Tampilkan postingan dengan label Seleksi Seskoad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seleksi Seskoad. Tampilkan semua postingan

21 Februari 2010

Memahami Pembuatan Karmil Dalam Rangka Seleksi Seskoad

     Pada tulisan sebelumnya saya telah membahas bagaimana tentang pembuatan Karmil saat ujian seleksi Seskoad. Namun tulisan terdahulu rupanya masih agak sulit dipahami, sehingga saya harus menjelaskan dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh para calon siswa Seskoad.

     Ujian Karmil tahun ini masih tetap seperti tahun lalu, dimana judul sudah diberikan. Oleh karenanya setiap calon siswa harus dapat menyesuaikan dengan apapun judul yang diberikan.
     Saya masih sering didatangi para perwira yang akan mengikuti seleksi Seskoad, sambil membawa Karmil untuk dikoreksi. Saya menganjurkan agar perwira tidak perlu menyiapkan Karmil, namun yang perlu disiapkan adalah bagaimana berlatih membuat: Pendahuluan, Latar Belakang Pemikiran, Kondisi Awal, Faktor Berpengaruh, Kondisi Akhir dan Penutup. Saya menyarankan untuk memilih judul yang pernah dialami dalam bertugas sehingga perwira memiliki memori yang akan sangat membantu proses penuangan yang ada dibenak kedalam tulisan.
     Tentang judul hampir dapat dipastikan bahwa judul yang diberikan memiliki 2 variabel (makro dan mikro). Judul yang diberikan juga berkisar pada Upaya Meningkatkan Bla Bla Bla dan Optimalisasi Bla Bla Bla. Apakah ada perbedaan antara OPTIMALISASI dan UPAYA MENINGKATKAN ? Untuk mudahnya saya akan menjelaskan melalui suatu analogi sehingga mudah dipahami dimana letak perbedaan antara keduanya.
  • Saya memiliki sebuah mobil Toyota Avanza keluaran tahun 2005. Pada saat baru, kecepatannya dapat mencapai 130 km/jam. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sekarang kecepatan paling tinggi yang dapat dicapai hanyalah 90 km/jam.
  • Apabila saya ingin mengoptimalkan kecepatan kendaraan maka saya akan melakukan berbagai cara agar kecepatannya dapat mencapai kecepatan standar ketika mobil tersebut keluar dari pabrik yaitu 130 km/jam. Atau minimal mendekati kecepatan 130 km/jam, misalnya menjadi 127 km/jam.
  • Sedangkan upaya meningkatkan ada dua kemungkinan, pertama melebihi kecepatan yang dapat dicapai saat ini, misalnya dari 90 km/jam di utak-utik menjadi 95 km/jam (meningkat 5 km/jam) atau kemungkinan kedua meningkatkan kecepatan melebihi standar pabrik, misalkan menjadi 160 km/jam. Tentu cara yang dilakukan berbeda antara meningkatkan menjadi 95 km/jam dan menjadi 160 km/jam.
     Terkadang saya sering bingung juga apabila ada judul, misalkan: Optimalisasi Kemampuan Komunikasi Sosial Babinsa Dalam Rangka Mempersempit Ruang Gerak Terorisme Di Wilayah Tugas. Kebingungan saya adalah: Apakah ada standar Kemampuan Komsos Babinsa, kalau ada berarti kita bisa menggunakan Optimalisasi, tetapi kalau tidak ada standar sebaiknya menggunakan Upaya Meningkatkan, sehingga judul tersebut sebaiknya: Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Sosial Babinsa Dalam Rangka Mempersempit Ruang Gerak Terorisme di Wilayah Tugas.
     Sebelum kita melanjutkan pembahasan, ada baiknya perwira calon siswa mengetahui hal-hal apa saja yang dinilai termasuk bobotnya. Tabel di bawah ini hanya sekedar perkiraan, namun kira-kira tidak jauh berbeda pada setiap pelaksanaan seleksi. Apa dan bagaimana supaya Karmil yang dibuat memenuhi unsur unsur yang akan dinilai, akan saya informasikan dalam pembahasan.

Tabel 1. BOBOT NILAI KARMIL
NO
ASPEK PENILAIAN
BOBOT
%
A
TEKNIK PENULISAN
± 15
- Judul
- Pendahuluan :
- Inti Tulisan
- Penutup
B
KELENGKAPAN
± 5
- Tata tulis & Minu
- Kelengkapan Naskah
C
KUALITAS KARMIL
± 80
- Judul
- Hubungan Antar Bab
- Inti Tulisan (Bab I s/d VII)
- Alur Pikir / Pola Pikir

UNTUK DIPERHATIKAN !!
  • Karmil yang dibuat perwira dalam ujian adalah Karmil Pemecahan Masalah, dengan demikian perwira perlu memahami apa yang dimaksud dengan masalah. Apa juga yang dimaksud dengan persoalan ?
  • Sederhananya, masalah adalah penyimpangan/deviasi antara realita dan harapan. Semakin besar penyimpangan berarti semakin besar masalah yang terjadi.
  • Persoalan bagian (anak) dari masalah, persoalan juga bisa sebagai masalah atau masalah sebagai persoalan. Kapan masalah jadi persoalan dan kapan persoalan jadi masalah sangat tergantung pada strata pembahasan, misalnya:
    • Banjir tahunan adalah masalah bagi kota Jakarta, persoalannya adalah: Adanya pemanfaatan lahan yang tidak semestinya di daerah Puncak; Banyak penduduk Jakarta tinggal di bantaran sungai; Pembangunan yang kurang mempertimbangkan areal resapan air; dsb.
    • Pemanfaatan lahan yang tidak semestinya merupakan persoalan bagi Pemda DKI, tetapi menjadi masalah bagi Pemda Bogor.
  • Dalam penulisan Karmil, masalah terdapat pada variabel makro (tetap), sedangkan persoalan yang akan dipecahkan ada pada variabel mikro(tidak tetap). Dalam Karmil ujian seleksi yang dibahas secara rinci adalah variabel mikro, bukan variabel makro. Penguraian variabel makro hanya untuk mengantarkan pembahasan pada variabel mikro. Sederhananya, apabila persoalan-persoalan dapat diatasi maka masalah otomatis dapat diatasi.
  • Dalam Karmil sering kita menemukan tujuan dan sasaran. Pada dasarnya tujuan adalah untuk menjawab permasalahan, sedangkan sasaran adalah untuk menjawab persoalan. Namun dalam penulisan sangat sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi, demikian juga dengan sasaran sering tidak berkaitan dengan persoalan yang akan ditangani.
Tentang Judul.
     Agar memenuhi persyaratan dalam teknik penulisan, judul harus dibuat dengan HURUP BESAR tanpa diakhiri titik dan diberi garis bawah, contoh:
UPAYA MENINGKATKAN PERFORMA TOYOTA AVANSA
DALAM RANGKA MENGHADAPI LOMBA DRAG RACE
KELAS 1300 CC
     Judul harus sesuai dengan judul Karmil yang disiapkan dalam ujian. Upayakan judul yang dituliskan tidak berkurang satu hurup pun dari pilihan judul yang diberikan.  
     Dalam contoh judul yang diberikan di atas, variabel makro adalah: Dalam Rangka Menghadapi Lomba Drag Race Kelas 1300 cc. Variabel mikro adalah: Upaya Meningkatkan Performa Toyota Avansa.
     Permasalahannya: “ Toyota Avansa yang dimiliki tidak memadai untuk mengikuti lomba”. Lomba drag race sangat tergantung pada faktor kecepatan dan akselerasi. Kecepatan dan akselerasi yang ada sekarang masih sesuai standar pabrik yang peruntukannya bukan untuk perlombaan, dengan demikian apabila ferforma tidak ditingkatkan, kendaraan tidak memadai dalam menghadapi lomba drag race.
     Persoalannya: “ Setting kecepatan dan akselerasi kendaraan masih standar pabrik ”. Kendaraan yang dibuat pabrik untuk digunakan sehari hari berbeda dengan yang diperuntukkan untuk lomba.
       Berawal dari judul, perwira harus sudah dapat melihat apa permasalahan dan apa persoalan. Selanjutnya dari permasalahan dan persolalan perwira harus sudah memiliki gambaran/bayangan bagaimana menjawab/menanganinya. Bertolak dari sini, perwira seharusnya sudah memiliki gambaran tentang isi tulisan/apa yang akan ditulis.

Pendahuluan.
     Bab pendahuluan meliputi: Umum; Maksud dan Tujuan; Ruang Lingkup dan Tata Urut; Metode dan Pendekatan; dan Pengertian-pengertian. Upayakan seluruh unsur dari pendahuluan harus ada, karena bila tidak ada maka akan diberi nilai nol bagi unsur yang tidak ada.
     Pasal Umum. Penentuan berapa poin yang akan dimuat dalam pasal umum sebaiknya disesuaikan dengan jumlah variabel dalam judul. Karena ujian Karmil biasanya memuat dua variabel, maka sebaiknya terdapat 2+1 poin dalam pasal umum. Poin “a” menguraikan secara ringkas tentang variabel makro. Tuangkan latar belakang dan substansi masalah. Poin “b” menguraikan secara ringkas tentang variabel mikro. Deskripsikan persoalan persoalan yang menjadi bagian masalah. Pada poin “c” berisi penekanan pentingnya masalah diselesaikan, terkadang dapat juga ditambahkan harapan penulis.
Contoh Pasal Umum:
a.   Lomba Drag Race merupakan lomba tahunan IMI (Ikatan Motor Indonesia) yang digelar secara bergilir di lima kota besar Indonesia. Ada beberapa kelas yang dilombakan, salah satunya adalah kelas 1300 cc. Peserta diberikan kebebasan untuk memilih 3 jenis  kendaraan setiap kelas, yaitu: Minibus, Jeep dan Sedan. Lomba tahun ini akan dilaksanakan di kota Bandung, saya memutuskan tetap turun di kelas 1300 cc. Namun tahun ini saya saya akan menggunakan kendaraan minibus, bukan sedan seperti yang selama ini saya gunakan. Pertimbangan saya untuk menggunakan mobil minibus adalah karena Toyota Avanza. Toyota Avanza memiliki bobot yang jauh lebih ringan bila dibandingkan sedan maupun jeep pada kelas yang sama.  Faktor bobot kendaraan merupakan faktor penting dalam lomba Drag Race, karena dengan bobot yang ringan kendaraan dapat melaju lebih cepat. Namun sekalipun memiliki keunggulan dari segi bobot, Toyota Avanza belum memadai untuk ikut dalam perlombaan karena ferforma kendaraan diperuntukkan untuk keperluan sehari hari, bukan untuk perlombaan.
b.    Ferforma yang dibutuhkan untuk menghadapi perlombaan terutama pada aspek kecepatan dan akselerasi. Kecepatan maksimal yang direkomendasi pabrik untuk setiap Toyota Avanza 1300 cc adalah 130 km/jam. Rekomendasi ini terutama atas pertimbangan faktor keamanan, sehingga kecepatan dibatasi tidak dapat melebihi kecepatan yang direkomendasikan pabrik. Lomba Drag Race dilaksanakan pada lintasan lurus sehingga faktor keamanan tidak menjadi hal yang urgen, dengan demikian kecepatan Toyota Avanza dapat ditingkatkan melebihi kecepatan yang direkomendasikan pabrik. Akselerasi menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perlombaan Drag Race yang menempuh lintasan lurus dengan jarak yang sangat pendek. Semakin tinggi akselerasi maka semakin cepat kendaraan mencapai kecepatan maksimum. Sekalipun kendaraan memiliki kecepatan maksimum yang tinggi, namun apabila tidak didukung akselerasi yang tinggi, kendaraan akan tertinggal oleh kendaraan yang kecepatan maksimumnya lebih rendah namun memiliki akselerasi yang lebih tinggi, mengingat lomba Drag Race hitungan waktunya berkisaran hitungan detik.
c.     Meningkatkan ferforma Toyota Avanza yang akan saya gunakan dalam perlombaan merupakan hal yang sangat penting. Tanpa ferforma yang memadai, saya hanya akan menuai kekecewaan dan perasaan malu. Mudah-mudahan upaya meningkatkan ferforma Toyota Avanza ini dapat mengantarkan saya ketangga juara.
         Kelemahan yang sering terjadi:
    • Dalam menguraikan poin “a” sering penarikan latar belakang terlalu jauh sehingga tidak fokus pada variabel makro. Misalkan dalam contoh di atas diawali dengan “ Era globalisasi . . . . “.
    • Permasalahan dan persoalan tidak tergambar secara jelas/ bahkan tidak tergambar sama sekali.
     Pasal Maksud dan Tujuan. Pada hakekatnya penuangan maksud dan tujuan sangat berkaitan dengan sifat tulisan. Mengingat Karmil ujian Seskoad bersifat problem solving/pemecahan masalah maka tujuannya berkaitan dengan solusi. Maksud disini adalah maksud penulis, apa yang memotivasi/mendorong penulis untuk menulis. Tujuan berkaitan dengan sifat tulisan, apa yang dikehendaki penulis melalui tulisan yang dibuat.
Contoh Pasal Maksud dan Tujuan:
a.  Maksud. Menguraikan permasalahan fermorma Toyota Avanza aspek kecepatan dan akselerasi dan langkah-langkah peningkatannya.
Tujuan. Mendapatkan performa Toyota Avanza yang memadai untuk lomba Drag Race kelas 1300 cc.
Bersambung . . . . .
Baca selengkapnya . . .

30 Oktober 2009

Strategi dan Kiat Belajar dalam rangka Seleksi Seskoad

  Menjadi Pasis Dikreg Seskoad merupakan dambaan setiap Perwira TNI AD, karena pendidikan Seskoad merupakan pintu kritis yang harus dilalui untuk pengembangan karier selanjutnya. Tanpa melalui pendidikan Seskoad, peluang perwira untuk mengembangkan karier di TNI AD khususnya maupun TNI umumnya menjadi sangat terbatas. Namun demikian bukan berarti pendidikan Seskoad merupakan jaminan utama bagi perwira untuk memperoleh pengalaman karier yang diinginkan. Masih banyak faktor-faktor penentu  lainnya yang menjadi pertimbangan organisasi untuk menempatkan perwira dalam mengembangkan karier selanjutnya. 

   Dalam rangka peningkatan SDM, idealnya TNI AD memberikan kesempatan bagi setiap perwira yang telah memenuhi syarat (administrasi) untuk mengikuti pendidikan Seskoad. Namun terbatasnya alokasi  pendidikan membuat  tidak semua perwira yang telah memenuhi syarat  dapat mengikuti pendidikan ini. Hanya perwira yang berhasil melalui seleksi yang dapat mengikuti pendidikan. Karena terbatasnya alokasi   serta  sedemikian pentingnya  pendidikan ini membuat setiap perwira akan berusaha semaksimal mungkin (all out)  mempersiapkan  dirinya dalam menghadapi seleksi Seskoad khususnya bidang akademik.

    Materi pokok akademik biasanya meliputi: Aplikasi (taktik dan dinas staf), Teori (taktik, dinas staf, bintal/pengum, binlat dan bahasa Inggris) dan Karangan Militer. Pada seleksi Casis Dikreg TA. 2009 (Dikreg XLVII) terjadi perubahan mendasar atas materi pokok yang diujikan. Materi Aplikasi yang semula 7-8 persoalan dengan alokasi waktu 7,5 jam dan  tanpa diberikan format  menjadi 3-5 persoalan dengan alokasi waktu 4 jam, serta format diberikan. Materi Teori (taktik, dinas staf, bintal/pengum dan binlat) semula 38 soal (Pilihan B/S, Pilihan Analisis Hubungan Antar Hal, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Analisis Kasus, Isian dan Uraian) dengan alokasi waktu 180 menit menjadi 50 soal (Pilihan B/S, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Berganda Majemuk dan Pilihan Analisis Kasus) dengan alokasi waktu 90 menit. Teori Bahasa Inggris dari 26 soal (Terjemahan, Jawab Pertanyaan, Pilihan dan Isian) dengan alokasi waktu 150 menit menjadi 30 soal (Pilihan B/S, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Berganda Majemuk) dengan alokasi waktu 60 menit. Materi Karmil yang semula diberikan proposisi menjadi diberikan judul.

   Pada seleksi sebelumnya, untuk materi Aplikasi, bagi perwira  yang telah terlatih mengerjakan soal akan memiliki peluang lebih besar untuk lulus seleksi, karena dengan model 7-8 persoalan dan waktu 7,5 jam sangat sulit bagi yang tidak terlatih untuk mengerjakan persoalan sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Kondisi ini memaksa perwira untuk menghafal format-format, agar saat mengerjakan persoalan tidak terganggu waktu untuk mengingat-ngingat format. Sehingga pada masa itu segala macam cara dan teknik digunakan para perwira untuk menghapalkan format. Bangun tidur, yang pertama kali dilihat adalah format (yang telah tertata di dinding), sebelum masuk kamar mandi di bagian pintu  juga ada format, saat buang air besar hiasan yang tertera didepan juga format. Masuk ke dalam kantor yang dilihat juga format, di dalam saku baju ada catatan kecil yang isinya juga format. Para perwira juga berlatih dengan cara drill mengerjakan soal aplikasi, dari drill menyalin jawaban persoalan, drill menjawab persoalan tanpa dihitung waktu, sampai dengan drill sesungguhnya seperti saat melaksanakan ujian aplikasi. Kondisi ini membuat tujuan seleksi untuk menjaring para perwira yang memiliki cara berpikir logis, kritis, kreatif dan argumentatif (beralasan)  pada akhirnya tidak tercapai. Ketika melaksanakan pendidikan, sebagian besar perwira selalu terbelenggu dengan format, juga mengalami kesulitan untuk menemukan ide-ide kreatif dalam menyikapi suatu permasalahan. Perwira yang kreatif dan memiliki cara berpikir kritis, biasanya kurang begitu menyukai dengan metode menghapal dan drill berulang-ulang sehingga mereka sulit terjaring melalui model seleksi yang dilakukan. Cukup banyak kita lihat, perwira-perwira yang kreatif dan hebat cara berfikirnya, tapi tidak pernah dapat lulus seleksi Seskoad. Kondisi inilah yang diantaranya mendorong diadakannya perubahan pada materi Aplikasi Taktik dan Dinas Staf.

   Untuk materi teori, pada seleksi lalu masih ada jawaban isian dan uraian yang bobotnya lebih besar dari jawaban Benar-Salah dan jawaban Pilihan. Untuk Benar-Salah dan Pilihan hanya ada 2 kriteria jawaban, yaitu: Benar (100%) atau Salah (nol). Sementara untuk jawaban isian dan uraian menggunakan 5 kriteria jawaban sbb: Tidak menjawab (nol); Salah (10%), Kurang Benar (11%-40%); Mengandung Kebenaran (41%-70%); Mendekati Benar (71%-90%) dan Benar (91%-100). Kondisi ini membuat penilaian sulit dilaksanakan secara obyektif. Selain itu faktor tulisan juga sangat menentukan, bisa saja jawaban sebenarnya mendekati benar namun karena tulisannya sulit dibaca akhirnya dinilai pada kriteria mengandung kebenararan sehingga  nilai lebih rendah dari nilai yang seharusnya, sebaliknya jawaban kurang benar namun karena tulisannya bagus diberikan nilai pada kriteria mengandung kebenaran.  Hal ini tentunya akan sangat merugikan bagi perwira yang sebenarnya cerdas, namun karena faktor tulisan pada akhirnya tidak lulus seleksi. Rentang nilai pada masing-masing kelompok kriteria juga sangat menyulitkan dalam penilaian. Penilaian terhadap produk peserta tidak mungkin akan sama antara pemeriksa satu dengan pemeriksa lainnya. Sekalipun telah dilaksanakan sistem koreksi berlapis, tetap saja unsur subyektifitas tidak dapat dihindarkan. Sekarang ini jawaban untuk materi persoalan teori hanya ada 2 kriteria, yaitu: Benar (100%) dan Salah (nol). Dengan cara ini faktor tulisan tidak lagi menjadi penghambat, subyektifitas tidak ada lagi karena pemeriksa hanya diberi 2 alternatif jawaban, yaitu: Benar diberi nilai 100 dan Salah diberi nilai nol sehingga penilaian menjadi sangat obyektif. Penerapan sistem ini disisi lain ternyata juga membawa dampak yang sangat besar pada saat pelaksanaan seleksi yang baru lalu. Sebagian besar peserta seleksi nilai teorinya rendah. Rendahnya nilai teori ini kemungkinan sebagai akibat model jawaban yang tidak lagi menggunakan jawaban isian dan uraian dan kemungkinan juga cara belajar yang salah.

   Materi Karmil juga mengalami perubahan yaitu dari semula dengan pemberian proposisi menjadi diberikan judul. Pada dasarnya kedua model ini sama saja apabila peserta membuatnya murni pada saat pelaksanaan ujian, bahkan pemberian proposisi akan lebih memberikan kebebasan kepada peserta untuk menentukan judul tulisannya. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Dengan model pemberian proposisi, sebagian besar peserta sudah mempersiapkan Karmil jauh sebelum pelaksanaan ujian. Bahkan sebagian besar peserta mengkonsultasikan Karmil yang  dibuat keberbagai pihak. Kondisi ini membuat panitia seleksi mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah Karmil yang dibuat dalam ujian itu murni hasil pemikiran peserta atau bukan, akibatnya tujuan seleksi menjadi sulit diukur. Ujian Karmil pada hakekatnya adalah untuk menjaring perwira yang telah memiliki: kemampuan dasar berpikir kritis (dapat melihat sesuatu yang tidak normal dalam suatu lingkungan), kemampuan dasar untuk menggali ide/gagasan sebagai tindak lanjut berpikir kritis dan kemampuan dasar untuk menyampaikan ide/gagasan dalam bentuk tulisan dengan argumen yang logis. Kemampuan dasar  ini secara minimal  sebenarnya  dimiliki oleh setiap perwira apabila para perwira mau mengembangkan diri dengan pendidikan-pendidikan yang telah diperoleh sebelumnya dan mau mengaplikasikannya dalam lingkungan bertugas. Apabila perwira tidak memiliki kemampuan dasar ini, Seskoad akan mengalami kesulitan untuk mendidik perwira sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.

   Pengalaman selama ini, dalam mempersiapkan diri menghadapi seleksi, para perwira biasanya menitik-beratkan belajar pada materi Aplikasi. Pertimbangan ini dilakukan mengingat materi aplikasi memiliki bobot terbesar dibanding materi lainnya. Akibatnya para perwira kurang menyiapkan materi yang bersifat teori. Untuk model soal seleksi yang lalu, cara seperti ini mungkin cukup efektif, namun untuk model yang baru cara ini tidak efektif. Para perwira perlu menggunakan strategi yang efektif dalam belajar agar lebih siap menghadapi seleksi Seskoad. Komposisi materi ujian dan bobotnya seperti tergambar dalam tabel di bawah:

NO

MACAM MATERI

BOBOT (%)

1

APLIKASI TAKTIK & DINAS STAF

35

2

TEORI TAKTIK

15

3

TEORI DINAS STAF

15

4

TEORI BINTAL / PENG. UMUM

10

5

TEORI BINLAT

10

6

BAHASA INGGRIS

5

7

KARANGAN MILITER

10

 

                             JUMLAH

100

Dengan mengetahui komposisi materi dan bobot, para perwira akan lebih mudah untuk mengatur strategi belajar sesuai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

   Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan, para perwira dapat membuat asumsi untuk mendapat nilai 70 (nilai batas lulus). Misalkan: Dengan kemampuan yang dimiliki asumsi perolehan nilai aplikasi adalah 20 dan Karmil adalah 10. Berarti untuk memperoleh nilai batas lulus perlu mencari nilai 40 dari materi teori. Komposisi ini tentunya berbeda-beda pada setiap orang. Melalui ruang ini (http://seskoad2seskoad.blogspot.com)  para perwira dapat belajar bagaimana sebaiknya cara mengerjakan/menjawab Aplikasi dan menulis Karmil sesuai dengan ketentuan/teori dengan harapan para perwira dapat memperoleh nilai antara 20 s/ 25 untuk materi Aplikasi dan 10 s/d 12 untuk materi Karmil.  Adapun untuk materi Teori, cara belajar yang paling efektif adalah dengan membuat soal dan jawaban sebanyak mungkin. Sebagai contoh: Untuk belajar teori Dinas Staf, siapkanlah seluruh Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf dari Dinas Staf Umum s/d Dinas Staf Teritorial. Buatlah pertanyaan dan jawaban dari Bujuklap Dinas Staf Umum sesuai dengan model persoalan dalam ujian (pertanyaan dengan jawaban  B/S, Pilihan berganda tunggal, Pilihan berganda majemuk dan Pilihan analisis kasus). Untuk pertanyaan model analisis kasus mengingat agak kompleks tidak perlu dibuat dulu. Semakin banyak pertanyaan dan jawaban yang dibuat akan semakin bagus. Sekurang kurangnya buatlah 100 pertanyaan dan jawaban untuk pilihan B/S, 100 untuk Pilihan berganda tunggal dan 100 untuk pilihan berganda majemuk untuk setiap Bujuklap. Mengapa belajar dengan cara seperti ini ?. Dengan belajar menggunakan model ini kita akan membaca setiap lembar referensi secara seksama untuk menentukan apa yang dapat dijadikan pertanyaan dalam lembar tersebut. Minimal kita harus membaca 2-3 kali sebelum kita dapat membuat pertanyaan dari lembar yang kita baca. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh para perumus soal di Seskoad. Hasil yang didapat dengan model belajar seperti ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan model belajar hanya membaca dan menghapal. Cara lain yang lebih mudah namun cukup efektif adalah dengan membaca buku kumpulan pertanyaan dan penjelasan jawaban (bukan hanya jawaban, tetapi juga ada penjelasan mengapa jawabannya demikian). Buku ini bisa dibuat oleh para perwira senior yang telah memiliki dasar keilmuan yang memadai. Para perwira juga bisa membuat kelompok diskusi untuk belajar. Ingat! Proses berpikir yang dilakukan secara bersama-sama biasanya lebih baik jika dibandingkan denga berpikir sendiri-sendiri. Untuk referensi yang digunakan dalam seleksi pendidikan, para perwira bisa menanyakan di Spersdam masing-masing.

   Para perwira juga ada baiknya mengetahui komposisi dan bobot materi persoalan Teori untuk menghindari terjadinya salah perhitungan. Contoh: Dari 50 soal teori Dinas Staf, rasa-rasanya bisa dijawab dengan benar 40 soal. Menurut hitungan diperkirakan nilai yang didapat: (40:50)x15=12, kenyataannya nilai yang didapat hanya 9. Mengapa demikian ? Ini terjadi karena dalam menghitung tidak diperhitungkan bobot dari macam pertanyaan. Dibawah ini merupakan bobot dari setiap macam pertanyaan dalam materi persoalan Teori.

1) Untuk selain Bahasa Inggris:

NO

MACAM PERTANYAAN

JML SOAL

BOBOT

1

PILIHAN BENAR / SALAH

15

10 %

2

PILIHAN BERGANDA TUNGGAL

15

20 %

3

PILIHAN BERGANDA MAJEMUK

10

30 %

4

PILIHAN ANALISIS KASUS

10

40 %

                           JUMLAH

50

2) Untuk Bahasa Inggris:

NO

MACAM PERTANYAAN

JML SOAL

BOBOT

1

PILIHAN BENAR / SALAH

10

20 %

2

PILIHAN BERGANDA TUNGGAL

10

30 %

3

PILIHAN BERGANDA MAJEMUK

10

50 %

                           JUMLAH

30

 

   Rekan-rekan perwira, khususnya yang akan mengikuti seleksi pendidikan Seskoad, demikianlah pengantar yang dapat saya sampaikan. Selanjutnya  melalui ruang ini saya akan mencoba untuk membahas materi Aplikasi dan Karmil. Para perwira silahkan untuk bertanya dalam rangka memperoleh pemahaman. Melalui forum ini juga saya mengajak para perwira untuk membangun Institusi yang kita cintai ini dengan cara mengembangkan kemampuan diri pribadi kita secara sehat. Perlu diingat bahwa Seskoad bukanlah tempat mencari legalitas dan perkawanan semata, tetapi yang lebih penting Seskoad adalah tempat untuk memperbaiki, menyehatkan dan  meningkatkan cara berpikir kita. Cara berpikir yang sehat akan menghasilkan sikap perilaku dan tindak perbuatan yang sehat yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan TNI AD. Mari kita manfaatkan ruang ini semaksimal mungkin untuk kemajuan Angkatan Darat yang kita cintai.

(Letkol. Czi. Heri Marjaga Siagian / Dosen Muda Seskoad).

Baca selengkapnya . . .