05 Juli 2009

Implikasi Pemanfaatan Internet terhadap Pendidikan di Seskoad

( Letkol Czi. Budiman S. Pratomo )

Pendahuluan

Internet adalah singkatan dari Interconnection Network yang secara harafiah berarti hubungan antar jaringan (network). Sedangkan network sendiri diartikan sebagai suatu sistem komunikasi data antar komputer. Jadi pengertian internet secara umum adalah kumpulan dari jaringan komputer yang terhubung dan bekerja sebagai suatu sistem.

Internet, pada awalnya digunakan hanya sebatas oleh Departemen Pertahanan AS, namun sejak 1986, internet mulai diadopsi untuk keperluan non militer dan mulai 1991 dibuka untuk kepentingan komersial. Secara khusus di Indonesia, menurut Internet World Stats, jumlah penggunanya semakin meningkat. Apabila pada tahun 2000 baru berjumlah 2 juta orang, pada tahun 2008 menjadi 25 juta orang. Dengan pengguna yang semakin banyak ini, secara teoritis militer yang merupakan “agent of change” mestinya mempunyai populasi pengguna internet yang paling tinggi pula. Dengan demikian mestinya di Seskoad, sebagai strata pendidikan yang tertinggi di TNI AD, internet sudah merupakan suatu kebutuhan dan setiap orang khususnya staf pengajar serta staf pelaksana pendidikan mestinya sudah menggunakannya.

Ada suatu pertanyaan besar yang mengganggu pikiran penulis, apakah internet sudah dapat dimanfaatkan secara baik untuk pendidikan di lingkungan Seskoad karena adanya satu hambatan yaitu budaya membaca yang penulis yakini masih sangat rendah di lingkungan TNI AD, tentunya termasuk di Seskoad. Mengapa? Karena internet sebagai teknologi telah melahirkan suatu budaya baru yang disebut sebagai Cybercultures yang mempersyaratkan empat hal yang berkaitan erat dengan kebiasaan membaca. Empat hal tersebut adalah membaca di layar komputer (screen-reading), mampu memahami gejala multisemiotis (banyak tanda), memiliki kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggris, dan memiliki keberaksaraan digital (digital literacy). (P. Ari Subagyo, 2009). Dengan budaya baru tersebut maka pemanfaatan internet dalam bidang pendidikan tentunya akan memunculkan tantangan baru bagi Seskoad yang secara umum meliputi penyediaan sarana yang berorientasi cyber dan menciptakan kultur belajar sesuai tuntutan cybercultures.

Tulisan ini akan membahas mengenai konsekuensi pemanfaatan internet sebagai sarana untuk memajukan pendidikan dan konsep pemanfaatannya melalui e-Learning agar dapat mencapai sasaran khususnya di lingkungan Seskoad.

Budaya jagat maya (Cybercultures)

David Bell (2001) dalam bukunya An Introduction to Cybercultures mengatakan “Sitting here, at my computer, in cyber space.” Apa yang ditulis oleh Bell ini ternyata saat ini sudah menjadi bagian dari hidup kita dan sudah menjadi persoalan kita bersama. Ternyata Internet menghasilkan gaya hidup yang baru, menampilkan isu-isu baru, membuka peluang baru untuk berbisnis, peluang baru untuk belajar, dan bahkan menimbulkan kecemasan-kecemasan yang baru bagi banyak orang. Sebagai contoh, pornografi, perampasan atas privasi seseorang, penipuan, carding, bahkan adanya Facebook sempat menjadi polemik dan bahkan sudah menimbulkan wacana sebagai barang haram.

clip_image002 clip_image004 clip_image006 clip_image008

Seperti telah penulis singgung di bagian pendahuluan bahwa Internet mempersyaratkan suatu kebiasaan atau budaya yang berkaitan erat dengan membaca yaitu: Pertama, membaca di layar komputer (screen-reading). Apabila jaman dahulu orang membaca buku maka pasti ada buku (hard copy) berupa kertas yang ditulisi dan formatnya biasanya tertentu, namun di internet, buku tersaji di layar komputer tanpa kertas (paperless) dengan format yang bisa sama dan bisa berbeda dengan buku konvensional. Yang jelas perubahan ini menuntut sikap dan kebiasaan yang berbeda untuk dapat memanfaatkan internet ini dengan maksimal.

clip_image010

Kedua, mampu memahami gejala multisemiotis (banyak tanda), Dalam internet, teks tidak hanya berupa tulisan, tetapi juga tanda visual, seperti emoticons. Maka, internet menuntut kita juga harus mampu memahami tanda-tanda tersebut yaitu disebut sebagai synaesthesia, yakni kemampuan memahami aneka tanda untuk menangkap apa yang dinyatakan oleh teks dan bagimana teks itu menyatakannya.

clip_image012

Ketiga, memiliki kemampuan berbahasa asing. Banyak informasi di internet ditulis dalam bahasa asing, terutama dalam bahasa Inggris. Kenyataan ini kadang-kadang merupakan suatu hambatan bagi kita untuk memperoleh informasi (walaupun sudah banyak dikembangkan fasilitas penerjemah). Tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa pemahaman bahasa asing (khususnya Inggris) menjadi suatu keharusan yang tidak bisa dihindari lagi, apalagi bila mencari informasi di Internet.

clip_image014

Keempat, memiliki keberaksaraan digital (digital literacy). Internet menuntut suatu keterampilan bagi pemakainya untuk mengoperasikan program komputer, membuka halaman-halaman internet (websites), membuka link internet, mencari informasi menggunakan sarana searh engine, serta bagaimana memilah pengetahuan atau informasi yang diperolehnya. Secara ringkas apabila di dunia pendidikan dapat dirumuskan dalam kemampuan dasar pengoperasian komputer (computer literacy), yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu: pengetahuan dasar komputer, pengoperasian paket perangkat lunak (software), dan pengoperasian internet.

clip_image016

Jadi, jelas bahwa pemanfaatan internet dalam bidang pendidikan akan menuntut kebiasaan atau budaya yang baru seperti yang digambarkan dalam cybercultures yang sangat erat kaitannya dengan kegemaran membaca.

Budaya Membaca di lingkungan TNI

Dari pengamatan penulis yang tentunya bukan merupakan hasil suatu penelitian yang bersifat kuantitatif dapat disimpulkan bahwa minat baca di kalangan anggota TNI sangat rendah. Dari data yang ada di Perpustakaan TNI, yang merupakan perpustakaan besar dan dirancang secara modern menggunakan komputerisasi, ternyata kehadiran anggota TNI sangat rendah. Dari data buku tamu terlihat pengunjung perhari rata-rata adalah 2 sampai 7 orang. Hal ini mengisyaratkan bahwa minat baca di lingkungan TNI sangat rendah.

Secara tersirat pun tampak dari pernyataan-pernyataan pejabat kita yang dapat dilihat dari berita-berita berikut ini. “Pameran itu dimaksudkan sebagai salah satu bentuk persembahan Angkatan Udara untuk menjawab tantangan atas menurunnya kebiasaan membaca dan menulis akhir-akhir ini. Sebaliknya semakin maraknya program-program hiburan melalui tayangan televisi telah menyita sebagian besar waktu serta minat baca dan tulis pemirsanya, kata Kadispenau” (http://www.pelita.or.id/baca.php?id=26781). “Sebagaimana kita semua menyadari, bahwa budaya membaca masih belum merupakan suatu hal yang menjadi "kebutuhan" bagi bangsa kita pada umumnya dan prajurit TNI pada khususnya. Melalui perpustakaan yang dikelola dengan manajemen modern yang baik, diharapkan dapat meningkatkan minat "membaca" yang sangat bermanfaat dalam pengembangan diri, melalui wawasan dan akses informasi”
(http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=3). Dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera tahun 2009, Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) telah menyelenggarakan kegiatan Lomba Karya Tulis (LKT). LKT bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan menulis di kalangan Keluarga Besar TNI Angkatan Laut dan masyarakat umum.( http://www.tni.mil.id/news.php?id=113012006120882&q=dtl).

Dari pengamatan dan berita di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca di kalangan anggota TNI adalah rendah, dengan demikian kemungkinan besar di Seskoad pun minat membaca ini juga rendah.

Pemanfaatan Internet di Seskoad

Secara umum dapat dikatakan bahwa internet sangat bermanfaat dalam menunjang dan mendukung penyelenggaraan pendidikan yang modern. Aplikasi dalam bidang pendidikan yang umum dilaksanakan adalah menggunakan aplikasi e-Learning. Dengan menggunakan aplikasi ini maka pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan lebih baik karena kendala ruang dan waktu menjadi tidak masalah lagi.

Di Seskoad pun infrastruktur internet sudah dibangun sejak beberapa tahun yang lalu dan sudah beroperasi, bahkan jaringan wireless pun sudah ada. Namun pemanfaatannya belum banyak, baru sekedar sebagai  sarana “memperkenalkan internet” kepada para anggotanya dan para siswanya. Secara konseptual pembangunan e-Learning di Seskoad sejauh pengetahuan penulis belum ada, karena untuk mampu membangun e-Learning mempersyaratkan adanya tenaga ahli di bidang pendidikan (di Seskoad pasti ada), database mengenai kajian strategis dari level strategis sampai dengan taktis (mestinya di Seskoad ada, namun penulis agak ragu), kemampuan pembangunan pengetahuan (knowledge building) dan pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Dua kemampuan yang disebut terakhir ini rasanya belum dimiliki oleh Seskoad. Memang untuk dapat membangun pengetahuan dan mengelolanya memerlukan kemampuan khusus dan syaratnya mutlak didukung oleh minat membaca yang sangat tinggi. Dari fakta yang penulis kemukakan di atas, tampaknya karena kemungkinan minat membaca yang rendah di lingkungan Seskoad, rasanya untuk membangun e-Learning menjadi sesuatu yang agak berat, sebab memerlukan keahlian dalam mengelola pengetahuan. Kesimpulan sementara penulis ini ternyata didukung pula oleh pernyataan seorang penulis yang mengatakan: “...pudarnya etos membaca sebenarnya mengisyaratkan bencana (besar), yakni runtuhnya pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dan pembangunan pengetahuan (knowledge building) masyarakat Indonesia. Padahal, dalam masyarakat dengan budaya dan etos membaca tinggi, internet justru mendukung pengelolaan dan pembangunan pengetahuan” (P. Ari Subagyo, Kompas 30 Mei 2009)

Bagaimana Sebaiknya Pemanfaatan Internet di Seskoad

Ada pertanyaan skeptis yang banyak ditanyakan oleh pejabat di lingkungan TNI yang cukup sulit dijawab, yaitu, apakah dengan internet bisa menjamin pendidikan lebih baik dan maju? Sementara dahulu Shakespeare bisa menulis dengan hebat, Verdi bisa menulis lagu dengan hebat, Jengis Khan juga jadi panglima hebat, dan Eisenhower juga menjadi jenderal hebat dan mereka semua tidak memerlukan internet. Memang, internet bukan merupakan satu-satunya sarana untuk memajukan pendidikan namun dengan memberikan akses internet setidaknya akses terhadap informasi yang mutakhir dari seluruh dunia akan dapat dilakukan dengan cepat dan yang pasti mempercepat penyelesaian tugas dengan lebih baik dan akurat, disamping mampu menghilangkan hambatan ruang dan waktu yang merupakan hal yang paling berharga bagi para gumil dan serdiknya.

Seperti penulis sebutkan pada awal tulisan ini, pemanfaatan internet mensyaratkan keberaksaraan digital (digital literacy) yang dalam dunia pendidikan secara umum dikenal sebagai literasi komputer (computer literacy). Dengan demikian, agar pemanfaatan internet di Seskoad dapat mencapai tujuan dengan baik untuk menuju pada aplikasi e-Learning yang harus diupayakan adalah: Pertama, para anggotanya setidaknya mempunyai kemampuan literasi komputer. (Untuk Literasi Komputer akan dibahas tersendiri dalam satu tulisan). Dengan anggotanya sudah memiliki kemampuan literasi komputer, maka pemanfaatan internet ini akan menjadi lebih baik, secara khusus hambatan mengoperasikan sudah tidak menjadi masalah lagi. Sehingga yang harus dilakukan oleh Seskoad adalah melakukan pembekalan mengenai literasi komputer kepada anggotanya maupun kepada para siswanya. Dengan demikian maka paling tidak, Seskoad seyogyanya memasukkan literasi komputer dalam kurikulumnya. (Memang selama ini Seskoad mempersyaratkan kepada pasisnya harus sudah mempunyai kemampuan komputer, namun apa yang menjadi ukuran kemampuan itu sampai sekarang juga tidak jelas. Bahkan di lingkungan TNI AD pun belum pernah ada tes literasi komputer, bahkan kalau ditanyakan ke bagian Infolahta pun jangan-jangan tidak tahu apa itu literasi komputer).

Berikutnya, pemanfaatan internet di Seskoad dapat digunakan untuk mendukung pembentukan pengetahuan (knowledge building) dan ini mempersyaratkan pengetahuan kemampuan di bidang strategi (yang pasti di Seskoad juga tidak banyak personelnya). Setelah itu, internet dapat digunakan sebagai penyusun “bank pengetahuan” (knowledge repository), yang untuk menyusunnya memerlukan pengetahuan yang cukup dalam bidang pengelolan pengetahuan (knowledge management) (di Seskoad penulis belum mengetahui apakah ada ahlinya atau tidak). Setelah kondisi itu terpenuhi, maka Seskoad siap untuk menyusun e-Learning yang benar yang bukan hanya sekedar menempelkan hanjar digital saja, tetapi benar-benar mengikuti manajemen pendidikan yang sesuai dengan proses bisnis yang selama ini berjalan di Seskoad.

Demikianlah saran pemanfaatan internet untuk dapat digunakan di lingkungan Seskoad khususnya untuk mendukung pendidikan dengn konsep e-Learning.

Semoga Bermanfaat

Budiman S. Pratomo

Pusinfolahta TNI

budiman@dephan.go.id

1 komentar:

  1. ilpengtek telah demikian cepat mengalami perubahan dan bergerak maju seiring dengan perubahan tersebut, suka tidak suka, senang maupun tidak senang kitapun juga harus bergerak mengikuti kemana perubahan itu berjalan ibarat kata apabila ilpengtek bergerak dengan berlari maka kitapun juga harus berlari. dulu orang bilang kita bisa karena biasa, seolah olah ada yang dipaksakan untuk bisa, namun apabila kita bisa karena berlatih, maka ada usaha untuk selalu bisa, demikian juga dengan penggunaan e-learning dengan penggunaan internet harus dilatihkan di coba bukannya di biasakan...mohon maaf apabila ada yang salah...

    BalasHapus

Tuliskan pertanyaan anda disini.