03 Februari 2014

Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Rangka Reformasi Pendidikan TNI AD

Oleh: Budiman S.P.*

Pada suatu waktu, para perwira siswa (pasis) memasuki ruangan kuliah umum yang sudah dilengkapi dengan sarana audio visual yang cukup baik. Dosen mengajar mata pelajaran dengan persiapan yang matang. Para pasis mengikuti pelajaran dengan antusias, para pasis bertanya dan dosen menjawab pertanyaan dengan memuaskan. Di akhir pelajaran dosen memberikan penugasan kepada pasis. Untuk membuat kelas menjadi efektif, maka pasis dibagi-bagi dalam sindikat untuk mendiskusikan persoalan yang diberikan. Masing-masing sindikat dibimbing oleh seorang perwira yang ditunjuk. Dalam kesempatan berikutnya dilaksanakan diskusi kelas yang suasananya hidup. Masing-masing pasis secara aktif berperan dalam diskusi tersebut. Hasil diskusi disimpulkan dalam makalah yang harus dikumpulkan dalam waktu tertentu. Hasil diskusi sesuai dengan apa yang diinginkan lembaga seperti yang tertuang dalam “jawaban sekolah”. Para pasis dan lembaga merasa puas.

Dua tahun kemudian, selesai mengikuti upacara pembukaan para pasis dibagi Compact Disk (CD) yang secara otomatis akan menampilkan informasi begitu dimasukkan kedalam CD drive komputer. Para pasis tidak harus “melek komputer” untuk dapat mengoperasikannya. CD tersebut berisi informasi lengkap tentang Seskoad, kumpulan semua hanjar, Lembar Penugasan dan Kuis serta referensi yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan. CD tersebut juga berisi link (hubungan) ke sumber-sumber internet. Para pasis dengan membawa CD masing-masing duduk di depan komputer di laboratorium untuk mempelajari tugas yang diberikan oleh lembaga, mencari referensi untuk penugasannya. Sebagian perwira siswa yang sudah terbiasa menggunakan internet pergi ke warnet atau memanfaatkan laptopnya disambungkan pada jaringan hotspot/wireless untuk mencari tambahan informasi seperti yang ditunjukkan dalam link-link tersebut. Sebagian pasis lainnya mencari tambahan informasi dengan memanfaatkan ensiklopedia elektronik. Dalam waktu yang telah ditentukan mereka berkumpul di ruang diskusi dalam bentuk sindikat/kelompok untuk mendiskusikan penugasannya disupervisi oleh perwira yang ditunjuk. Suasana diskusi sangat hidup dan berkembang dengan sudut pandang berbeda-beda. Diskusi menghasilkan keputusan atau makalah yang komprehensif dan ternyata berbeda dengan jawaban sekolah. Laporan dikumpulkan dalam waktu yang lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Demikianlah gambaran situasi kelas yang berbeda antara sistem dengan dan tanpa memanfaatkan peranan teknologi informasi. Tulisan ini akan membahas peran teknologi informasi dalam bidang pendidikan dan bagaimana teknologi informasi dapat diimplementasikan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas serdik dalam proses belajar. Sebagai bahan pembahasan penulis mengambil contoh Seskoad karena sekolah ini merupakan barometer pendidikan di TNI AD dan diasumsikan merupakan pendidikan yang terbaik. Diharapkan dengan memanfaatkan teknologi informasi Seskoad akan menjadi pelopor pembaharuan dalam bidang pendidikan di lingkungan TNI AD.

Sistem Pendidikan

Inti dari sistem pendidikan adalah hubungan manusiawi yang terbentuk antara tenaga pendidik (gadik) dan peserta-didik (serdik). Hubungan ini oleh para praktisi biasanya direduksi hanya menjadi “proses belajar-mengajar”, yang tidak mencerminkan keseluruhan sistem pendidikan. Terkadang bahkan, pendidikan direduksi menjadi sekedar suatu proses transfer pengetahuan, ketrampilan, dan penyebaran informasi saja. Memang proses belajar mengajar, transfer pengetahuan dan ketrampilan serta proses penyebaran informasi adalah merupakan elemen-elemen kunci dalam sistem pendidikan. Secara khusus, sistem pendidikan TNI AD bukan hanya sekedar “proses belajar-mengajar” ditambah dengan “pewarisan nilai-nilai”, melainkan lebih dari itu secara universal ditujukan untuk menjadikan manusia seutuhnya, khususnya dalam rangka menjadi patriot untuk mempertahankan eksistensi negara Indonesia. Hal ini tertuang dalam sesanti “dwi warna purwa cendekia wusana” yang berarti pertama-tama adalah pejuang merah putih dan baru kemudian kecendekiaan atau keahlian.

Kualitas pendidikan secara umum sangat ditentukan oleh adanya interaksi yang baik antara gadik dan serdik. Gadik sebagai pembimbing atau pendamping sekaligus menjadi teladan bagi serdik dalam rangka proses belajar mengajar dan proses pewarisan nilai-nilai. Tanpa adanya interaksi yang baik ini maka pendidikan akan jauh dari hakekatnya dan akan tinggal menjadi hal-hal teknis belaka yang akan menghasilkan manusia-manusia yang pandai saja tetapi miskin sentuhan manusiawi. Sehingga tidak mengherankan kalau kualitas manusia yang terbaik saat ini justru diperoleh melalui pendidikan dengan pola tradisional dengan metoda "talk and chalk" , model perguruan silat, ataupun model pesantren. Menurut ukuran yang sampai saat ini masih berlaku, bagus tidaknya suatu institusi pendidikan adalah tergantung nisbah (ratio) siswa dengan gurunya. Semakin besar nisbahnya diharapkan semakin baik kualitas hasil didiknya. Ini mengandung arti bahwa semakin banyak hubungan manusiawinya diharapkan semakin baik kualitas hasil didiknya. Namun demikian hal ini tidak berarti bahwa penggunaan teknologi untuk menjalankan proses-proses dalam sistem pendidikan akan menurunkan kualitas pendidikan.

Penggunaan teknologi secara nyata meningkatkan kuantitas serdik yang dapat memperoleh pendidikan serta memperluas cakupan materi pelajaran, yang berarti penggunaan teknologi modern khususnya teknologi informasi dapat membantu meningkatkan pendidikan tanpa harus menurunkan kualitasnya apabila hubungan manusiawi antara gadik dan serdik tetap dijaga.

Peran Teknologi Dalam Pendidikan.

Ramalan mengenai peran atau manfaat teknologi biasanya dihubungkan dengan masalah yang berkaitan dengan konteks sosial politik yang akan terjadi dalam masyarakat. Namun kadang-kadang ramalan itu tidak terjadi atau meleset. Sebagai contoh, pada awal abad 20 di Amerika pada saat kendaraan sudah mulai banyak, dinyatakan bahwa akan terjadi perbaikan kondisi lingkungan bila mobil menggantikan kereta kuda. Jalanan menjadi bersih, tidak berdebu, tidak berbau, dan tidak berisik sejak ditemukannya ban dalam, hal ini akan mengurangi ketegangan dan gangguan di kota-kota besar. Saat ini barangkali ramalan semacam itu akan ditertawakan karena ternyata dengan digunakannya mobil, kondisi yang diramalkan meleset. Yang terjadi justru adalah kemacetan lalu lintas, polusi suara, polusi udara yang semakin menimbulkan ketegangan dan gangguan di kota-kota besar. Tanpa mempersoalkan apa akibatnya dari sisi sosial politik, pengaruh teknologi terhadap pendidikan terutama dari sisi transfer pengetahuan dan penambahan cakupan pengetahuan terlihat sangat jelas.

Berikut gambaran mengenai bagaimana teknologi dengan jelas mampu mengubah cara pendidikan dilaksanakan. Yang dimaksud teknologi dalam hal ini mulai dari mimik atau isyarat ke bahasa lisan (spoken language), menuju bahasa tulisan (written language) di batu/tulang, tulisan di kertas, mesin cetak sampai dengan buku dan TV sampai saat ini menggunakan e-learning. Marilah kita menengok kebelakang dan melihat bagaimana perkembangan teknologi tersebut mengubah pendidikan.

Teknologi yang sangat primitif yang digunakan untuk berkomunikasi adalah menggunakan mimik, isyarat, maupun coretan-coretan di pasir. Dengan teknologi ini walaupun tanpa kata-kata manusia sudah mampu melakukan pendidikan kepada anak-anaknya. Dengan cara ini pula para orang tua sudah mampu mengajari anaknya untuk berburu binatang dan mencari makanan dan sebagainya. Begitu ada teknologi baru yang berupa bahasa lisan (spoken language) maka ada kemajuan yang pesat dalam upaya penyampaian pengetahuan kepada anak-anaknya. Dalam era ini kadar pengetahuan masih sangat tergantung pada ingatan saja. Teknologi yang selanjutnya adalah bahasa tulis (written language), dengan teknologi ini mulailah pengalaman-pengalaman tersebut dituliskan di tulang, batu dan dinding-dinding gua. Mulai saat inilah pengetahuan tidak hanya tergantung yang di ingatan saja melainkan juga yang tertulis entah di batu ataupun dinding gua. Setelah ditemukannya teknologi kertas yang jauh lebih ringan dari lempeng batu maka semakin banyak pengetahuan yang didapatkan dan relatif bisa dibawa kemana-mana. Berikutnya setelah ditemukannya teknologi mesin cetak maka terjadi lompatan yang sangat luar biasa karena informasi dapat disimpan dengan cepat dalam bentuk buku. Dalam tahap ini pengetahuan sangat cepat didapatkan. Dengan adanya teknologi komunikasi / radio maka pengetahuan makin mudah untuk didapatkan. Menyusul ditemukannya televisi kita bisa mengikuti pendidikan secara visual melalui televisi. Ketika komputer ditemukan dan teknologi informasi berkembang dengan cepat maka saat ini kita dapat belajar menggunakan metode yang disebut sebagai e-learning. Inilah gambaran betapa teknologi itu akan dengan jelas mengubah bagaimana kita belajar dan mengikuti pendidikan.

Secara singkat kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi membuat pergeseran yang cukup nyata dalam pendidikan. Pergeseran tersebut adalah kalau dahulu gadik sebagai sumber utama pengetahuan (teachers as gatekeepers to knowledge) maka saat ini gadik berfungsi menjadi lebih sebagai fasilitator maupun mediator. Hal ini terjadi karena adanya media interaktif (interactivity media), perpustakaan elektronis (online library), ataupun belajar jarak jauh (distance learning). Saat ini seiring dengan kemajuan teknologi informasi, terjadi pergeseran paradigma pendidikan dari yang tadinya pendidikan berpusat kepada gadik (lecturer centered) menjadi berpusat pada serdik (student centered education); belajar dengan mengutamakan ilmu (knowledge based learning) menjadi belajar yang mengarah pada kompetensi (competence based learning); dan metodologi yang menekankan penguasaan materi (content driven methodology) menjadi metodologi yang mengedepankan proses belajar (process driven methodology).

Mengingat demikian besar pengaruh teknologi terhadap pendidikan maka TNI AD mau tidak mau harus menggunakan teknologi khususnya teknologi informasi untuk membantu meningkatkan cakupan jumlah serdik dan kualitas pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kondisi Pendidikan TNI AD.

Selama ini masih diyakini bahwa Seskoad sebagai pendidikan tertinggi di lingkungan TNI AD merupakan “center of excellence”. Namun demikian ternyata sistem pendidikannya masih dijalankan dengan menggunakan pendekatan konvensional yaitu gadik sebagai sumber utama pengetahuan (teachers as gatekeepers to knowledge). Sistem pendidikan yang demikian akan menghasilkan serdik yang kemampuannya tidak maksimal dan menimbulkan ketergantungan kepada guru. Metode ini mempersyaratkan kehadiran gadik, tanpa gadik tidak ada proses belajar. Sistem ini juga menuntut ketersediaan gadik yang cukup. Jumlah gadik yang tidak mencukupi membuat satu orang gadik mengajar beberapa mata pelajaran sehingga tingkat kompetensinya pun diragukan. Dengan demikian paradigma pendidikan yang berpusat pada gadik ini perlu dirubah menjadi berpusat pada serdik untuk lebih menumbuhkan inisiatif para serdik.

Saat ini metode belajar di Seskoad juga masih menekankan bagaimana serdik diharapkan menguasai materi pelajaran sebanyak-banyaknya (knowledge based learning) dan belum mengarah pada kompetensi (competence based learning). Saat ini pelajaran yang diberikan di Seskoad meliputi Subyek Bin Kejuangan dan Kepribadian; Subyek Bin Pengetahuan dan Ketrampilan; Subyek Bin Jasmani; dan Lain-lain dengan jumlah mata pelajaran teori sebanyak 114 buah yang diberikan dalam 43 minggu. Ini merupakan contoh tipikal pendidikan dengan titik berat mata pelajaran. Dalam waktu yang relatif singkat serdik diwajibkan menguasai sebanyak-banyaknya pelajaran. Sistem yang demikian tidak menjamin kompetensi. Rasanya sangat sulit untuk mengharapkan lulusan Seskoad dengan paradigma ini mempunyai kompetensi yang tinggi. Sebagai perbandingan Sesko Malaysia, Singapura, atau Filipina tidak mengajarkan banyak pelajaran. Pada umumnya pelajaran dikelompokkan dalam empat modul dasar yaitu General Studies; Command, Leadership and Management; Strategy Warfare and Conflict Strategies; dan Military Operations. Masing-masing modul hanya terdiri dari beberapa pelajaran namun cukup mendalam dengan didukung sarana yang memadahi. Bahkan seperti di Malaysia dan Australia alumni pendidikan Sesko langsung dapat melanjutkan untuk S2 di bidang strategi di universitas. Untuk Malaysia dapat melanjutkan di Universitas Malaya dan di Inggris sedangkan untuk Australia dapat melanjutkan S2 di ADFA. Dengan demikian pendidikan Sesko diharapkan menggunakan sistem belajar yang menekankan kompetensi, sehingga alumninya cukup kompeten dalam bidang yang ditekuninya.

Pendidikan di Seskoad juga masih menganut metodologi yang menekankan pada isi pendidikan (content driven methodology). Sistem ini akan memacu siswa belajar atau membuat penugasan hanya untuk memenuhi tugas sesuai jadwal sementara penguasaan materi kurang ditonjolkan. Menurut salah satu bidang manajemen yaitu Total Quality Management (TQM) hasil akan baik apabila prosesnya benar (process driven methodology). Dengan demikian hasil pendidikan yang baik akan secara otomatis dapat dicapai apabila proses belajarnya benar, tanpa harus setiap kali mengevaluasi hasilnya.

Kondisi pendidikan sesuai dengan paradigma dan metodologi yang diharapkan tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan cara melakukan penataan kembali sistem pendidikan dengan memanfaatkan peran teknologi informasi.

Konsepsi Penataan Pendidikan TNI AD

Pada prinsipnya reformasi Sistem Pendidikan TNI AD yang ideal dilaksanakan dengan melakukan penataan kembali seluruh komponen pendidikan yang meliputi kurikulum, paket instruksi, gadik, gapendik, serdik, alins/alongins, metoda pengajaran, evaluasi, fasdik, dan anggaran. Penataan ini dapat dilakukan dengan melibatkan dan mengintegrasikan personel-personel yang kompeten di bidang masing-masing. Untuk beberapa komponen seperti paket instruksi, alins/alongins dan evaluasi dapat ditata dengan menggunakan teknologi informasi untuk mempercepat proses penguasaan pengetahuan.

Perkembangan teknologi dewasa ini ditandai dengan adanya perkembangan komputer yang sangat pesat baik dari aspek peranti keras maupun peranti lunak seperti database, pengolah kata (word processor), lembar kerja (spreadsheet). Keunggulan dari teknologi ini adalah mampu menyimpan pengetahuan yang sangat besar dan mudah diakses dalam waktu yang sangat cepat. Akibat perkembangan komputer yang pesat ini berkembanglah teknologi internet. Internet merupakan jutaan komputer yang terhubung satu sama lain di seluruh penjuru dunia dengan kapasitas informasi yang tak terbatas yang sewaktu-waktu dapat diakses secara on-line. Saat ini banyak universitas (baik militer maupun sipil), kursus-kursus, sudah membuka pelajaran secara on-line, berkat jaringan global ini. Berkaitan dengan kemajuan teknologi ini maka komponen pendidikan seperti paket instruksi dapat dibuat menggunakan perangkat lunak pengolah kata, alins ataupun alongins dapat menggunakan paket tutorial yang berbasiskan komputer / Computer Based Tutorial (CBT), evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk soal yang diketik menggunakan perangkat lunak pengolah kata (word processor) ataupun menggunakan metode evaluasi yang otomatis dikerjakan secara interaktif langsung di komputer.

Dalam pendidikan yang dijalankan dengan metode tradisional hambatan yang utama adalah adanya keterbatasan ruang dan waktu. Tenaga pendidik yang sesuai/ profesional tidak selalu berada dalam satu dimensi ruang dan waktu dengan peserta-didik yang memerlukan kehadirannya. Dengan demikian, kesempatan peserta-didik untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas seperti di Seskoad secara langsung melalui proses-proses pendidikan bertatap muka sangat terbatas dan sulit karena alokasi yang terbatas. Namun dengan inovasi teknologi informasi (baik internet maupun sistem pemberkasan hanjar yang baik) dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. Bahan ajaran dikelompokkan menjadi paket-paket elektronik yang dapat disimpan dan ditansfer melintasi ruang melalui sistem komunikasi data tanpa hambatan. Dengan sistem pemberkasan hanjar elektronik, materi-materi pendidikan dapat disimpan dan diakses setiap saat melintasi dimensi waktu. Secara teoritis berarti kendala ruang dan waktu dapat teratasi, kapasitas pendidikan menjadi tak terbatas. Dengan penggunaan teknologi ini maka diharapkan akan meningkatkan kapasitas jumlah siswa yang dapat memperoleh pengetahuan, dengan demikian tidak lagi terbatas pada jumlah alokasi yang tersedia, sehingga bisa saja setiap perwira diwajibkan mengikuti pendidikan Seskoad. (Konsekuensinya harus menggunakan sistem yang berbeda dengan yang sekarang. Seperti misalnya dengan sistem belajar jarak jauh atau Sesko secara terdistribusi dengan pengawasan kualitas yang ketat). Implikasinya jangka panjang otomatis akan terjadi peningkatan kemampuan perwira dalam mendukung pelaksanaan tugas pokoknya. Adapun secara singkat langkah-langkah bagaimana memajukan Seskoad berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi adalah sebagai berikut:

Tahap pertama, menyusun informasi yang berkaitan dengan Seskoad, bahan ajaran, kuis dan Lembar Penugasan, referensi yang berkaitan dengan pelajaran, dan link-link ke internet yang berkaitan dengan materi pendidikan kedalam satu CD yang secara otomatis dapat dijalankan tanpa memerlukan kemampuan menggunakan komputer (computer literacy). Yang dilakukan serdik adalah tinggal mengikuti petunjuk yang ditampilkan di komputer. Hal ini sangat memungkinkan karena komputer bukan merupakan barang yang asing bagi serdik di Seskoad. Dengan adanya CD ini maka diharapkan serdik akan dapat belajar secara lebih mandiri dengan penuh inisiatif. Diharapkan pula dengan adanya CD ini serdik tidak lagi berkutat dengan banyak kertas dan buku-buku yang biayanya relatif mahal. Setelah lulus dari Seskoad pun serdik masih dengan mudah untuk mengakses pengetahuan yang ada dalam CD tersebut.

Tahap kedua, Seskoad perlu mengembangkan laboratorium komputer dengan sistem menggunakan sistem jaringan (networking) dengan sistem server dan diskless workstation. Dengan sistem ini maka biaya pengadaannya akan menjadi lebih murah karena masing-masing workstation tidak memerlukan harddisk. Biaya untuk harddisk ini dapat dialihkan untuk pembelian unit komputer yang baru. Dengan adanya jaringan komputer ini diharapkan Seskoad akan memberikan pelajaran dengan cara yang berbeda dengan yang telah dilakukan selama ini. Dengan adanya laboratorium ini maka serdik dapat belajar secara mandiri.

Tahap ketiga, menghubungkan jaringan komputer tersebut ke internet agar serdik dapat mencari informasi atau referensi yang berkaitan dengan materi pelajarannya. Dengan internet ini maka akan terbukalah cakrawala para perwira akan perkembangan terbaru dari pelajaran atau pengetahuan yang dapat diperoleh dari internet.

Tahap keempat (ini optional), membangun jaringan internet di mes serdik. Sehingga serdik mampu mengakses internet tanpa harus ke laboratorium. Dengan demikian maka serdik dapat belajar setiap saat dari kamar dengan suasana yang jauh lebih enak dari pada belajar di kelas.

Memang penataan pendidikan yang demikian mempersyaratkan guru dengan kualitas yang baik (walaupun kalau masalahnya hanya transfer pengetahuan tidak memerlukan guru). Diperlukan kualitas guru yang baik karena untuk mencapai kualitas manusia yang baik diperlukan hubungan manusiawi yang erat antara gadik dengan serdik. Ini merupakan tantangan yang berat bagi Seskoad untuk meningkatkan kualitas gadiknya. Karena dengan sesanti “dwiwarna purwa cendekia wusana” diharapkan para gadik dituntut untuk benar-benar bersikap dan berperilaku yang mencerminkan sesanti tersebut disamping tingkat kompetensi yang tinggi. Konsekuensinya Seskoad perlu melakukan kontrol yang lebih ketat untuk menentukan kriteria para gadiknya kalau perlu melalui fit and proper test.

Penutup

Demikianlah gambaran singkat mengenai penataan pendidikan TNI AD khususnya di Seskoad dengan mempertimbangkan beberapa komponen dalam sistem pendidikan yaitu paket instruksi, alins/alongins dan evaluasi dangan memanfaatkan teknologi informasi. Untuk tahap pertama, baik untuk lembaga pendidikan (lemdik) Seskoad dan lemdik pendidikan perwira lainnya, dengan disusunnya bahan ajaran dalam bentuk CD diharapkan kualitas bahan ajaran menjadi jauh lebih baik. Hal ini merupakan langkah awal untuk menuju pada modernisasi pendidikan di lingkungan TNI AD.

Untuk kelompok bintara dan tamtama yang biasanya dididik di Rindam belum memerlukan hanjar dalam bentuk yang sudah dikomputerisasi. Bentuk yang cocok diberikan kepada bintara tamtama adalah bahan ajaran yang dirumuskan dalam buku saku yang berisi pengetahuan-pengetahuan praktis tentang tugasnya. Buku saku ini dapat dicetak dalam media yang berlapis plastik yang kedap air sehingga dapat dibawa kemana-mana dan diharapkan mampu menjadi referensi dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam penugasan mereka. Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam pengadaan buku saku ini dengan membuat master cetakan yang bagus menggunakan format portable document format (PDF). Dengan format ini kualitas hasil cetakannya lebih bagus dibandingkan perangkat lunak pengolah kata biasa.

Didalam pelaksanaannya konsep ini pasti akan mengalami hambatan seperti masalah ketersediaan anggaran, sumber daya manusia, dan energi khususnya listrik untuk mendukung komputer. Namun demikian hal-hal tersebut relatif mudah diatasi dengan melaksanakan pentahapan kegiatan. Akan tetapi hambatan yang paling besar dalam konteks ini adalah adanya perilaku yang selalu menolak terhadap perubahan (resistance to change). Untuk mempermudah pengendalian dan bahan evaluasi sebaiknya penataan ini dilakukan dengan melaksanakan percontohan di salah satu lemdik (pilot project), dan setelah hasilnya tampak maka baru diterapkan ke semua lemdik di lingkungan TNI AD.

Diharapkan dengan melakukan penataan pendidikan menggunakan teknologi informasi ini akan meningkatkan baik jumlah perserta didik maupun kualitasnya. Dengan demikian akan terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia TNI AD.

* Budiman S. Pratomo

Analis Sistem Informasi

Disinfolahtad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan pertanyaan anda disini.