangsa ini.
 ( Bersambung . . . )
Baca selengkapnya . . .

14 Januari 2012

Tawaran lolos Seleksi Seskoad: Mungkinkah ?

     Beberapa waktu terakhir ini pengunjung Seskoad 2 Seskoad ramai berkomentar seputar kekesalan karena menurut beberapa pendapat (khususnya yang sedang kesal) bahwa Seleksi Seskoad bisa diatur dengan pak Soekarno – Hatta atau pak I Gusti Ngurah Rai (Uang – red). Sebelum saya mengulas hal ini lebih jauh, saya ingin menyampaikan sebuah cerita lucu tentang penipuan;

Suatu ketika saya (anggap saja terjadi pada saya) didatangi seseorang yang menawarkan sejumlah uang palsu seratus ribu rupiah yang 99,99 % mirip dengan aslinya. Dia menjamin bahkan pihak Bank manapun tidak dapat menemukan bahwa uang tersebut adalah palsu. Saya penasaran dan mencobanya di beberapa Bank terkemuka, dan sungguh luar biasa tidak ada satupun petugas Bank yang mempermasalahkan uang seratus ribu tersebut. Logika saya mulai terganggu, karena bisa menjadi kaya dengan cara yang demikian mudah tanpa harus bersusah payah. Kalau modal sejuta untungnya sembilan juta, kalau sepuluh juta untung sembilan puluh juta . . . . RUARRR BIASA !!.

Saya putuskan untuk mencoba dulu satu juta, kemudian saya tabungkan seluruh uang palsu yang saya terima, saya baca saldo di tabungan saya telah bertambah sepuluh juta. Seminggu kemudian saya didatangi orang tersebut dan menanyakan perihal uang palsu yang saya beli. Saya sampaikan uang palsu tersebut telah saya tabungkan dan tidak ada masalah. Kemudian orang tersebut menawarkan apakah mau membeli lagi, lalu saya teringat janji kepada kedua anak saya untuk membelikan masing masing sebuah Ipad 2, namun karena harga yang masih selangit, janji itu belum bisa saya wujudkan. Sekarang dengan modal dua juta saya bisa mewujudkan janji tersebut. Saya sampaikan orang tersebut bahwa sekarang saya akan mencoba sebesar dua juta. Setelah memberikan uang palsu dua puluh juta orang tersebut pergi. Sore harinya bersama kedua anak saya pergi ke Apple Store dan membeli 2 unit Ipad 2 . . . TIDAK ADA MASALAH !!

Logika saya semakin crowded . . . lalu saya sampaikan kepada istri untuk menjual  satu satunya rumah yang kami miliki. Pada mulanya istri menentang keras, namun setelah saya berikan penjelasan akhirnya istri saya jadi tergiur. Bu . . . rumah ini kan pernah ditawar 250 jt . . . nanti yang 50 jt simpan sama ibu dan yang 200 jt akan bapak belikan uang palsu 2 miliar. Bayangkan dalam waktu sekejap kita bisa untung 1,8 miliar . . . sampai 100 tahun banting tulang pun bapak tidak akan dapat memperoleh uang sebanyak itu.

Beberapa hari kemudian orang tersebut datang kembali, saya sampaikan rencana untuk membeli uang palsu senilai 2 miliar sambil saya tunjukkan 200 jt hasil penjualan rumah kami. Orang tersebut meminta waktu seminggu untuk mencetak lagi uang palsu karena stock uang palsu yang sisa tinggal 10 jt saja. Karena sudah gelap dengan bayangan keuntungan 1,8 miliar yang akan diterima, saya serahkan uang 200 jt saya kepada orang tersebut. Sebelum pergi orang tersebut menyerahkan uang palsu sisa senilai 10 jt sambil berkata: ini pak sisa uang palsu saya . . . saya berikan untuk bapak . . . minggu depan saya bawakan 2 miliar uang palsu bapak. Sambil makan di restoran terkenal bersama istri dan anak-anak dengan uang palsu 10 jt yang diberikan orang tersebut tadi siang . . . saya membayangkan terus keuntungan 1,8 miliar . . .

Seminggu berlalu . . . orang tersebut belum datang. Minggu kedua . . . belum datang juga. Sebulan berlalu . . . orang itu belum juga datang . . . dan tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya setelah itu. Keharmonisan keluarga terganggu sejak saat itu . . . lalu iseng iseng saya memeriksakan selembar dari uang palsu 10 jt terakhir yang saya terima . . . saya sangat kaget ketika petugas di Bank Indonesia mengatakan bahwa uang tersebut ASLI . . . pantas saja tidak ada masalah selama ini. Saya berpikir untuk melaporkan masalah ini ke Polisi . . . tapi logika saya yang mulai normal mengatakan JANGAN . . . karena sama saja menyodorkan diri terlibat PEREDARAN UANG PALSU.

Tentang kesaksian yang disampaikan dik Eko (entah nama benar atau bukan), sejak jaman dahulu memang sudah banyak rumor semacam itu. Pada awalnya saya rada rada percaya . . . namun setelah saya merasakan sebagai organik Seskoad dan memahami proses seleksi dari A sampai Z, saya menyimpulkan bahwa hal tersebut peluangnya sangat kecil untuk dapat dilakukan.

Yang mungkin terjadi adalah . . . seseorang menawarkan bahwa ada pejabat berpengaruh di Seskoad yang bisa mengatur hasil seleksi dengan imbalan sejumlah dana, mereka biasanya memberi jaminan kalau tidak masuk uang akan dikembalikan (biasanya tidak dikembalikan 100 %). Selama proses seleksi orang tersebut mungkin saja menitipkan para calon kepada orang dalam, mungkin juga tidak sama sekali. Sebenarnya orang dalam yang dititipi pun saya yakin tidak dapat berbuat apa apa dalam mempengaruhi proses seleksi, bahkan termasuk Danseskoad sendiri. Ketika calon yang dititipkan lulus sebenarnya bukan karena lobby orang tersebut namun semata karena kemampuan si calon sendiri. Apabila calon tidak lulus uang dikembalikan sebagian dengan alasan sebagian lagi telah digunakan untuk ini untuk itu. Calon yang tidak lulus bukan karena orang tersebut gagal melobby orang dalam, melainkan karena kemampuan calon yang tidak memenuhi syarat. Jadi ini semacam modus penipuan  seperti cerita diatas.

Saya berani mengatakan ini karena saya mengalami langsung baik sebagai perumus soal, penguji soal hingga pemeriksa hasil karya Casis.

Proses Perumusan Soal.

     Menjelang Seldik Seskoad, lembaga menyeleksi dari sejumlah Dosen dan Patun siapa siapa yang akan didudukkan sebagai tim perumus soal (soal teori maupun aplikasi). Dalam Surat Perintah Danseskoad sudah ditentukan siapa perumus soal teori (Taktik, Dinas Staf, Binlat, Pengum dan Bhs. Inggris), Aplikasi (Taktik dan Dinas Staf), serta Karmil. Masing-masing tim selanjutnya diperintahkan untuk membuat beberapa paket soal (3-4 naskah soal, atau lebih tergantung perintah Danseskoad).

     Sejak 3 tahun terakhir setiap naskah dibagi menjadi 4 paket soal (paket A s/d paket D). Pada dasarnya soal dalam naskah adalah sama, kemudian dipecah kedalam paket dengan merubah letak persoalan, misal: pertanyaan no.1 (Pilihan Tunggal) di paket A ditempatkan pada pertanyaan no.5 di paket B, no.9 di paket C dan no.4 di paket D. Pembuatan paket ini adalah untuk meminimalisir aktifitas contek mencontek saat pelaksanaan ujian. Untuk persoalan teori, dibagi kedalam 4 macam persoalan, yaitu: 15 soal pilihan Benar – Salah, 15 soal pilihan Berganda Tunggal, 10 soal pilihan Berganda Tunggal dan 10 soal pilihan Analisis Kasus. Apabila masing-masing tim pembuat soal teori membuat 4 naskah soal, maka mereka akan menyiapkan 200 soal (yang sama sekali baru).

     Dalam pembuatan soal, tim ditempatkan disebuah ruang isolasi yang hanya dapat dimasuki oleh Tim perumus soal serta Danseskoad. Perumus soal tidak diperbolehkan membawa HP, alat tulis, catatan, kertas kedalam ruangan. Semua kebutuhan sudah disiapkan di dalam ruangan, termasuk semua referensi yang dibutuhkan. Saat masuk ruangan akan digeledah oleh petugas pengamanan demikian juga saat keluar ruangan. Pada tahap perumusan soal, tim perumus belum membuat jawaban persoalan, melainkan hanya menandai dalam persoalan dengan memberikan catatan bahwa jawaban dapat dilihat di buku referensi anu halaman anu. Jadi bila saat ujian seleksi ada yang mengatakan bahwa jawaban persoalan bocor, sangat tidak mungkin, karena jawabannya sendiri belum dibuat. Jawaban persoalan sendiri baru dibuat setelah pelaksanaan ujian seleksi, sebelum proses pemeriksaan hasil karya Casis.

     Setelah perumusan soal selesai, masing-masing tim secara bergantian akan memaparkan soal yang dibuat kepada Danseskoad. Pada kesempatan ini Danseskoad bisa mengkoreksi bahkan mengganti soal yang telah dibuat oleh tim perumus. Paparan ini dilaksanakan secara tertutup, hanya diikuti tim perumus soal terkait dan Danseskoad. Setelah seluruh tim selesai memaparkan, akan dilakukan penggandaan persoalan dilakukan oleh Sekretaris Seldik, diawasi oleh personel Spamad dan Spersad. Setelah penggandaan soal selesai, seluruh naskah soal disegel, dimasukkan kedalam koper sesuai jumlah Casis di masing-masing rayon pengujian.

Proses Ujian Seleksi.

 ( bersambung . . .)

Baca selengkapnya . . .