01 Oktober 2012

Peranan Teknologi Informasi Dalam Rangka Perang Melawan Terorisme

Oleh: Budiman S. Pratomo

Umum

Keunggulan Internet dalam menyebarkan informasi ternyata juga dimanfaatkan oleh kelompok teroris dalam mendukung kegiatan mereka. Kelompok teroris memanfaatkan internet karena beberapa alasan yaitu mudah diakses, minim aturan /sensor, jangkauan yang sangat luas, merupakan bentuk komunikasi yang anonim, kecepatan informasinya yang luar biasa, biaya pengembangan dan pemeliharaan yang sangat murah, mendukung konsep multimedia, dan dapat membentuk atau mempengaruhi massa media masa tradisional.

     Disamping menggunakan internet sebagai sarana komunikasi, kelompok teroris juga membuat halaman web. Web kelompok teroris di internet merupakan fenomena yang dinamis yaitu tiba-tiba muncul, dimodifikasi formatnya, dan menghilang dengan tiba-tiba, atau yang paling sering adalah berubah-ubah alamat tetapi dengan isi yang sama. Target yang dituju dari web teroris tersebut adalah para pendukungnya, masyarakat internasional (membentuk opini), dan masyarakat musuh (menciptakan teror). Sedangkan tujuan penggunaan internet yang paling menonjol adalah untuk keperluan perang psikologi, propaganda, mencari dana, perekrutan, pengumpulan data (data mining) dan untuk berkoordinasi. Untuk keperluan tersebut, mereka menyatakan dengan jelas maksud dan tujuannya, sedangkan penjelasan rinci mengenai aktivitas kekerasan atau serangan yang akan dilakukannya tidak pernah dicantumkan dalam web, atau kalaupun dicantumkan dalam bentuk yang sangat tersandi dan hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

     Sebagai contoh keberhasilan pemanfaatan internet dalam menunjang operasi teroris adalah peristiwa 911 yang menghancurkan Gedung WTC dan Pentagon. Dari berbagai laporan, para teroris, dalam hal ini, Mohammed Atta dan kawan-kawan menyampaikan pesan lewat internet menggunakan teknik steganografi yaitu menyembunyikan pesan lewat gambar atau bentuk grafis lainnya yang memang sangat sulit untuk dideteksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesan yang dalam bahasa inggrisnya berbunyi sebagai berikut: “The semester begins in three more weeks. We’ve obtained 19 confirmations for studies in the faculty of law, the faculty of urban planning, the faculty of fine arts, and the faculty of engineering.” (Apa yang disebut sebagai fakultas jelas menunjukkan bangunan target yang akan dihancurkan dan angka 19 menunjukkan jumlah operator yang terlibat dalam operasinya). Pesan-pesan rahasia tersebut umumnya yang disembunyikan dalam gambar-gambar porno.

     Mengingat penggunaan teknologi informasi sangat mendukung sebagai media dalam rangka kegiatan terorisme, maka kita juga perlu memanfaatkan teknologi informasi tersebut sebagai sarana untuk memerangi kegiatan terorisme. Dalam rangka memerangi terorisme ada dua jenis operasi yang perlu digelar yaitu lawan terorisme (counter terrorism) atau anti terorisme (anti terrorism) yang keduanya mempunyai konsep yang berbeda. Dengan demikian, tingkat pemanfaatan teknologinya pun harus berbeda disesuaikan dengan jenis operasinya.

     Untuk mencegah tindakan terorisme diperlukan satu badan atau desk untuk memerangi terorisme dalam kaitan dengan bidang teknologi informasi, khususnya web atau internet. Tidak penting apakah badan tersebut berupa desk anti teror ataupun desk lawan teror, namun hal yang sangat mendasar adalah badan tersebut harus mempunyai minimal kemampuan standar di bidang teknologi informasi yang berkaitan dengan menghasilkan informasi dan mengamankan serta menjaga kerahasiaan informasi, yang secara umum akan dijelaskan dalam tulisan ini.

Siklus Informasi

     Apabila kita membicarakan informasi di lingkungan TNI AD tidak akan terlepas dari bidang intelijen. Sedangkan apabila berbicara Intelijen sebagai produk maka berarti kita membicarakan informasi yang sudah dievaluasi guna pengambilan keputusan. Berdasarkan konteks tersebut maka keputusan yang baik harus didukung oleh intelijen yang bermutu. Sedangkan intelijen yang bermutu tergantung pada, pertama apakah masukannya (Input) atau Unsur Utama Keterangan (UUK) yang diterima benar apa tidak. Kedua apakah pengolahannya (Proses) dilakukan dengan benar oleh pihak yang benar. Ketiga, apakah hasil (Output) dimanfaatkan secara tepat. Keempat, apakah waktunya tepat. Dengan demikian maka informasi yang bermutu harus sudah melalui fase perencanaan, pengumpulan dan pengolahan serta analisis yang matang. Setelah dianalisis maka informasi ini siap digunakan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang memerlukan. Dari beberapa fase untuk menghasilkan informasi tersebut fase analisis memegang peran yang sangat penting.

     Secara singkat dapat dikemukakan bahwa siklus dalam menghasilkan informasi yang bermutu adalah fase perencanaan, fase pengumpulan, fase pengolahan atau analisis, dan fase penggunaan atau diseminasi informasi.

Badan/Desk Dalam Rangka Memerangi Terorisme

     Untuk dapat memerangi kegiatan terorisme maka TNI AD perlu membentuk satu badan untuk keperluan tersebut. Badan tersebut disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilaksanakan, apakah dalam konteks anti teroris atau lawan teroris. Hal ini perlu ditegaskan karena dua konsep dalam memerangi terorisme ini berbeda. Secara ringkas kalau operasi anti teror yang akan diambil maka badan tersebut harus secara aktif dan ofensif untuk memerangi kegiatan terorisme, sedangkan untuk lawan terorisme lebih bersifat pasif dan lebih bersifat defensif.

     Dengan demikian, apabila yang akan dibentuk adalah badan / desk anti teror maka kemampuannya haruslah sangat baik / istimewa, sedangkan apabila desk lawan teror maka kemampuannya pun harus standar minimal di atas rata-rata yang dimiliki oleh orang umum khususnya ditinjau dari bidang teknologi informasi.

     Dalam pasal berikut secara singkat akan dijelaskan mengenai kemampuan standar yang harus dimiliki khususnya oleh badan / desk lawan terorisme ditinjau dari sisi teknologi informasi. Penulis menyadari kemungkinan besar kemampuan dasar ini sudah dimiliki oleh personel yang bekerja di bidang intelijen khususnya yang bekerja di dalam desk anti teror yang telah dibentuk oleh TNI AD. Namun demikian barangkali ada kemampuan yang mungkin perlu dikembangkan karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat seperti saat ini. Mungkin sumbangan pemikiran ini juga tidak banyak manfaatnya, karena penulis tidak pernah bekerja di bidang intelijen dan hanya bekerja di bidang Infolahta.

Kemampuan Dasar Yang Harus Dimiliki Personel Yang Menjadi Anggota Badan/Desk Dalam Rangka Memerangi Kegiatan Terorisme

1. Dalam Fase Perencanaan.

     Setiap anggota minimum mampu melakukan riset pendahuluan untuk mengumpulkan keterangan yaitu mencari bahan-bahan yang sesuai dengan keperluan yang disesuaikan dengan kegiatan operasinya. Berikut ini sebagai contoh adalah daftar kelompok teroris yang ada dan dikenal secara internasional (belum termasuk yang sifatnya lokal).

a. Dari Timur Tengah: Hamas, Hisbullah Libanon, Brigade al Aqsa, Fattah Tanzim, Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP), Mujahidin-e Khalq, Kurdish Workers’ Party (PKK), dan sebagainya

b. Dari Eropa: ETA, Armata Corsa, Irish Republican Army (IRA) dan sebagainya.

c. Dari Amerika Latin : Peru’s Tupak-Amaru (MRTA) and Shining Path (Sendero Luminoso), (ELN-Colombia) dan sebagainya.

d. Dari Asia: Al Qaeda, Aum Shinrikyo, Ansar al Islam, Japanese Red Army (JRA), Hizbul Mujahidin di Kashmir, Macan Tamil / Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE), Islamic Movement of Uzbekistan (IMU), Moro Islamic Liberation Front (MILF) di Filipina, Laskar Taiba di Pakistan, dan sebagainya.

     Disamping pengetahuan mengenai organisasi teroris yang sudah dikenal diperlukan pula daftar web yang dimiliki oleh kelompok teroris. Sebagai contoh beberapa web yang berhubungan dengan Al Qaeda seperti: alneda.com, assam.com, almuhrajiroun.com, qassam.net, aloswa.org, drasat.com, jehad.net, alsaha.com, islammemo.com, anshar.net, istimata.com dan sebagainya.

2. Fase Pengumpulan Keterangan.

     Setiap anggota minimum mampu mengumpulkan keterangan dari internet berkaitan dengan informasi yang akan diolah atau dianalisis dengan cepat. Dalam hal ini anggota paling tidak menguasai perangkat lunak searching engine (seperti Gurunet, Teoma, Google ataupun yang lain sesuai dengan keperluannya), Website Copier( HTTrack dan sebagainya), Translator/ Penerjemah bahasa.

3. Fase Pengolahan/Analisis.

     Setiap anggota minimum mampu mengolah atau menganalisis keterangan yang diperoleh dari data elektronis/internet mengenai web dari kelompok teroris ataupun bahan keterangan lainnya. Perangkat lunak yang harus dikuasai seperti Excel, perangkat lunak untuk statistik (SPSS), perangkat untuk peramalan / trend (Forecasting), Pembaca grafik (Graph Reader), Data Mining/Warehousing dan lain-lain. Atau akan lebih baik lagi apabila anggota desk dapat merumuskan dengan baik kebutuhan analisis sehingga bisa dibuatkan perangkat lunak analisis agar sesuai dengan keinginan dan menjamin kerahasiaan. Mengingat fase ini sangat memegang peran yang penting untuk menghasilkan informasi yang bermutu, maka anggota desk ini minimum memiliki kemampuan analisis yang baik dan menguasai perangkat lunak analisis dengan baik.

4. Fase diseminasi atau penyebaran informasi.

     Setiap anggota minimum mampu mentransfer informasi dengan aman dan rahasia. Perangkat lunak yang harus dikuasai seperti steganografi, kriptografi, dan perangkat lain untuk pengamanan data termasuk antivirus. (Sesuai dengan pengalaman penulis, beberapa perangkat lunak yang disebutkan di atas dapat diperoleh dengan sangat murah dan manfaatnya cukup baik, terutama apabila dikaitkan dengan konsep Open Source Intelligence yang pernah ditulis di majalah Yudhagama).

Konsep Melawan Terorisme

     Keberhasilan kegiatan melawan terorisme tidak hanya tergantung pada desk anti teror / lawan teror yang dibentuk melainkan tergantung terutama dari keterlibatan seluruh masyarakat. Dengan konsep ini maka bagian terpenting adalah bagaimana membuat masyarakat menjadi ujung tombak dalam memberikan keterangan / data awal sebelum dianalisis menjadi informasi oleh para analis. Dengan demikian kegiatan yang terpenting adalah bagaimana membuat masyarakat menjadi sadar dan dengan kesadaran mampu memberikan keterangan / data kepada TNI AD yaitu dengan membentuk CIP (Community Intelligence Point) dan setelah itu TNI AD memberikan satu akses informasi yang terbuka kepada masyarakat melalui apa yang disebut sebagai Akses informasi yang aman secara langsung terhadap TNI AD / DISA (Direct Information Security Access)

     Dari sisi teknologi informasi, langkah pembentukan CIP merupakan langkah strategis karena harus melakukan sosialisasi, dan mulai merintis penyadaran masyarakat bahwa pesawat telepon yang hanya mempunyai 12 tombol mempunyai kemampuan seperti 104 tombol pada komputer. Dengan demikian para agen kita yang tergabung dalam CIP tadi yang pada umumnya adalah masyarakat desa (di mana para teroris menemukan tempat berlindung) mampu melakukan komunikasi dengan TNI AD dengan baik, seolah-olah menggunakan komputer. Informasi ini dapat dibuat menjadi digital dan dapat digunakan dalam proses analisis informasi. Yang diperlukan TNI AD adalah menyediakan infrastruktur untuk jalur pelaporan ini. Untuk keperluan ini dapat dicoba penggunaan peralatan sederhana seperti billing telepon systems yang dimodifikasi untuk menjadi sarana komunikasinya.

     Langkah berikutnya adalah setelah langkah ini dapat dilaksanakan, maka TNI AD bersama dengan instansi lain untuk mendorong terbentuknya satu kondisi dimana masyarakat dapat mengakses informasi secara langsung dari satu sumber informasi yang terpercaya dengan mudah dan juga melaporkan kembali informasinya dengan aman yang disebut sebagai DISA tersebut. Dengan konsep ini diharapkan operasi melawan kegiatan terorisme dapat dilakukan dengan berhasil karena ruang gerak teroris akan sangat dibatasi, karena masyarakat di desa yang terpencil sekalipun mampu berkomunikasi dengan TNI AD.

     Demikianlah tulisan ini semoga bermanfaat bagi kegiatan untuk melawan terorisme dalam rangka menciptakan Indonesia sebagai negara yang aman dan berdaulat. Penulis menyadari sepenuhnya akan segala kekurangan ini, karena bidang penugasan penulis yang sangat terbatas. Terima Kasih.

Budiman S. Pratomo

Analis Sistem Informasi

Alumnus Western Sydney University

HP. 0817123676

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan pertanyaan anda disini.