09 Oktober 2012

Open Source Intelligence

Oleh: Budiman S. Pratomo

Dalam pengertian intel sebagai produk (informasi)maka peran intelijen adalah memberikan sumbangan kepada pengguna / pengambil keputusan sebagai bahan pengambilan suatu keputusan yang bertanggung jawab. Intelijen ini dapat diperoleh melalui langkah-langkah pengumpulan keterangan dalam Roda Perputaran Penyelidikan (RPP). Dengan kemajuan teknologi informasi maka dari sisi teknik pengumpulan keterangan kita perlu mengadopsi konsep yang dikenal sebagai Open Source Intelligence seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara seperti Amerika, Canada, Israel, Australia, Jepang, dan Singapura. Model ini sangat relevan pada saat ini Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi, karena biayanya relatif jauh lebih murah dibanding dengan cara tertutup dan informasi yang dihasilkan juga sangat mutakhir karena diperoleh dari sumber-sumber yang selalu berkaitan dengan informasi mutakhir.Dalam artikel ini akan dijelaskan secara umum tentang konsep Open Source Intelligence dan bagaimana implikasinya terhadap badan intelijen TNI AD ditinjau dari sisi Sistem Informasi.

Pengertian

     Pada dasarnya informasi dapat dibagi menjadi empat kategori dalam rangka mendukung pengambilan keputusan yaitu informasi yang sifatnya strategis, operasional, taktis, dan teknis. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui sumber manusia (dengan cara penyuapan, interogasi, elisitasi dan lain-lain), jaringan telekomunikasi (dengan cara penyadapan dan analisis jaringan), dan juga dari gambar/peta (yang biasanya diperoleh melalui kegiatan pengamatan dan penggambaran/matbar). Dengan kata lain intelijen dapat dikelompokkan menjadi human intelligence / humint (intelijen manusia), signal intelligence/sigint (intelijen teknik), dan image intelligence/imint (intelijen citra). Sedangkan informasi ditinjau dari sifatnya dapat dibagi menjadi empat kelompok. Pertama, informasi yang sifatnya terbuka (Open Source Information) yang dapat diperoleh dengan biaya murah misalnya dari koran, penerbitan, barang barang cetakan, informasi di internet dan sebagainya. Kedua, informasi yang setengah terbuka (Open Proprietary Information) yang dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak-pihak tertentu yang ingin kita selidiki, misalnya membeli peta dari negara tertentu atau membeli peluru kendali dari negara tertentu untuk mengetahui cara kerjanya. Ketiga, informasi yang tertutup (Closed Proprietary Information) yang hanya dapat diperoleh dari tepat tertentu yang ingin dijadikan target, informasi ini sulit untuk memperolehnya dan kadang-kadang memerlukan kegiatan spionase, misalnya akan mencuri suatu desain kendaraaan perang ataupun source code dari program komputer. Keempat informasi yang berklasifikasi (Classified information) yang diperoleh dari kegiatan mata-mata, satelit, atau menggunakan agen dengan resiko memperolehnya sangat tinggi.

     Open source intelligence merupakan suatu kegiatan memperoleh informasi khususnya yang bersifat open source information. Definisi open source information, menurut Director of Central Intelligence Directive 2/12 tanggal 1 Maret 1994 adalah "publicly available information as well as other unclassified information that has limited public distribution or access". Walaupun informasi semacam ini dapat diperoleh dari sumber-sumber yang terbuka dan tidak berklasifikasi namun informasi semacam ini sangat memegang peran penting dalam rangka analisis atau penyajian informasi berikutnya. Untuk menunjukkan betapa tidak kalah pentingnya informasi yang bersifat terbuka ini kita dapat menganalogi dengan permainan teka-teki potongan papan (jigsaw puzzle). Informasi yang bersifat terbuka dapat diibaratkan sebagai bagian luar dari permainan itu. Kita tidak dapat bermain atau menyelesaikan teka-teki itu tanpa menyelesaikan bagian luarnya dulu. Sedangkan informasi yang diperoleh dengan cara tertutup berfungsi menyelesaikan bagian tengah dari teka-teki yang belum terjawab yang merupakan penentu dari penyelesaian teka-teki itu. Dengan mengambil analogi tersebut maka open source information itu merupakan kunci awal setiap penyelesaian persoalan. Dengan demikian maka pencarian informasi dari sumber yang terbuka ini merupakan suatu kegiatan penentu dari keberhasilan kegiatan intelijen. Dengan kata lain open source merupakan suatu landasan penting untuk melengkapi pengumpulan informasi yang sifatnya tertutup.

Sumber-Sumber Informasi Open Source

Dari sisi intelijen manusia (humint), sumber informasi dapat digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan pengalaman seorang clandestine intelligence di Perancis yang sangat berpengalaman, yaitu :

1. Akademisi yang dikenal sebagai "Ivory Tower academics” yaitu orang yang tahu tentang aspek-aspek yang sifatnya murni akademis terhadap suatu permasalahan. Personel ini mampu memberikan informasi secara detil akan suatu masalah secara akademis terlepas dari tekanan secara sosial atau politik.

2. Jurnalis yang dikenal sebagai "Band-Wagon journalists” adalah jurnalis yang selalu menyajikan berita yang paling akhir/mutakhir. Penulis jenis ini merupakan penulis yang selalu menulis tentang berita yang menjadi bidangnya secara jujur walaupun banyak tekanan.

3. Operator yang dikenal "Mainstream operators” merupakan personel yang terikat dengan institusi politik, selalu loyal kepada partai politik dan selalu mempertahankan idealismenya.

4. Pemimpin yang disebut sebagai "Up and coming leaders” merupakan sumber informasi yang terbaik untuk memperoleh tentang rencana dan apa yang dilakukan oleh suatu organisasi, personel ini merupakan agen pembaharu bagi organisasi baik tentang inovasi maupun ide-ide yang lainnya.

Dari sumber-sumber informasi tersebut dapat diperoleh informasi yang relevan mengenai apa yang sedang terjadi secara memuaskan.

Dari sisi intelijen teknis (sigint) sumber informasi dapat diperoleh melalui beberapa sumber yaitu:

1. Internet. Salah satu sumber open source yang mudah diakses adalah internet. Dari internet akan dapat diperoleh informasi yang sangat banyak mengenai suatu hal yang ingin diketahui. Dengan menggunakan alat pencari informasi yang disediakan (misalnya : Altavista, Yahoo, Lycos, Webcrawler, Google, dan sebagainya) maka dengan mudah kita akan memperoleh informasi yang diinginkan.

2. Jasa online komersial. Jasa online komersial mampu menyediakan bermacam-macam informasi yang cukup memuaskan. Studi yang dilakukan CIA menyebutkan informasi yang diperoleh para analis umumnya melalui LEXIS-NEXIS, DIALOG, dan jasa online lain merupakan tiga perlima dari seluruh informasi yang diperlukan.

3. Limited access electronic database Merupakan data base yang dikelola oleh universitas, asosiasi industri atau bisnis yang dapat diakses melalui kontak formal atau informal.

4. Published literature and "grey literature" Salah satu cara adalah menggunakan jasa information broker (individu yang memiliki spesialisasi untuk menemukan, mengevaluasi dan menyaring informasi yang tersedia pada open source untuk mencari jawaban atas pertanyaan spesifik yang diajukan pengguna). Sebagai contoh The Burwell Directory of Information Broker.

Dari sisi intelijen citra (imint) sumber informasi dapat diperoleh melalui dari sumber penyedia peta yang menyediakan jasa tersebut. Sebagai contoh The SPOT Image Corporation, yang mampu menyediakan image 10 meter yang dapat digunakan untuk membuat peta pertempuran.

Bagaimana implikasi terhadap Intelijen TNI AD?

     Ada perbedaan yang sangat mendasar antara kondisi selama perang dingin dan kondisi zaman sekarang Selama perang dingin, ancaman yang dihadapi jelas dan relatif tetap yaitu kelompok komunis dan militer dengan persenjataan yang jelas, sedangkan sekarang ancaman yang ada jauh lebih beragam dan dilakukan oleh kelompok kecil yang sulit diidentifikasi dan dilacak. Selama perang dingin, informasi yang diperlukan untuk melakukan analisis intelijen umumnya tidak tersedia secara publik, sedangkan sekarang sebagian besar kebutuhan informasi dapat diperoleh dari sumber terbuka.

     Dalam menghadapi perubahan ini, badan intelijen TNI AD harus mampu memenuhi kebutuhan penggunanya berupa laporan intelijen yang singkat dan cepat. Untuk itu perlu mengembangkan metode memanfaatkan para ahli yang sesuai dengan bidangnya dan memanfaatkan data dari open source. Para analis juga harus mampu membuat laporan dan analisis yang tepat waktu/”just in time” dengan selalu berhubungan dengan pengguna agar dapat memberikan masukan setiap saat mengenai informasi yang diperoleh melalui open source. Para analis juga harus mampu mengintegrasikan antara produk yang berklasifikasi dengan yang tidak berklasifikasi untuk menambah keakurasian informasi yang disajikan kepada pengguna.

     Sampai saat ini para analis TNI AD masih memfokuskan kegiatannya pada pengumpulan informasi dari badan-badan yang dimilikinya yang meliputi humint, sigint, dan imint dengan memanfaatkan hanya sedikit sekali dari open source yang tersedia. Analis intelijen TNI AD karena keterbatasan waktu, sumber daya, dan alasan kerahasiaan jarang yang berhubungan dengan sumber informasi seperti yang tersebut diatas sebagai nara sumber dari suatu permasalahan. Jika analis intelijen TNI AD mengabaikan open source dan hanya bergantung pada keterangan yang diperoleh dari badan pengumpul yang ada, maka informasi yang dihasilkan hanya akan sepotong-sepotong. Informasi yang dihasilkan oleh analis intelijen tidak akan mampu bersaing dengan badan informasi di luar karena melalui open source informasi mengalir bagaikan “banjir” yang tidak bisa dibendung. Dengan demikian para analis harus mampu menyaring informasi yang dihasilkan oleh informasi dari open source dan diintegrasikan dengan informasi yang diperoleh dari badan pengumpul untuk menyajikan analisis yang tepat bagi para pengguna.

     Dengan adanya konsep open source intelligence maka TNI AD mau tidak mau harus melaksanakan peninjauan kembali intelijennya disesuaikan dengan kemajuan teknologi informasi.

BUDIMAN S.PRATOMO

Analis Sistem Informasi,

Alumnus University of Western Sydney, Australia

HP. 0817123676

3 komentar:

Tuliskan pertanyaan anda disini.