21 Maret 2009

Esai: Pengetahuan dan Pedoman Menulis

Apakah esai itu ?

     Menurut Lucile Vaughan Payne dalam bukunya “ The Lively Art of Writing “, esai bukanlah sekedar rekaman fakta-fakta atau hasil imajinasi murni, seberapapun lengkap dan cermatnya penulis menulis ulang semua fakta tersebut sekalipun dengan bahasanya sendiri. Esai bukan juga semata kejadian atau pengalaman yang dituliskan, tak peduli betapa nyata, cerdas, menyentuh, berurutan, jelas, rinci dan lengkapnya tulisan itu. Esai sebenarnya adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya ( opini/pandangan penulis yang diekspresikan melalui tulisan ). Payne juga mengatakan bahwa sebuah esai akan lebih baik apabila penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini / pandangan. Esai bisa berbentuk sederhana sampai yang sangat kompleks, namun esai tetap akan menunjukkan sebuah opini pribadi sebagai analisa akhir. Inilah perbedaan mendasar antara esai dengan tulisan ekspositoris atau sebuah laporan. Sebuah esai tidak hanya sekedar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman; esai menyelipkan opini/pandangan penulis diantara fakta-fakta dan pengalaman tsb.

     Pengertian esai lainnya disampaikan oleh Samuel Johnson (2007) dalam “ Writing Essays “. Johnson mendefinisikan, esai adalah suatu bentuk tulisan yang memiliki struktur/susunan dan aturan penulisan tertentu. Johnson juga mengatakan bahwa esai yang baik membawa pembaca kepada sesuatu yang berguna atau penting melalui penyampaian secara jelas dengan cara yang logis, saling berhubungan satu dengan yang lainnya ( coherent ) serta alur tulisannya mudah diikuti ( easy to follow ). Ada juga pengertian yang mengatakan sebuah esai adalah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulisnya tentang subyek tertentu. Adapun pengertian esai yang diajarkan kepada Pasis Seskoad, esai adalah bentuk tulisan bebas digunakan untuk menyampaikan pendapat dengan tujuan dan kegunaan tertentu seperti untuk surat kabar, majalah, sinopsis, timbangan buku atau keparluan laporan. Sementara pengertian esai yang diajarkan kepada siswa KSPS, esai adalah salah satu bentuk tulisan atau model penulisan yang bersifat bebas, artinya tidak ada aturan baku yang mengikat, sehingga penulisan esai sangat bervariasi tergantung karakter dan keinginan penulisnya.

     Terjadinya beragam pengertian tersebut sangat memungkinkan mengingat belum adanya definisi baku/pasti tentang apa itu esai. Kita juga akan mengalami kesulitan untuk membedakan antara esai dan bukan esai, mengingat pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering tidak lengkap dan terkadang bertolak belakang. Misalnya mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang dan singkat; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian; dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur; daftar pustaka ada yang menyatakan tidak perlu dicantumkan diakhir tulisan karena sudah dimuat didalam tulisan berupa catatan perut, ada juga yang menyatakan perlu dicantumkan sekalipun sudah dimuat sebagai catatan perut.

Sejarah Esai.

     Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

     Lalu bagaimana pengertian esai menurut Montaigne? Montaigne menuliskan sikap dan pandangannya mengenai esai melalui deskripsi-deskripsinya yang tersirat, sahaja, rendah hati tetapi jernih dalam sebuah kata pengantar bukunya: "Pembaca, ini sebuah buku yang jujur. Anda diperingatkan semenjak awal bahwa dalam buku ini telah saya tetapkan suatu tujuan yang bersifat kekeluargaan dan pribadi. Tidak terpikir oleh saya bahwa buku ini harus bermanfaat untuk anda atau harus memuliakan diri saya. Maksud itu berada di luar kemampuan saya. Buku ini saya persembahkan kepada para kerabat dan handai taulan agar dapat mereka manfaatkan secara pribadi sehingga ketika saya tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (suatu hal yang pasti segera mereka alami), dapatlah mereka temukan di dalamnya beberapa sifat dari kebiasaan dan rasa humor saya, dan mudah-mudahan, dengan cara itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh tentang diri saya tetap awet dan selalu hidup" (dari "To The Reader").

     Kemudian, pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon menjadi Esais Inggris pertama. Bukunya berjudul Essay. Bentuk, panjang, kejelasan, dan ritme kalimat dari esai ini menjadi standar bagi esais-esais sesudahnya. Ada beberapa esai yang formal, dan ada beberapa esai lain yang bersifat informal. Bentuk esai informal lebih mudah ditulis karena lebih bersifat personal, jenaka, dengan bentuk yang bergaya, struktur yang tidak terlalu formal, dan bertutur. Bentuk esai formal lebih sering dipergunakan oleh para pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Formal esai dibedakan dari tujuannya yang lebih serius, berbobot, logis dan lebih panjang.

     Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerang-jelaskan rumusan esai.

Tipe Esai.

Esai Deskriptif: esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas ke bawah, dekat ke jauh, arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan rincian yang dirasakan melalui penginderaan.

Esai ekspositori: esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya.

Esai naratif: esai ini menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu.

Esai persuasif: esai ini bertujuan untuk mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan kepentingannya.

Esai dokumentatif: memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas tertentu.

Struktur Esai.

     Esai terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: pendahuluan, tubuh dan penutup. Bagian pendahuluan memuat 2 substansi, yaitu: upaya menarik perhatian pembaca dan pernyataan fokus (pokok persoalan) yang akan dibahas. Ada beberapa strategi untuk menarik perhatian pembaca, antara lain: awali dengan pertanyaan; awali dengan fakta yang mengejutkan; awali dengan kutipan/pernyataan; awali dengan anekdot. Hampir semua tulisan memiliki fokus/pokok bahasan/pokok pesoalan, berupa kalimat yang menyatakan apa yang menjadi fokus tulisan. Biasanya untuk esai naratif dan esai ekspositori menggunakan rumusan persoalan (thesis statement) sementara untuk esai persuasif menggunakan pernyataan opini (opinion statement). Pokok persoalan biasanya didukung dengan beberapa pokok pikiran/pikiran utama yang berfungsi memberi arah tentang hal yang akan dibahas dalam tulisan (menjelaskan tentang tesis/pokok persoalan)

     Bagian tubuh biasanya terdiri dari beberapa paragraf, tergantung jumlah pokok pikiran. Masing-masing pokok pikiran didukung oleh beberapa pikiran pendukung untuk memperjelas pokok pikiran. Apabila pokok pikiran diuraikan dalam satu paragraf, dalam hal ini pokok pikiran berfungsi sebagai kalimat topik (topic sentence) dalam paragraf. Setiap paragraf akan memiliki kalimat topik sendiri yang membahas pokok pikiran, kalimat topik juga harus didukung dengan beberapa kalimat pendukung. Ingat, setiap paragraf hanya memuat 1 gagasan pokok. Teknik penulisan paragraf: awali dengan kalimat topik; tambahkan rincian pendukung (fakta, bukti, pernyataan dsb); gunakan transisi untuk menghubungkan ide/pemikiran; akhiri dengan kalimat penutup. Transisi adalah kata atau kelompok kata (yang tidak bersubyek dan berpredikat) sebagai penghubung ide/pemikiran. Transisi digunakan ketika akan: menunjukkan lokasi/tempat, menunjukkan waktu, membandingkan pemikiran, menunjukkan perbedaan, menekankan sesuatu hal, menyimpulkan atau merangkum, menambahkan informasi, klarifikasi. Kata/kelompok kata yang biasa digunakan, antara lain: diatas, kemuaian, seperti, walaupun, lagi, akhirnya, sebagai tambahan, sebagai contoh, dsb. Penggunaan transisi dapat di dalam paragraf, untuk menghubungkan rincian pendukung, ataupun antara paragraf, untuk menghubungkan pokok pikiran/pikiran pendukung.

     Bagian penutup merupakan paragraf akhir suatu esai, biasanya berisi: pernyataan ulang fokus bahasan/pokok persoalan; merangkum pokok-pokok pikiran atau alasan; meninggalkan pembaca untuk berpikir tentang topik yang dibahas ataupun tindak lanjutnya. Pada esai persuasif biasanya termasuk ajakan/seruan untuk bertindak.

Pedoman Menulis Esai bagi Pasis.

     Agar pasis mampu menulis sebuah esai yang efektif, pasis harus memahami proses dan format penulisan dengan tujuan: agar pasis mampu menuangkan gagasan/pemikirannya secara jelas; dan pasis mampu memenuhi persyaratan teknik menulis yang ditentukan lembaga. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan pasis dapat memanfaatkan proses untuk menyusun komposisi, mengikuti format dalam esai, dan menghindari kesalahan-kesalahan dalam struktur penulisan. Proses menulis meliputi: memahami penugasan, mengumpulkan informasi, mengembangkan ide/gagasan, menentukan maksud/tujuan menulis, menyusun rumusan persoalan, membuat rencana, menuangkan komposisi, memeriksa dan memperbaiki komposisi. Adapun format penulisan meliputi ketentuan-ketentuan menulis: pendahuluan, tubuh dan penutup.

Proses penulisan esai.

Memahami penugasan, untuk dapat memahami penugasan pasis dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: apa tugas saya sebenarnya ?, apa pokok bahasannya ?, berapa jumlah halaman yang diminta ?, kapan batas waktu penyerahan tulisan ?, apakah perlu melakukan riset ?, apakah harus bekerja sendiri atau dalam hubungan kelompok ?, format apa yang harus digunakan ?.

Mengumpulkan informasi, pasis perlu menemukan informasi/referensi yang relevan. Pengumpulan informasi/referensi dapat dilakukan melalui: buku perpustakaan, internet, wawancara, pengalaman pribadi, koran, majalah, bahan kuliah, diskusi.

Mengembangkan ide/gagasan, untuk dapat mengembangkan gagasan pasis harus mengetahui apa yang akan ditulis. Untuk menjawab ini dapat dilakukan melalui: tukar pikiran/brainstorming, mendata, memetakan, dsb.

Menentukan maksud/tujuan penulisan, untuk dapat menentukan maksud/tujuan penulisan, pertama-tama pasis harus mempunyai alasan menulis; berikutnya, pertimbangkan penugasan, kemampuan, kepentingan dan tingkat pengetahuan; kemudian, cari hubungan antara ide/gagasan dengan informasi/referensi; terakhir, tanyakan kepada diri, apakah yang ingin saya capai ?, apa yang ingin saya tunjukkan ?.

Menyusun rumusan persoalan/tesis, pernyataan rumusan persoalan/tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang hendak disampaikan penulisnya. Pernyataan rumusan persoalan/tesis terdiri dari 2 bagian: bagian pertama menyatakan topik (misal: Disiplin tempur . . . ., Pemberdayaan wilayah pertahanan . . . . ), bagian kedua menyatakan poin-poin esai (misal: Merupakan syarat pokok keberhasilan di daerah operasi, Belum sepenuhnya dipahami oleh Perwira TNI AD). Dalam merumuskan persoalan, pasis harus mengetahui apa topik yang akan dibahas. Biasanya topik telah diberikan dalam penugasan pasis, namun sebelum melangkah lebih lanjut pasis harus memikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan ditulis. Apakah berupa tinjauan umum atau menganalisis topik secara khusus. Bila ingin melakukan analisis khusus, maka topik harus benar-benar spesifik. Apabila topik yang diberikan masih terlalu umum maka pasis harus mempersempit topik untuk lebih mempertajam pembahasan. Apabila topik belum diberikan, pasis memiliki kebebasan untuk memilih topik, namun hal ini akan terasa menyulitkan bila belum terbiasa. Selanjutnya pasis harus menanyakan apa yang pasis yakini dengan topik tersebut, dan apa ide/gagasan murni pasis berkenaan dengan topik tersebut, bagaimana pasis dapat mendukung ide/gagasan dengan bukti dan logika. Pengetahuan dan cara menuangkan merupakan pandangan pasis tentang topik tersebut.

     Sekarang tuliskan rumusan persoalan dan periksalah kembali. Rumusan persoalan harus: jelas, dalam kalimat yang lengkap; spesifik, tidak terlalu umum; dapat didukung dengan bukti/referensi; kuat, tidak meragukan; satu kesatuan (coherent), tidak bercampur dengan topik.

     Dalam menyusun rumusan persoalan hindari: pertanyaan-pertanyaan, penilaian-penilaian, perasaan/prasangka, fakta, ide orang lain, pandangan religius.

Membuat rencana (out line), tujuan membuat rencana esai adalah untuk meletakkan ide-ide tentang topik dalam sebuah format yang terorganisir. Bagaimana pasis dapat mengorganisir ide/gagasan ?: Mulailah dengan menulis topik di bagian atas; kemudian tuliskan angka romawi I, II, III dibagian kiri halaman dengan jarak yang cukup lebar; Selanjutnya tuliskan garis besar ide tentang topik yang dimaksud (jika pasis hendak mencoba meyakinkan, berikan argumentasi; jika hendak menjelaskan suatu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga mudah dipahami; dst); Kemudian pada masing-masing angka romawi tuliskan A, B dan C secara menurun disisi kiri halaman. Tuliskan fakta/informasi yang mendukung ide utama. Hubungan antara ide dengan fakta/informasi biasanya dalam pola: umum - spesifik, sebab - akibat, persamaan - perbedaan, kategori - klasifikasi, proses - kronologi, persoalan - solusi, pokok pikiran - pikiran pendukung; Kemudian, tuangkan rencana kedalam kerangka untuk menuntun bagaimana pasis menunjukkan pokok persoalan. Rangkaikan ide dalam urutan yang logis, sbb:

I.   Pendahuluan dengan rumusan persoalan/tesis.

II.  Tubuh/inti

A.  Pokok pikiran 1 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

B.  Pokok pikiran 2 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

C.  Pokok pikiran 3 (umum)

     1. Pikiran pendukung 1 (spesifik)

     2. Pikiran pendukung 2 (spesifik)

     3. Pikiran pendukung 3 (spesifik)

D.  Dst

III.  Penutup

     Selanjutnya, periksalah susunan, urutan, dan pendukungnya,sbb: apakah dukungan cukup ?, apakah dukungan seimbang ?, apakah setiap pikiran mendukung tulisan ?, apakah ide sudah tersusun dalam urutan yang logis ?, apakah saya mempertimbangkan pandangan yang berbeda ?, apakah saya sudah cukup menganalisis topik, apakah alasan dan bukti sudah mendukung/membenarkan pemikiran saya ?.

Menuangkan komposisi, bagaimana membuat tulisan pertama ?: Pertama, fokus. Ingat apa tujuan, tulis rumusan persoalan di bagian atas, ikuti kerangka yang telah dibuat. Kemudian, tulislah segera, perbaiki nanti. Selanjutnya, tulislah bagian tubuh/inti terlebih dahulu, lalu pendahuluan dan kesimpulan. Terakhir, periksa dan perbaiki komposisi: Tinggalkan dan tunggu 24 jam; Bayangkan pasis sebagai dosen, lalu baca draft/tulisan: pertama, periksa kejelasan rumusan persoalan, alasan yang baik dengan dan urutan yang mendukung/logis; kedua, periksa mekanisme; ketiga, periksa gaya bahasa. Lalu: tulis ulang, tulis ulang, tulis ulang.

Format penulisan esai.

Pendahuluan, merupakan permulaan tulisan, untuk menarik perhatian pembaca serta menyampaikan rumusan persoalan (Tesis), rumusan persoalan menunjukkan sejauh mana pemahaman terhadap persoalan, memperkirakan inti tulisan, hanya satu paragraf.

Tubuh/inti, merupakan inti dari tulisan. Terdiri dari beberapa paragraf, dimana masing-masing paragraf memuat kalimat topik/pokok pikiran/pikiran utama, dan pikiran utama memuat beberapa pikiran pendukung (menjelaskan pikiran utama dengan fakta, contoh dan penjelasan). Inti tulisan harus dapat menjelaskan dan membuktikan rumusan persoalan/tesis dengan alasan yang jelas dan menyeluruh serta urutan yang logis.

Kesimpulan, merupakan penutup tulisan, hanya satu paragraf. Kesimpulan menyatakan kembali rumusan persoalan, atau merangkum pokok-pokok pikiran/pikiran utama, ditutup secara mulus dan bersifat positip. Membuat agar pembaca ingat.

Penggunaan referensi dan daftar pustaka.

Mengapa perlu referensi, ketika kita menulis sebuah esai, laporan, desertasi atau bentuk tulisan ilmiah, penuangan pemikiran dan gagasan kita tidak dapat dilepaskan dari pemikiran penulis lain, para peneliti, para dosen. Pemikiran maupun penelitian pihak lain akan memperkaya tulisan kita. Karena bukan milik kita, maka apa yang kita ambil harus kita beritahukan. Oleh karenanya sangat penting untuk menyertakan sumber data, penelitian, pemikiran pihak lain yang kita gunakan untuk memperkaya tulisan kita. Penggunaan referensi akan menunjukkan kepada pembaca yang mana ide/gagasan murni kita, dan yang mana ide/gagasan yang bukan milik kita, pembaca juga akan mudah untuk menelusuri rincian pemikiran/fakta melalui referensi yang kita rujuk.

Mereferensi menggunakan footnotes (catatan pada bagian kaki halaman) dan endnotes (catatan pada bagian akhir pekerjaan/kalimat). Beberapa disiplin ilmu ada yang lebih suka menggunakan footnotes atau endnotes untuk merujuk sumber referensi yang digunakan. Sekalipun gaya masing-masing penulis berbeda dalam sistem "penulis, tanggal" (author, date system) namun dari sisi tujuan untuk merujuk sumber ide/data/kutipan tanpa interupsi yang tidak semestinya terhadap tulisan, adalah sama. Sumber kutipan diakhir kalimat dibuat seringkas mungkin, hanya penulis dan tanggal, sumber secara lengkap dibuat dalam daftar pustaka ( Samuel, Johnson. 2007)

Tentang paragraf karya ilmiah ( tambahan)

     Sebagai orang awam tentunya tidak terlalu sulit untuk menunjukkan apa yang disebut paragraf, namun jika diminta untuk menjelaskan apalagi mendefinisikan, tidak semua orang dapat melakukannya.

     Dari segi wujudnya, paragraf adalah bagian dari wacana tertulis. Wacana lisan tidak mengenal istilah paragraf. Paragraf dimulai dengan baris baru yang dibentuk dengan indentasi (Marahimin,1994:28), tulisan dibuat menjorok kedalam sejauh 2,3 atau 5 ketukan. Paragraf juga dapat dikenali dari jarak spasi. Jarak spasi antara 1 paragraf dengan paragraf lain lebih banyak bila dibandingkan jarak antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam 1 paragraf. Wujud penanda lainnya adalah kalimat. Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat, tidak ada ketentuan baku tentang berapa jumlah kalimat dalam 1 paragraf. Dalam penulisan bersifat ilmiah, jumlah kalimat dalam 1 paragraf dipengaruhi oleh pertimbangan rasional-ilmiah dan pertimbangan praktis.

     Kalimat-kalimat yang membangun sebuah paragraf harus saling berhubungan satu dengan lainnya. Paragraf dibangun oleh " himpunan kalimat yang bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan " (Keraf, 1989:62). Pertalian ini menghasilkan gagasan yang utuh dan lengkap sehingga pembaca memperoleh pengertian yang utuh, lengkap dan jelas tentang satu masalah dalam paragraf tsb.

     Ada 3 syarat yang dibutuhkan untuk menyusun paragraf tulisan bersifat ilmiah: (1) Dalam 1 paragraf hanya terdapat 1 gagasan pokok; (2) Kalimat-kalimat dalam paragraf bertalian atau berhubungan satu sama lain secara erat; (3) Pengurutan gagasan-gagasan pendukung (untuk menunjang gagasan pokok) dalam paragraf diwujudkan dengan penataan kalimat yang teratur. Ketiga faktor ini biasa diistilahkan dengan kesatuan, kepaduan dan pengembangan paragraf. Kesatuan paragraf. Paragraf karya ilmiah yang baik hanya memiliki 1 gagasan pokok. Gagasan pokok tersebut dimuat dalam sebuah kalimat. Kalimat yang memuat gagasan pokok paragraf biasa disebut kalimat topik (topic sentence). Selain kalimat topik, sebuah paragraf karya ilmiah juga harus dilengkapi dengan kalimat (-kalimat) penjelas yang disusun untuk memperjelas isi dan pengertian kalimat topik. Banyaknya kalimat penjelas dalam peragraf tergantung pada penulis, apakah serangkaian kalimat penjelas sudah dapat menjelaskan gagasan pokok dalam paragraf. Penempatan kalimat topik bisa diawal ataupun pada akhir paragraf, ada juga yang menempatkan kalimat topik diawal dan diulangi diakhir paragraf untuk mempertegas kembali. Selain paragraf dengan kalimat topik, pada paragraf karya ilmiah juga digunakan paragraf naratif dan paragraf deskriptif. Pada kedua paragraf ini, tidak terdapat kalimat topik, karena semua kalimat berfungsi sama.

Kepaduan paragraf, hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas dalam sebuah paragraf harus ditata dengan baik untuk memperoleh paragraf yang padu. Ada 2 sarana pokok yang biasa digunakan untuk membangun hubungan antar kalimat dalam paragraf, yaitu dengan: pengulangan (repetisi) dan konjungsi. Pengulangan dapat berupa pengulangan kata, pengulangan ide, dll. Konjungsi biasanya menggunakan kata/frase penghubung, seperti: sejak, walau demikian, sebaliknya, dalam medan sesulit itu, dsb. Selain dengan pengulangan dan konjungsi, hubungan antar kalimat dan antar gagasan dalam satu paragraf juga dapat dibuat lebih padu dengan menggunakan kata tunjuk (itu, tersebut, demikian, dsb).

Pengembangan paragraf (pengurutan gagasan bawahan), gagasan pokok dalam paragraf diperjelas atau ditunjang oleh gagasan-gagasan bawahan yang dimuat dalam kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas ditata dan disusun menurut satu model atau pola tertentu. Beberapa model yang dapat digunakan untuk mengembangkan gagasan pokok sebuah paragraf, diantaranya: Deskripsi, dapat berupa pemerian ( penggambaran, pendefinisian) seseorang, sebuah ruang, sebuah benda, suasana, perasaan, dsb; Contoh, sebuah gagasan dapat menjadi lebih jelas jika didukung dengan contoh atau ilustrasi; Definisi luas, biasa digunakan untuk menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi sehingga perlu ada penjelasan. Bentuknya buka semata definisi, melainkan definisi yang disertai penjelasan tambahan sehingga menjadi paragraf yang utuh dan jelas; Analisis atau uraian, penulis memerikan sesuatu kedalam unsur-unsur yang membangunnya agar lebih mudah dipahami; Klasifikasi, mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan kedalam satu kategori sehingga hubungan diantara berbagai hal itu menjadi jelas; Perbandingan dan pertentangan, dalam perbandingan unsur yang sama dari 2 hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan. Sementara dalam pertentangan, unsur yang membedakan 2 hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan; Sebab-akibat, paragraf model ini menguraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi, atau sebaliknya diuraikan dulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya; Proses, pengembangan paragraf dengan model ini berupa uraian tentang proses terjadinya sesuatu. Dalam model ini ada urutan dari tindakan menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

Disarikan dari berbagai sumber:

1.  Guide to Writing Basic Essay, Index of Literary Terms.

2.  Some Tips on Writing Papers of History Course.

3.  A Process and A Format for Writing Academic Essays at CGSC.

4.  Learning Essentials for Microsoft Office, Student Edition.

5.  Samuel, Johnson. 2007. Writing Essays. Internet.

6.  Payne, Lucile Vaughan. 1965. What is An Essay?. Artikel. The Lively Art of Writing. London: Follet Publishing Company.

7.  Sumadiria, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis & Jurnalis Profesional. Cetakan kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

8.  Yunita T. Winarno, Totok Suhardiyanto, Ezra M. Choesin. 2004. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya. Cetakan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

 

CATATAN:

Untuk Pasis Seskoad telah diajarkan esai dengan sisi tinjauan yang mungkin sedikit berbeda dengan yang diuraikan di atas. Semua adalah dalam rangka memperkaya pemahaman dan wawasan, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan telah berkembang demikian pesatnya. Kita harus mau membuka cakrawala wawasan seluas mungkin agar kita semakin mengerti betapa sebenarnya kita sarat dengan kekurangan.

( Letkol Czi. Heri Marjaga Siagian )



3 komentar:

  1. Ijin tanya Dosen..bagaimana penulisan untuk running notes bila kami mengutip dari internet..terima kasih

    BalasHapus
  2. Trimaksih ya Informasinya tentang Essay... Jadi Ngerti ternyata Buat Essay seperti itu...
    Semnagn Untuk Belajar....

    BalasHapus
  3. Mungkin untuk referensi lainnya bisa kunjungin link ini http://inherent.gunadarma.ac.id/

    BalasHapus

Tuliskan pertanyaan anda disini.