30 Oktober 2009

Seleksi Tahap II/2 (Oral)

    Pada pertengahan bulan November 2009 ini akan diadakan seleksi tingkat oral bagi casis yang telah lulus seleksi tahap II/1. Materi yang diujikan meliputi: akademik, pemeriksaan psikologi, kesehatan dan kesemaptaan jasmani.

    Materi akademik berupa pembuatan Karmil dan ujian lisan. Karmil yang dibuat tidak dinilai seperti halnya pada seleksi tahap II/1, namun akan dijadikan pegangan penguji dalam ujian lisan akademik. Dalam membuat Karmil, substansi yang akan dibahas sebaiknya merupakan materi yang telah dikuasai. Misalnya dalam Karmil membahas tentang personel, kepemimpinan dan binsat, maka pertanyaan penguji akan mengarah pada personel, kepemimpinan dan binsat. Selain substansi karmil, casis juga agar menyiapkan pengetahuan umum baik nasional dan internasional, khususnya isu-isu aktual, hal berkaitan dengan TNI, termasuk bahasa Inggris.

   Ujian lisan akademik dilaksanakan selama 70 menit. 5 menit persiapan; 15 menit paparan; 45 menit tanya jawab; dan 5 menit pengakhiran. Selain penguasaan pengetahuan juga akan dinilai sikap penampilan dan tata bicara.

   Pada penilaian akhir akademik, nilai oral memberikan andil sebesar 40 % sedangkan nilai akademik tahap II/1 sebesar 60 %. Rata-rata dari kedua nilai tersebut menjadi nilai akhir yang menentukan apakah casis masuk alokasi atau tereleminasi.

   Bagi casis yang tidak punya koneksi, tidak perlu berkecil hati. Yang penting laksanakan ujian dengan kesungguhan hati dan semangat yang tinggi. Ingat ! TUHAN tidak pernah tidur. SELAMAT BERJUANG.

Baca selengkapnya . . .

Strategi dan Kiat Belajar dalam rangka Seleksi Seskoad

  Menjadi Pasis Dikreg Seskoad merupakan dambaan setiap Perwira TNI AD, karena pendidikan Seskoad merupakan pintu kritis yang harus dilalui untuk pengembangan karier selanjutnya. Tanpa melalui pendidikan Seskoad, peluang perwira untuk mengembangkan karier di TNI AD khususnya maupun TNI umumnya menjadi sangat terbatas. Namun demikian bukan berarti pendidikan Seskoad merupakan jaminan utama bagi perwira untuk memperoleh pengalaman karier yang diinginkan. Masih banyak faktor-faktor penentu  lainnya yang menjadi pertimbangan organisasi untuk menempatkan perwira dalam mengembangkan karier selanjutnya. 

   Dalam rangka peningkatan SDM, idealnya TNI AD memberikan kesempatan bagi setiap perwira yang telah memenuhi syarat (administrasi) untuk mengikuti pendidikan Seskoad. Namun terbatasnya alokasi  pendidikan membuat  tidak semua perwira yang telah memenuhi syarat  dapat mengikuti pendidikan ini. Hanya perwira yang berhasil melalui seleksi yang dapat mengikuti pendidikan. Karena terbatasnya alokasi   serta  sedemikian pentingnya  pendidikan ini membuat setiap perwira akan berusaha semaksimal mungkin (all out)  mempersiapkan  dirinya dalam menghadapi seleksi Seskoad khususnya bidang akademik.

    Materi pokok akademik biasanya meliputi: Aplikasi (taktik dan dinas staf), Teori (taktik, dinas staf, bintal/pengum, binlat dan bahasa Inggris) dan Karangan Militer. Pada seleksi Casis Dikreg TA. 2009 (Dikreg XLVII) terjadi perubahan mendasar atas materi pokok yang diujikan. Materi Aplikasi yang semula 7-8 persoalan dengan alokasi waktu 7,5 jam dan  tanpa diberikan format  menjadi 3-5 persoalan dengan alokasi waktu 4 jam, serta format diberikan. Materi Teori (taktik, dinas staf, bintal/pengum dan binlat) semula 38 soal (Pilihan B/S, Pilihan Analisis Hubungan Antar Hal, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Analisis Kasus, Isian dan Uraian) dengan alokasi waktu 180 menit menjadi 50 soal (Pilihan B/S, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Berganda Majemuk dan Pilihan Analisis Kasus) dengan alokasi waktu 90 menit. Teori Bahasa Inggris dari 26 soal (Terjemahan, Jawab Pertanyaan, Pilihan dan Isian) dengan alokasi waktu 150 menit menjadi 30 soal (Pilihan B/S, Pilihan Berganda Tunggal, Pilihan Berganda Majemuk) dengan alokasi waktu 60 menit. Materi Karmil yang semula diberikan proposisi menjadi diberikan judul.

   Pada seleksi sebelumnya, untuk materi Aplikasi, bagi perwira  yang telah terlatih mengerjakan soal akan memiliki peluang lebih besar untuk lulus seleksi, karena dengan model 7-8 persoalan dan waktu 7,5 jam sangat sulit bagi yang tidak terlatih untuk mengerjakan persoalan sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Kondisi ini memaksa perwira untuk menghafal format-format, agar saat mengerjakan persoalan tidak terganggu waktu untuk mengingat-ngingat format. Sehingga pada masa itu segala macam cara dan teknik digunakan para perwira untuk menghapalkan format. Bangun tidur, yang pertama kali dilihat adalah format (yang telah tertata di dinding), sebelum masuk kamar mandi di bagian pintu  juga ada format, saat buang air besar hiasan yang tertera didepan juga format. Masuk ke dalam kantor yang dilihat juga format, di dalam saku baju ada catatan kecil yang isinya juga format. Para perwira juga berlatih dengan cara drill mengerjakan soal aplikasi, dari drill menyalin jawaban persoalan, drill menjawab persoalan tanpa dihitung waktu, sampai dengan drill sesungguhnya seperti saat melaksanakan ujian aplikasi. Kondisi ini membuat tujuan seleksi untuk menjaring para perwira yang memiliki cara berpikir logis, kritis, kreatif dan argumentatif (beralasan)  pada akhirnya tidak tercapai. Ketika melaksanakan pendidikan, sebagian besar perwira selalu terbelenggu dengan format, juga mengalami kesulitan untuk menemukan ide-ide kreatif dalam menyikapi suatu permasalahan. Perwira yang kreatif dan memiliki cara berpikir kritis, biasanya kurang begitu menyukai dengan metode menghapal dan drill berulang-ulang sehingga mereka sulit terjaring melalui model seleksi yang dilakukan. Cukup banyak kita lihat, perwira-perwira yang kreatif dan hebat cara berfikirnya, tapi tidak pernah dapat lulus seleksi Seskoad. Kondisi inilah yang diantaranya mendorong diadakannya perubahan pada materi Aplikasi Taktik dan Dinas Staf.

   Untuk materi teori, pada seleksi lalu masih ada jawaban isian dan uraian yang bobotnya lebih besar dari jawaban Benar-Salah dan jawaban Pilihan. Untuk Benar-Salah dan Pilihan hanya ada 2 kriteria jawaban, yaitu: Benar (100%) atau Salah (nol). Sementara untuk jawaban isian dan uraian menggunakan 5 kriteria jawaban sbb: Tidak menjawab (nol); Salah (10%), Kurang Benar (11%-40%); Mengandung Kebenaran (41%-70%); Mendekati Benar (71%-90%) dan Benar (91%-100). Kondisi ini membuat penilaian sulit dilaksanakan secara obyektif. Selain itu faktor tulisan juga sangat menentukan, bisa saja jawaban sebenarnya mendekati benar namun karena tulisannya sulit dibaca akhirnya dinilai pada kriteria mengandung kebenararan sehingga  nilai lebih rendah dari nilai yang seharusnya, sebaliknya jawaban kurang benar namun karena tulisannya bagus diberikan nilai pada kriteria mengandung kebenaran.  Hal ini tentunya akan sangat merugikan bagi perwira yang sebenarnya cerdas, namun karena faktor tulisan pada akhirnya tidak lulus seleksi. Rentang nilai pada masing-masing kelompok kriteria juga sangat menyulitkan dalam penilaian. Penilaian terhadap produk peserta tidak mungkin akan sama antara pemeriksa satu dengan pemeriksa lainnya. Sekalipun telah dilaksanakan sistem koreksi berlapis, tetap saja unsur subyektifitas tidak dapat dihindarkan. Sekarang ini jawaban untuk materi persoalan teori hanya ada 2 kriteria, yaitu: Benar (100%) dan Salah (nol). Dengan cara ini faktor tulisan tidak lagi menjadi penghambat, subyektifitas tidak ada lagi karena pemeriksa hanya diberi 2 alternatif jawaban, yaitu: Benar diberi nilai 100 dan Salah diberi nilai nol sehingga penilaian menjadi sangat obyektif. Penerapan sistem ini disisi lain ternyata juga membawa dampak yang sangat besar pada saat pelaksanaan seleksi yang baru lalu. Sebagian besar peserta seleksi nilai teorinya rendah. Rendahnya nilai teori ini kemungkinan sebagai akibat model jawaban yang tidak lagi menggunakan jawaban isian dan uraian dan kemungkinan juga cara belajar yang salah.

   Materi Karmil juga mengalami perubahan yaitu dari semula dengan pemberian proposisi menjadi diberikan judul. Pada dasarnya kedua model ini sama saja apabila peserta membuatnya murni pada saat pelaksanaan ujian, bahkan pemberian proposisi akan lebih memberikan kebebasan kepada peserta untuk menentukan judul tulisannya. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Dengan model pemberian proposisi, sebagian besar peserta sudah mempersiapkan Karmil jauh sebelum pelaksanaan ujian. Bahkan sebagian besar peserta mengkonsultasikan Karmil yang  dibuat keberbagai pihak. Kondisi ini membuat panitia seleksi mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah Karmil yang dibuat dalam ujian itu murni hasil pemikiran peserta atau bukan, akibatnya tujuan seleksi menjadi sulit diukur. Ujian Karmil pada hakekatnya adalah untuk menjaring perwira yang telah memiliki: kemampuan dasar berpikir kritis (dapat melihat sesuatu yang tidak normal dalam suatu lingkungan), kemampuan dasar untuk menggali ide/gagasan sebagai tindak lanjut berpikir kritis dan kemampuan dasar untuk menyampaikan ide/gagasan dalam bentuk tulisan dengan argumen yang logis. Kemampuan dasar  ini secara minimal  sebenarnya  dimiliki oleh setiap perwira apabila para perwira mau mengembangkan diri dengan pendidikan-pendidikan yang telah diperoleh sebelumnya dan mau mengaplikasikannya dalam lingkungan bertugas. Apabila perwira tidak memiliki kemampuan dasar ini, Seskoad akan mengalami kesulitan untuk mendidik perwira sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan.

   Pengalaman selama ini, dalam mempersiapkan diri menghadapi seleksi, para perwira biasanya menitik-beratkan belajar pada materi Aplikasi. Pertimbangan ini dilakukan mengingat materi aplikasi memiliki bobot terbesar dibanding materi lainnya. Akibatnya para perwira kurang menyiapkan materi yang bersifat teori. Untuk model soal seleksi yang lalu, cara seperti ini mungkin cukup efektif, namun untuk model yang baru cara ini tidak efektif. Para perwira perlu menggunakan strategi yang efektif dalam belajar agar lebih siap menghadapi seleksi Seskoad. Komposisi materi ujian dan bobotnya seperti tergambar dalam tabel di bawah:

NO

MACAM MATERI

BOBOT (%)

1

APLIKASI TAKTIK & DINAS STAF

35

2

TEORI TAKTIK

15

3

TEORI DINAS STAF

15

4

TEORI BINTAL / PENG. UMUM

10

5

TEORI BINLAT

10

6

BAHASA INGGRIS

5

7

KARANGAN MILITER

10

 

                             JUMLAH

100

Dengan mengetahui komposisi materi dan bobot, para perwira akan lebih mudah untuk mengatur strategi belajar sesuai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

   Dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan, para perwira dapat membuat asumsi untuk mendapat nilai 70 (nilai batas lulus). Misalkan: Dengan kemampuan yang dimiliki asumsi perolehan nilai aplikasi adalah 20 dan Karmil adalah 10. Berarti untuk memperoleh nilai batas lulus perlu mencari nilai 40 dari materi teori. Komposisi ini tentunya berbeda-beda pada setiap orang. Melalui ruang ini (http://seskoad2seskoad.blogspot.com)  para perwira dapat belajar bagaimana sebaiknya cara mengerjakan/menjawab Aplikasi dan menulis Karmil sesuai dengan ketentuan/teori dengan harapan para perwira dapat memperoleh nilai antara 20 s/ 25 untuk materi Aplikasi dan 10 s/d 12 untuk materi Karmil.  Adapun untuk materi Teori, cara belajar yang paling efektif adalah dengan membuat soal dan jawaban sebanyak mungkin. Sebagai contoh: Untuk belajar teori Dinas Staf, siapkanlah seluruh Buku Petunjuk Lapangan tentang Dinas Staf dari Dinas Staf Umum s/d Dinas Staf Teritorial. Buatlah pertanyaan dan jawaban dari Bujuklap Dinas Staf Umum sesuai dengan model persoalan dalam ujian (pertanyaan dengan jawaban  B/S, Pilihan berganda tunggal, Pilihan berganda majemuk dan Pilihan analisis kasus). Untuk pertanyaan model analisis kasus mengingat agak kompleks tidak perlu dibuat dulu. Semakin banyak pertanyaan dan jawaban yang dibuat akan semakin bagus. Sekurang kurangnya buatlah 100 pertanyaan dan jawaban untuk pilihan B/S, 100 untuk Pilihan berganda tunggal dan 100 untuk pilihan berganda majemuk untuk setiap Bujuklap. Mengapa belajar dengan cara seperti ini ?. Dengan belajar menggunakan model ini kita akan membaca setiap lembar referensi secara seksama untuk menentukan apa yang dapat dijadikan pertanyaan dalam lembar tersebut. Minimal kita harus membaca 2-3 kali sebelum kita dapat membuat pertanyaan dari lembar yang kita baca. Inilah sebenarnya yang dilakukan oleh para perumus soal di Seskoad. Hasil yang didapat dengan model belajar seperti ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan model belajar hanya membaca dan menghapal. Cara lain yang lebih mudah namun cukup efektif adalah dengan membaca buku kumpulan pertanyaan dan penjelasan jawaban (bukan hanya jawaban, tetapi juga ada penjelasan mengapa jawabannya demikian). Buku ini bisa dibuat oleh para perwira senior yang telah memiliki dasar keilmuan yang memadai. Para perwira juga bisa membuat kelompok diskusi untuk belajar. Ingat! Proses berpikir yang dilakukan secara bersama-sama biasanya lebih baik jika dibandingkan denga berpikir sendiri-sendiri. Untuk referensi yang digunakan dalam seleksi pendidikan, para perwira bisa menanyakan di Spersdam masing-masing.

   Para perwira juga ada baiknya mengetahui komposisi dan bobot materi persoalan Teori untuk menghindari terjadinya salah perhitungan. Contoh: Dari 50 soal teori Dinas Staf, rasa-rasanya bisa dijawab dengan benar 40 soal. Menurut hitungan diperkirakan nilai yang didapat: (40:50)x15=12, kenyataannya nilai yang didapat hanya 9. Mengapa demikian ? Ini terjadi karena dalam menghitung tidak diperhitungkan bobot dari macam pertanyaan. Dibawah ini merupakan bobot dari setiap macam pertanyaan dalam materi persoalan Teori.

1) Untuk selain Bahasa Inggris:

NO

MACAM PERTANYAAN

JML SOAL

BOBOT

1

PILIHAN BENAR / SALAH

15

10 %

2

PILIHAN BERGANDA TUNGGAL

15

20 %

3

PILIHAN BERGANDA MAJEMUK

10

30 %

4

PILIHAN ANALISIS KASUS

10

40 %

                           JUMLAH

50

2) Untuk Bahasa Inggris:

NO

MACAM PERTANYAAN

JML SOAL

BOBOT

1

PILIHAN BENAR / SALAH

10

20 %

2

PILIHAN BERGANDA TUNGGAL

10

30 %

3

PILIHAN BERGANDA MAJEMUK

10

50 %

                           JUMLAH

30

 

   Rekan-rekan perwira, khususnya yang akan mengikuti seleksi pendidikan Seskoad, demikianlah pengantar yang dapat saya sampaikan. Selanjutnya  melalui ruang ini saya akan mencoba untuk membahas materi Aplikasi dan Karmil. Para perwira silahkan untuk bertanya dalam rangka memperoleh pemahaman. Melalui forum ini juga saya mengajak para perwira untuk membangun Institusi yang kita cintai ini dengan cara mengembangkan kemampuan diri pribadi kita secara sehat. Perlu diingat bahwa Seskoad bukanlah tempat mencari legalitas dan perkawanan semata, tetapi yang lebih penting Seskoad adalah tempat untuk memperbaiki, menyehatkan dan  meningkatkan cara berpikir kita. Cara berpikir yang sehat akan menghasilkan sikap perilaku dan tindak perbuatan yang sehat yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan TNI AD. Mari kita manfaatkan ruang ini semaksimal mungkin untuk kemajuan Angkatan Darat yang kita cintai.

(Letkol. Czi. Heri Marjaga Siagian / Dosen Muda Seskoad).

Baca selengkapnya . . .