Setiap tahun seribuan
lebih Pamen TNI AD berbondong dan bergumul mengikuti Seleksi Seskoad, mereka
berupaya mati-matian bahkan menggunakan segala macam cara agar lulus seleksi
dan lolos mengikuti Pendidikan Seskoad. Beberapa faktor yang kelihatannya
menjadi penyebab, diantaranya: Alokasi pendidikan yang tersedia bervariasi
antara 200 – 250 siswa, sehingga setiap tahun selalu terjadi penumpukan peserta
seleksi karena diperbolehkan mengikuti lebih dari 1 x seleksi (biasanya
diberikan kesempatan 3-4 kali, tergantung kebijakan seleksi pada tahun
tersebut). Faktor lainnya dan mungkin menjadi penyebab utama membludaknya
peserta seleksi Seskoad adalah akibat Pendidikan Seskoad menjadi semacam
“ Garis Awal “
kelancaran karier para perwira di Angkatan Darat. Tanpa ijazah Seskoad, jangan
harap bisa menduduki jabatan bergengsi seperti Danyon, Dandim, Danbrig, Danrem
apalagi meraih bintang dipundak dan inilah orientasi yang memenuhi benak
banyak perwira selama ini mengapa mereka mati-matian harus mengikuti pendidikan
Seskoad. Sementara substansi pendidikan Seskoad untuk meningkatkan kemampuan
kognitif para perwira dari level Applying
menuju level Analyzing
dan kemampuan afektif dari level Responding menuju
level Valuing,
termasuk kemampuan Psycho-motorik dalam hal berpikir, berbicara dan menulis
menuju level Naturalization
nampaknya bukan menjadi alasan terpenting, bahkan saya khawatir
sebagian besar peserta seleksi justru tidak mengerti hal ini. Sehingga tidaklah
mengherankan bila banyak siswa Seskoad yang menganggap pendidikan Seskoad lebih
sebagai ajang membangun dan meluaskan jaringan pertemanan dibandingkan
meningkatkan kemampuan diri baik kemampuan kognitif, afektif maupun
psycho-motorik. Jadi janganlah kaget apabila ada lulusan Seskoad mengalami
kesulitan melakukan analisa secara benar ataupun membuat apa yang mereka kerjakan
berorientasi/menjunjung nilai, ataupun dalam menulis masih mengandalkan contoh
(Imitation
– yang merupakan level terendah aspek Psycho-motorik), dalam berpikir belum
bisa berpikir secara integral dan holistik, ketika berbicara tidak disertai
argumen yang didukung data dan fakta yang memadai.
Pimpinan
Angkatan Darat baru-baru ini mencanangkan “Transformasi Angkatan Darat “,
walaupun banyak yang masih kebingungan (terutama yang bertugas di daerah)
berkaitan dengan program Transformasi ini. Pimpinan Angkatan Darat tentunya melalui
pengamatan holistik dengan pertimbangan yang matang dan terukur memandang perlu
Angkatan Darat harus melakukan Transformasi. Kalau saya tidak salah, Angkatan
Bersenjata Singapura juga telah sukses melakukan Transformasi dari Generasi
Ketiga menjadi Generasi Keempat sesuai dengan parameter yang mereka telah
tentukan untuk tiap Generasi. Dalam tulisan ini, saya tidak hendak membahas
tentang transformasi secara spesifik, namun saya sebagai perwira yang telah
memilih jalan hidup sebagai prajurit TNI AD, ingin turut berperan aktif dalam
program ini dengan menawarkan Dikreg Seskoad Virtual sebagai bagian dari
program Transformasi Angkatan Darat.
Sebagaimana
kita ketahui, kehidupan manusia termasuk kita sebagai tentara sangat
dipengaruhi oleh dimensi ruang dan dimensi waktu. Bila kita kombinasikan kedua
dimensi tersebut, maka seluruh aktifitas kita dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok/kwadran, yaitu: Ruang dan Waktu sama (Kwadran I), contohnya:
mengajar di kelas, ngobrol dengan teman di warung kopi; Ruang beda Waktu
sama (Kwadran II), contohnya: Menelepon istri, Teleconfrence Panglima
dengan para Danremnya; Ruang sama Waktu beda (Kwadran III), contohnya:
tulis pesan di papan pengumuman; dan Ruang dan Waktu beda (Kwadran IV),
contohnya: membuat tulisan bersama secara online collaboration, online
learning. Berkenaan dengan masalah waktu, saya ingin menyampaikan pandangan
salah satu orang paling kaya dan paling terkenal di kolong langit ini, yaitu
Bill Gates. Dia mengatakan kira-kira begini: era tahun 80 an merupakan era
kualitas, era tahun 90 an merupakan era reengineering, dan era tahun 2000
merupakan era kecepatan. Tentunya ini tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komputer yang teramat pesat semenjak
tahun 90 an terutama ditahun 2000 an, jadi tidaklah mengherankan bila sebuah
kejadian dapat langsung menyebar beritanya ke seluruh penjuru dunia hanya dalam
hitungan detik saja. Berkenaan dengan dimensi ruang dan waktu serta era
kecepatan yang digambarkan diatas, agar Angkatan Darat tidak ditinggalkan oleh
zaman maka harus meningkatkan aktifitas di kwadran IV (Ruang beda Waktu beda),
yang salah satunya adalah model yang hendak saya tawarkan: Dikreg Seskoad
Virtual.
Pemikiran
tentang Dikreg Seskoad Virtual ini telah terlintas dibenak saya sejak lama,
tepatnya sejak tahun 2006 saat saya dipercaya untuk menjadi Dosen di Seskoad.
Namun saya pikir saat itu, pasti akan mendapat resistansi bila saya sampaikan
ke lembaga. Kemudian, pada saat mengikuti kuliah Hubungan Internasional di
Unpad sekitar tahun 2008, saya pernah menyarankan kepada Ketua Jurusan
agar Unpad juga membuka kelas online/virtual sehingga interaksi antara Dosen
dan Mahasiswa dapat dilakukan setiap saat tanpa harus terikat ruang dan waktu,
sehingga mahasiswa ekstensi semacam saya bisa lebih intens lagi dalam
berinteraksi. Ide ini disambut dengan baik, namun sayangnya Universitas belum
bisa merespons karena berbagai hal termasuk kemampuan Dosen yang belum merata
dalam penguasaan teknologi komputer dan IT, sama halnya dengan kondisi di
Seskoad. Pada tahun 2010, Angkatan Darat kembali menerapkan sistem
Korespondensi dan saya pikir merupakan kesempatan yang sangat tepat untuk
menyampaikan ide pendidikan virtual yang telah lama tersimpan dibenak saya.
Dalam sebuah kesempatan, saya menyampaikan kepada Danseskoad (Mayjen Bambang
Suranto) dan beliau menyambut sangat baik ide tersebut, demikian halnya dengan
Wadanseskoad (Brigjen Husein Malik). Saya sudah menyampaikan bahwa tidak perlu
harus menyiapkan sistemnya, cukup menggunakan Blog dan Facebook dulu yang bisa
dipelajari dan dilatihkan secara cepat kepada para Dosen untuk langkah
percobaan. Namun dengan berat hati Danseskoad belum bisa memberi keputusan,
akhirnya saya meminta ijin Danseskoad untuk melakukan uji coba metode tersebut
dalam materi yang diberikan kepada saya, Pengantar Filsafat dan beliau
mengijinkan. Sebagaimana yang pernah saya sampaikan kepada Danseskoad bahwa
persoalan utama metode korespondensi adalah interaksi antara Dosen dan Siswa,
dan prediksi saya memang terbukti. Sebagian dosen berinteraksi melalui telepon
hanya saat menyampaikan berita remedial/her kepada Siswa, ada juga yang
berinteraksi menggunakan email. Interaksi yang sangat-sangat minim untuk level
pendidikan setingkat Seskoad, karena interaksi sangat-sangat terbatas dan
itupun baru interaksi 2 arah antara Dosen-Siswa, belum bisa 3 arah yaitu
Dosen-Siswa-Siswa.
Agar
tidak keliru memahami, Dikreg Seskoad Virtual merupakan bagian dari Dikreg
Seskoad secara keseluruhan. Untuk kegiatan Aplikasi Taktik dan Dinas Staf,
Geladi Posko, PKB Juang, Survey Sosial, Seminar dilaksanakan secara on-campus,
sementara materi lainnya dilaksanakan secara off-campus (Virtual).
Dengan demikian dalam kegiatan off-campus tetap dilaksanakan sebagaimana biasa
kegiatan yang dilaksanakan secara on-campus, seperti: penyampaian materi dari
dosen, tanya-jawab, pembuatan tugas dan kegiatan diskusi. Kegiatan on-campus
dilaksanakan antara 3 s/d 4 bulan dan kegiatan off-campus dilaksanakan 6 s/d 7
bulan, dengan demikian Dikreg Seskoad dapat diselenggarakan 2 s/d 3 gelombang
dalam satu tahun dengan siswa pergelombang lebih kurang 200 orang. Hal ini
tentunya akan semakin meningkatkan kualitas perwira menengah TNI AD karena
semakin banyak yang mengenyam pendidikan Seskoad. Dihadapkan dengan Pembinaan Karier
Perwira, jangan lagi persyaratannya telah memiliki ijazah Seskoad, tetapi
ijazah Seskoad dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang dipersyaratkan.
Misal: untuk menjabat Danyon, IPK mimimalnya 3; untuk menjabat Danbrig, IPK
minimal 3,2 dengan demikian tidak semua perwira Satpur/Banpur bisa menjadi
Danyon, dan tidak setiap Danyon bisa menjadi Danbrig, jadi secara alamiah
organisasi sudah bisa melakukan seleksi karier. Angkatan Darat sesuai
kompetensinya akan menentukan kebijakan bersifat strategis tentang
penerapannya, tinggal mengatur saja. Akan banyak keuntungan dengan sistem
semacam ini, antara lain: tidak terjadi lagi pengkotak-kotakan antar lulusan
Seskoad dan bukan lulusan Seskoad yang justru membuat organisasi menjauh dari
visi solid nya, pembinaan karier Perwira lebih mengedepankan kompetensi
dan keadilan (meritokrasi).
Dengan
kemajuan teknologi saat ini, paradigma pendidikan sebenarnya telah bergeser
dari Lecturer Oriented menjadi Student Oriented, artinya peran
Guru/Dosen lebih sebagai fasilitator dan bukan lagi sumber ilmu. Sebagai
fasilitator tugas Dosen sebenarnya lebih berat, karena Siswa memperoleh ilmu
dari berbagai sumber dan semua itu harus bisa dirangkul oleh Dosen sebagai
fasilitator. Agar Dosen tidak keblinger sendiri, interaksi tidak lagi hanya
antara Dosen-Siswa saja, melainkan Dosen-Siswa-Siswa. Berikut ini
saya coba gambarkan interaksi Dosen-Siswa-Siswa, meliputi: Penyampaian Materi,
Tanya Jawab, Penugasan Akademik dan Diskusi yang dilaksanakan secara
off-campus. Dosen menyampaikan materi sebagaimana yang biasa diberikan di kelas
besar Seskoad, ada dosennya… ada slide nya .. (sumber: www.videoaidedinstruction.com)
…
Siswa
bisa mengulang-ulang materi yang disampaikan sesuai kemauan siswa, tanpa harus
terikat ruang dan waktu. Kalau dilaksanakan secara on-campus, dosen hanya
menyampaikan materi sekali saja, sementara secara off-campus dengan teknologi
virtual materi bisa diputar berulang kali sampai siswa mengerti … bisa sambil
tiduran … enak kan? Dibanding kalau di kelas besar sering menerima materinya
sampai ketiduran (just joke). Untuk sesi tanya jawab dan penugasan akademik,
Dosen menyampaikan melalui Blog (http://seskoad2seskoad.blogspot.com)sebagaimana contoh
berikut yang saya lakukan
saat
korespondensi Dikreg 48. Dosen bisa memberikan penjelasan bila ada siswa yang
belum paham, dan enaknya seluruh siswa juga bisa sekaligus menerima penjelasan,
coba bayangkan bila interaksi semacam ini hanya mengandalkan telepon … berapa
biaya untuk pulsanya, berapa banyak waktu terbuang dan bisa jadi banyak dosen akan
menderita kanker otak akibat terlalu sering menerima radiasi gelombang
elektromagnet dari handphone. Pertanyaan siswa juga bisa diketahui siswa
lainnya, jadi tidak perlu dosen berulang menjelaskan hal yang sama ataupun
siswa berulang menanyakan pertanyaan yang sama. Blog juga bisa digunakan oleh
Dosen untuk memberikan penugasan akademik, dan melakukan interaksi berkaitan
dengan penugasan seandainya siswa menghendaki penjelasan. Selanjutnya untuk
diskusi, bila menghendaki ruang diskusi secara terbatas/rahasia yang hanya
diikuti oleh peserta tertentu saja bisa menggunakan fasilitas group yang ada di
Facebook. Berikut ini contoh ruang diskusi Seskoad Korespondensi yang saya
gunakan pada Dikreg 48 .. ( https://www.facebook.com/groups/255770005492/?fref=ts
) …
saat itu bertepatan Dosennya Prof.
Juharya sedang tugas ke Afrika Selatan, lalu Prof. Juharya memberikan 4
persoalan kepada para siswa. Agar para siswa lebih mengerti lagi, saya
kembangkan dengan metode: Jawab – Dukung – Kritik, sehingga setiap persoalan
siswa menjawab persoalan, kemudian mendukung jawaban salah satu siswa dan
mengkritik jawaban salah satu siswa. Hasilnya sangat luar biasa, yang tadinya
dalam setiap konseling terdahulu minta materi Pengantar Filsafat dihapuskan saja
karena tidak ada manfaatnya, menjadi minta ditambah jam karena sangat besar
manfaatnya terutama bagi pemimpin. Berkenaan dengan tugas akhir pendidikan,
juga dapat dikerjakan secara off-campus dan pengujian secara on-campuss (model
kombinasi). Nanti para Dosen bisa menggunakan fasilitas online collaboration
yang aga di Google ataupun lainnya untuk pembimbingan. Dan sebaiknya, karya
siswa Seskoad jangan lagi seputar Upaya atau Optimalisasi, tetapi sudah
menjurus kegiatan riset dalam rangka problem solving.
Kira-kira demikian gambaran secara
singkat tentang Dikreg Seskoad Virtual, mudah mudahan bisa bermanfaat bagi
Angkatan Darat.
Heri Marjaga Siagian
Pamen Kodam XVII/Cenderawasih
Bagi Perwira Angkatan Darat atau siapapun yang cinta Angkatan Darat, penulis mengudang dengan hormat untuk sharing/brainstorming berkaitan dengan topik Dikreg Seskoad Virtual ini... Lsus Deo.
BalasHapusGreat idea.
BalasHapusTanpa bermaksud untuk skeptis, tapi kelihatannya hal itu tidak akan mudah untuk dilakukan, seperti kata Robert F. Kennedy bahwa "Kemajuan adalah sebuah kata yang merdu, tetapi perubahanlah penggeraknya, dan perubahan itu banyak musuhnya."
Seskoad Virtual ? saya pikir untuk kondisi sekarang masih merupakan sebuah utopia. Kultur dan SDM nya masih jauh dari cukup untuk bisa melakukan perubahan. Walaupun ribuan kali di "perdendangkan" teori kuadran ataupun teori psiko motorik, rasanya agak mustahil bisa diterima oleh kultur dan SDM yang ada saat ini.
Bahkan gagasan perubahan yang jelas-jelas diinstruksikan langsung oleh Panglima TNI kepada para Pati dan Pamen saja tidak di respons. Seperti yang pernah saya posting di FB, Panglima TNI mendorong dan memfasilitasi para perwira untuk berpikir dan bertindak kreatif, inovatif dan progresif, bahkan bila perlu radikal demi perubahan ke arah yang lebih baik. Nyatanya 4 bulan sejak hal itu disampaikan langsung oleh beliau, tidak juga ada respons, sehingga terpaksa beliau mengumpulkan lagi para pamen dan pati untuk mengungkapkan kekecewaan dan kemarahannya.
That happened for real.
Dik Hamim ... berarti kita harus bersabar dulu ya ... Saya rasa tidak masalah, ide -ide untuk kemajuan organisasi kita angkat dulu, nanti kalau organisasi membutuhkan tinggal kita mainkan saja ...Mungkin ada benarnya juga kalau pendidikan Seskoad kurang berhasil untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psycho-motorik, sampai sampai Panglima TNI terpaksa harus marah ... saya rasa dik Hamim sdh tahu dimana simpul kusutnya ... itu yang penting, dan kita bersabar dulu saja untuk membantu menguraikan kekusutan itu ... Tks atas sharingnya ...
BalasHapus