01 Mei 2009

Teknik Membuat Karmil Seleksi Seskoad (Bagian ke 2)

3.    Membuat bab latar belakang pemikiran. Latar belakang pemikiran secara substansi merupakan deskripsi secara lebih mendalam tentang variabel makro/umum dari judul (lebih terurai dibandingkan dengan pada poin a pasal umum pada bab pendahuluan). Dalam membuat latar belakang pemikiran upayakan berawal dari variabel makro/umum dalam judul. Permasalahan yang sering terjadi, perwira terlalu jauh menarik garis awal penulisan. Contoh: Perkembangan teknologi informasi telah mendorong terjadinya era globalisasi, yang berdampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Contoh tersebut terlalu jauh relevansinya dengan judul, selain itu perwira akan terjebak untuk menjadikan globalisasi sebagai pokok bahasan, padahal pada variabel makro tidak berkenaan dengan globalisasi melainkan pemanfaatan teknologi informasi. Sebaiknya penulisan langsung berawal dari teknologi informasi, deskripsikan secara ringkas dan akhiri dengan kalimat yang berfungsi menjadi penghubung dengan paragraf berikutnya.  Dalam bab latar belakang pemikiran, sebaiknya memuat sekurangnya 2 judul pasal, tidak termasuk pasal umum.

    Pada pasal umum, deskripsikan secara ringkas tentang apa yang akan dimuat dalam bab ini. Termasuk juga judul pasal yang akan ditulis.

Perhatikan:

  • Penulisan agar disesuaikan tingkatannya, sesuai contoh yang diberikan di atas ( jangan memulai pada tingkatan yang terlalu jauh, sebaiknya langsung pada tingkatan yang digambarkan pada variabel makro/umum).
  • Apa yang dituangkan jangan sampai tidak berkaitan dengan judul karmil. Seperti yang dicontohkan di atas, dimana akhirnya perwira akan menguraikan tentang globalisasi, yang sebenarnya sangat sedikit/tidak ada kaitannya dengan judul.
  • Apabila menggunakan landasan, pilihlah landasan yang sesuai. Dan jangan sampai landasan yang dipilih tidak digunakan dalam pembahasan pada bab-bab selanjutnya.

4.    Membuat bab kondisi awal / kondisi saat ini. Mengingat sifat tulisan yang dikehendaki dalam karmil seleksi Seskoad adalah pemecahan masalah, bab kondisi awal / kondisi saat ini perlu ada. Pada bab ini perwira harus dapat mendeskripsikan suatu keadaan negatif secara realistis dan mengandung kebenaran (data secara spesifik tidak mungkin ditampilkan karena perwira tidak diperkenankan membawa catatan apapun ke dalam ruangan ujian). Apa yang harus dituangkan juga harus relevan dengan permasalahan yang diangkat, yaitu kemampuan penyelidikan (sesuai judul contoh). Sesuai referensi kemampuan penyelidikan tidak terlepas IPO (Input, Output, Proses) yang  berujung pada kemampuan deteksi dini dan peringatan dini. Oleh karenanya pada bab ini keadaan negatif yang dideskripsikan adalah menyangkut IPO tersebut (pada akhir tulisan akan diberikan teori singkat untuk memberikan gambaran tentang penyelidikan). Hal ini sangat perlu diperhatikan, mengingat masih banyak perwira membahas yang sebenarnya tidak berkaitan dengan substansi permasalahan sekalipun sepintas lalu sepertinya berkaitan, contohnya: organisasi, personel, peralatan, sarana prasarana, dsb. Kemampuan penyelidikan bermasalah karena ada masalah dengan IPO. Apabila tidak ada masalah dengan IPO maka sesungguhnya tidak ada masalah dengan kemampuan penyelidikan.

     Deskripsikan seperti apa kondisi negatip IPO , berikan fakta-fakta yang menguatkan, faktor-faktor apa yang menyebabkan, apa akibat yang ditimbulkan, apa dampak seandainya tidak diatasi. Perwira  dapat juga mengembangkan pembahasan pada substansi yang berkaitan untuk lebih memberikan warna dalam pendeskripsian, misalnya: pengaruh terhadap pengambilan keputusan, dll.

     Penulis yang baik harus dapat menggiring pikiran pembaca kepada substansi yang akan dibahas. Oleh karenanya penguraian substansi hendaknya tepat dan untuk meyakinkan pembaca dapat didukung dengan fakta-fakta dan argumen yang meyakinkan.

5.    Membuat bab faktor-faktor yang mempengaruhi. Bab ini memuat pasal umum, pasal faktor internal dan pasal faktor eksternal. Pada pasal umum, uraikan secara ringkas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sehingga timbul permasalahan (ambil dari kelemahan internal dan kendala eksternal) dan faktor apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah tersebut (ambil dari kekuatan internal dan peluang eksternal).

     Pasal faktor internal meliputi kelemahan dan kekuatan. Uraikan secara ringkas apa-apa saja kelemahan yang ada, berikan fakta-fakta realistis yang terjadi, apa akibatnya terhadap kinerja, berikan alasan/argumen yang dapat meyakinkan pembaca. Selanjutnya uraikan apa saja kekuatan yang dimiliki, baik bersifat potensial maupun aktual. Berikan alasan/argumen mengapa kekuatan tersebut dipilih (dalam rangka mengatasi masalah).

     Pasal faktor eksternal meliputi kendala dan peluang. Seperti halnya pada faktor internal, uraikan secara ringkas apa saja kendala yang turut memicu terjadinya masalah, berikan fakta-fakta yang mendukung, sampaikan alasan/argumen yang meyakinkan pembaca. Selanjutnya uraikan apa saja peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah, berikan alasan/argumen yang memadai tentang peluang yang dipilih.

     Kombinasi kekuatan dan kelemahan pada faktor internal dengan peluang dan kendala pada faktor eksternal, akan menghasilkan cara/metode untuk mengatasi masalah (pada analisis SWOT kombinasi ini dengan perhitungan yang tepat dapat menghasilkan strategi bertindak). Hal yang sering terjadi dalam penulisan metode oleh casis, metode tidak diperoleh dengan mengkombinasikan faktor internal dan faktor eksternal, contoh: sosialisasi, pendidikan, santi aji, dsb. Metode seperti ini masih sangat umum dan tidak menggambarkan gagasan/ide penulis. Dengan mengkombinasikan kedua faktor, perwira akan dapat mengerucutkan metode pendidikan (misalnya) secara lebih spesifik atau bahkan menemukan metode yang sama sekali baru.

     Pemilihan metode yang tepat akan sangat menentukan pembahasan pada bab upaya/optimalisasi, sebagai gagasan penulis dalam memecahkan masalah.

6.   Membuat bab kondisi yang diharapkan. Ada perbedaan cukup mendasar yang sering tidak disadari oleh para perwira ketika menuangkan tulisan pada bab ini, misalkan antara upaya meningkatkan dengan optimalisasi. Berbicara optimalisasi adalah berbicara pencapaian standar yang seharusnya dapat dicapai, sedang berbicara peningkatan adalah berbicara pencapaian yang kita inginkan (tidak merujuk pada standar yang baku), misalkan: Kendaraan Toyota Innova Tahun 2004 sesuai standar pabrik mampu mencapai kecepatan 180 km/jam. Kondisi saat ini kendaraan tersebut hanya mampu mencapai kecepatan maksimal 100 km/jam. Apabila kita ingin mengoptimalkan kecepatan kendaraan, maka kondisi akhir yang kita inginkan adalah mendekati atau sama dengan kecepatan sesuai spesifikasi yang dibuat oleh pabrik (180 km/jam). Caranya misalkan dengan melaksanakan rekondisi secara total. Apabila kita ingin meningkatkan kecepatan menjadi 140 km/jam, maka ini kita jadikan kondisi yang diinginkan. Caranya bisa dengan membersihkan beberapa suku cadang, dan menggantikan yang diperlukan. Bisa juga meningkatkan kecepatan melebihi standar yang ditentukan oleh pabrik, misalkan kita ingin membuat kendaraan mampu mencapai 250 km/jam. Untuk mencapai kondisi yang kita inginkan, caranya bisa dengan mengganti mesin dan memodifikasi komponen-komponen tertentu (tidak lagi mengikuti spesifikasi pabrik).

     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pada bab ini, antara lain: Penuangan kondisi yang diinginkan/diharapkan haruslah realistis (masuk akal dan tidak berlebihan), misalkan kita ingin meningkatkan kecepatan kendaraan menjadi 250 km/jam, namun tidak didukung dengan kekuatan yang memadai maupun peluang yang memungkinkan; Kondisi yang diinginkan / diharapkan harus dapat menjawab penyebab dan akibat yang diuraikan pada bab kondisi awal / saat ini; Apabila pada bab latar belakang pemikiran penulis menggunakan landasan pemikiran, maka apa yang dituangkan dalam bab kondisi yang diinginkan / yang diharapkan harus relevan dengan landasan yang digunakan.

7.     Membuat bab upaya / optimalisasi. Sebelum kita membahas bab ini, ada baiknya perwira mengetahui komposisi bobot yang dikehendaki pada setiap bab, dengan asumsi perwira membuat karmil sebanyak 8 halaman folio (pendahuluan, inti dan penutup), sebagai berikut:

NO JUDUL UTAMA / BAB % HALAMAN
1 PENDAHULUAN 5 0,4
2 LATAR BELAKANG PEMIKIRAN 7 0,56
3 KONDISI AWAL / SAAT INI 8 0,64
4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 13 1,04
5 KONDISI AKHIR / YANG DIHARAPKAN 7 0,56
6 UPAYA / OPTIMALISASI 55 4,4
7   PENUTUP 5 0,4

     Dari tabel di atas terlihat bahwa bab upaya / optimalisasi merupakan bab dengan bobot penulisan terbanyak. Dengan mengetahui komposisi ini diharapkan perwira dapat merencanakan apa yang harus dituliskan pada tiap-tiap bab. Jangan sampai perwira terlalu asyik menulis pada bab pendahuluan sampai berputar-putar seperti obat nyamuk, atau juga pada bab latar belakang pemikiran (paling sering terjadi).

     Bab ini terdiri dari cukup banyak pasal, mulai pasal umum, pasal tujuan, pasal sasaran, pasal subyek, pasal metode, pasal sarana dan prasarana dan pasal upaya.

     Pasal tujuan. Pada pasal ini cantumkan tujuan berkenaan dengan gagasan pemecahan masalah yang ditawarkan penulis. Tujuan bisa lebih dari 1 tergantung jumlah permasalahan yang diangkat. Hindari penentuan tujuan yang tidak menjawab permasalahan.

     Pasal sasaran. Sasaran adalah untuk menjawab persoalan, apabila terdapat 3 persoalan untuk mengatasi permasalahan, maka akan terdapat 3 sasaran untuk menjawab tujuan. Pada pasal upaya / optimalisasi perwira harus menjawab bagaimana mencapai sasaran dengan mengkombinasikan subyek, obyek, metode dan sarana/prasarana yang ada.

     Pasal subyek. Pencantuman subyek harus proporsional, sesuai dengan gagasan yang ditawarkan penulis. Peran subyek adalah untuk mendukung gagasan pemecahan masalah, sejauh berperan untuk mendukung pemecahan masalah, penulis dapat menentukan siapa saja subyeknya secara proporsional. Oleh karenanya dalam menentukan subyek, penulis perlu memberikan alasan/argumen yang memadai. Contoh: dari kombinasi faktor internal dan faktor eksternal diperoleh salah satu metode adalah membuat kebijakan. Tentukan siapa subyek yang memiliki kapasitas untuk mengeluarkan kebijakan yang dikehendaki untuk mendukung pemecahan masalah. Permasalahan yang sering terjadi, banyak perwira yang asal saja / tidak mengerti siapa subyek yang dilibatkan, ataupun tidak relevan dengan metode yang dipilih.

     Pasal obyek. Pengertian obyek disini adalah sesuatu yang menjadi sasaran pemecahan masalah, bisa manusia,kelompok/badan, sistem, perangkat keras, perangkat lunak, dsb, tergantung substansi permasalahan yang akan dipecahkan. Dalam permasalahan yang kita contohkan (kemampuan penyelidikan), obyeknya: prajurit Denintel (manusia) dalam hal ini juga penulis bisa membuatnya secara lebih spesifik, atau bisa juga ditambah yang lainnya, seperti: struktur organisasi (apabila diperlukan direvisi untuk menjawab permasalahan). Penuangan obyek juga perlu didukung dengan alasan / argumen yang memadai.

     Pasal metode. Gagasan terbesar penulis dalam memecahkan masalah sebenarnya ada pada metode ini. Dalam pembuatan karmil seleksi, casis wajib membuat bab faktor berpengaruh yang meliputi pengaruh internal dan eksternal dengan harapan panitia seleksi dapat mengukur: seberapa besar kemampuan kreatif, kemampuan berpikir logis, kemampuan dasar analisis dan kemampuan memberikan argumen dalam menyikapi suatu permasalahan. Oleh karenanya penentuan metode harus melalui proses yang memadai, tidak serta merta. Berikan alasan / argumen yang memadai untuk mendukung metode yang dipilih.

     Pasal sarana prasarana. Tentukan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pemecahan masalah, berikan argumen yang memadai.

     Pasal upaya. Untuk menuangkan pasal upaya, hal pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan, upaya harus diarahkan pada tujuan. Kedua, lihat apa saja sasaran yang harus dicapai. Misalkan untuk menjawab tujuan (1) ada 3 sasaran yang harus dicapai, maka pada pasal upaya penulis akan mengkolaborasikan: subyek, obyek, metode dan sarana/prasarana dalam sebuah penyajian tulisan yang utuh, padu, fokus, saling bertautan, logis, komprehensif, menarik, meyakinkan, dsb. Ingat, dalam menulis kita sedang menawarkan sebuah gagasan untuk pemecahan masalah. kita harus membuat pembaca memahami gagasan yang kita tawarkan sebagaimana kita memahaminya. Sebaik apapun gagasan kita akan sia-sia apabila gagasan tersebut tidak bisa sampai kepada pembaca secara utuh. Ada banyak teknik yang digunakan dalam penulisan, misalnya: dengan membandingkan, dengan memberi contoh, dengan memberikan argumen, dsb, termasuk dengan teknik kombinasi. Intinya, bagaimana pembaca yang tidak tahu menjadi tahu, atau yang tidak/setengah yakin menjadi yakin, yang tidak/setengah percaya menjadi percaya, yang tidak/kurang jelas menjadi jelas, yang tidak/sulit menerima menjadi penerima, dsb. Pada pasal upaya ini, uraikan bagaimana kita menyelesaikan setiap sasaran. Siapa subyek dan apa yang diperbuat, siapa/apa obyek, apa dan bagaimana metode, termasuk apa dan bagaimana sarana dan prasarana harus terkolaborasi dalam sebuah penulisan yang utuh, mengalir dan menarik sehingga dalam setiap kata maupun kalimat yang tertuang selalu merangsang pikiran pembaca. Apabila pikiran pembaca tidak hidup ketika membaca tulisan, maka sebenarnya kita sudah gagal dalam menyampaikan gagasan kita melalui tulisan.

8.     Membuat bab penutup. Bab penutup terdiri dari pasal kesimpulan dan pasal saran. Pada pasal penutup, pertama, berikan uraian secara ringkas tentang pentingnya masalah untuk dipecahkan (sebagai penekanan ulang). pada poin berikutnya, uraikan secara garis besar seperti apa upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah. Terakhir, berikan kesimpulan akhir tentang upaya pemecahan yang dilakukan.

     Pada pasal saran, sampaikan apa yang belum dapat dilakukan sehubungan keterbatasan subyek, namun perlu dilakukan untuk mendukung pemecahan masalah.

 

Catatan:

  • Pilihlah judul yang familiar dan cukup dikuasai.
  • Jangan lupa membuat daftar isi dan alur / pola pikir.
  • Dalam menulis selalu fokus pada judul, jangan diawal tulisan membicarakan pintu tapi diakhir tulisan menjadi jendela, sekalipun sama-sama terbuat dari kayu.
  • Pembahasan tidak berputar-putar, fokus pada pokok bahasan.

 

Lampiran: Gambaran singkat tentang peran TI dalam penyelidikan (oleh: Letkol Czi. Budiman).

PERAN TI DALAM RANGKA LID

Intelijen dan Informasi

Dari sisi teori informasi ada beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam membahas intelijen. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Data : merupakan bahan-bahan atau keterangan yang berupa cetakan, gambar atau sinyal elektronik, atau keterangan-keterangan lisan..

2. Informasi : merupakan data yang sudah disusun, diolah, untuk menghasilkan laporan yang sifatnya masih umum. Ini dapat berupa laporan berupa multimedia, laporan dengan grafik, gambar, peta dan sebagainya.

3. Intelijen : merupakan suatu produk atau informasi yang sudah dibuat sedemikian rupa untuk mendukung suatu pengambilan keputusan oleh pihak tertentu / pengguna.

Dengan kata lain ternyata intelijen adalah sama dengan informasi, hanya saja lingkupnya lebih sempit. Informasi merupakan semua data yang sudah diolah sedangkan Intelijen adalah informasi yang sudah dievaluasi guna pengambilan keputusan tertentu. Biasanya intelijen / informasi ini mempunyai klasifikasi.

Berdasarkan pengertian tersebut maka keputusan yang baik harus didukung oleh intelijen (informasi) yang baik. Informasi yang baik dihasilkan dari skema Input, Proses, Output (IPO) yang baik pula. Jadi mutu intelijen tergantung pada, Pertama apakah masukannya (Input) sesuai permintaan apa tidak, atau dalam bahasa intelijen apakah Unsur Utama Keterangan (UUK) yang diterima benar apa tidak. Kedua apakah pengolahannya (Proses) dilakukan dengan benar. Dalam bahasa intelijen proses pengolahan ini harus didukung oleh informasi yang cukup, kemampuan analis, teknik kompilasi, dan teknik analisis yang baik. Dan yang paling penting proses ini dilakukan oleh suatu badan tersendiri yang berbeda dengan yang mengumpulkan keterangan agar tidak terjadi bias. Ketiga, apakah hasil (Output) dimanfaatkan secara tepat. Keempat apakah waktunya tepat (timeliness). Waktu ini sangat krusial karena walaupun informasi itu baik kalau diberikan tidak tepat waktu apalagi terlambat menjadi tidak ada artinya.

Ruang Lingkup Intelijen

Dalam dunia intelijen kita ada tiga kegiatan pokok yang dilakukan yaitu yang dikenal sebagai Lid Pam Gal atau Penyelidikan (positive clandestine intelligence?), Pengamanan (counter intelligence), dan Penggalangan (psychological operations). Dalam konteks ini maka ada pihak yang ingin diselidiki, diamankan, dan digalang atau dengan kata lain perlu definisi yang jelas tentang siapa lawan dan siapa bakal lawan. Dalam konteks perkembangan teknologi informasi paradigma ini menjadi kurang tepat karena saat ini definisi lawan dan bakal lawan sudah tidak jelas lagi. Paradigma tersebut adalah produk saat terjadinya perang dingin dimana lawannya jelas dari kelompok komunis dan ekstrim yang lainnya dan kegiatannya pun masih jelas dengan penggunaan senjata pemusnah massal. Sementara seiring dengan kemajuan teknologi pembagian lawan / hakekat ancaman dapat digolongkan menjadi empat kelompok yaitu militer dengan sistem yang canggih dengan dukungan logistik yang sangat kuat ( the high-tech brute ), gabungan antara para penjahat dan teroris ( the low-tech brute ), kelompok massa tanpa senjata yang biasanya didorong oleh faktor agama, ideologi / SARA (the low-tech seer ), dan gabungan antara para penjahat informasi dan spionase ekonomi (the high-tech seer) ( The Transformation of War and the Future of the Corps -- Robert D. Steele ).

Dalam era informasi saat ini, intelijen tidak lagi berkutat pada masalah bagaimana menembus suatu jaringan informasi rahasia dalam rangka pengumpulan data / keterangan tetapi lebih pada bagaimana memisahkan / mencari informasi yang berguna dari banjir informasi yang tersedia secara bebas terutama dari sumber elektronis. Demikian pula intelijen (informasi) sudah kurang lagi dikelompokkan menjadi berklasifikasi atau tidak tetapi lebih pada apakah itu tepat waktu, tepat sasaran dan berguna bagi pengguna.

Dengan demikian dari pandangan intelijen sebagai badan yang perlu ditinjau kembali adalah dari sisi teknik penyelidikan (terutama teknik pengumpulan keterangannya) dan penggalangannya (dengan menggunakan konsep perang informasi).

Penyelidikan

Dalam kegiatan ini di lingkungan TNI AD mempunyai badan-badan seperti Denintel sampai unit intel dibawahnya. Maksud dari kegiatan ini secara lebih spesifik adalah untuk memperoleh informasi sesuai UUK untuk tujuan cegah dini dan peringatan dini. Dalam konsep yang maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi banyak sarana yang dapat digunakan dalam konteks Open Source Intelligence.

Dengan kemajuan teknologi informasi maka dari sisi teknik pengumpulan keterangan ada konsep yang dikenal sebagai Open Source Intelligence. Konsep ini sangat relevan karena sangat murah biayanya dan informasi yang dihasilkan sangat signifikan. Berkaitan dengan unsur utama keterangan yang akan dikumpulkan maka jenis informasi ditinjau dari sudut pandang sumbernya dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1. Informasi yang sifatnya terbuka (Open Source Information) yang dapat diperoleh dengan biaya yang sangat murah misalnya dari koran, penerbitan, barang barang cetakan, informasi di internet dan sebagainya.

2. Informasi yang setengah terbuka (Open Proprietary Information) yang dapat diperoleh dengan cara membeli dari pihak-pihak tertentu yang ingin kita selidiki, misalnya membeli peta atau membeli peluru kendali dari negara tertentu untuk mengetahui cara kerjanya.

3. Informasi yang tertutup (Closed Proprietary Information) yang hanya dapat diperoleh dari tempat tertentu yang ingin dijadikan target, kadang-kadang susah untuk memperolehnya dan memerlukan kegiatan spionase, misalnya akan mencuri suatu desain kendaraaan perang ataupun source code dari program komputer.

4. Informasi yang berklasifikasi (Classified information) ini diperoleh dari kegiatan mata-mata, satelit dengan menggunakan agen, dan resiko memperolehnya sangat tinggi.

Pencarian keterangan dalam konsep open source intelligence dapat dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari memanfaatkan manusia (human sources), barang cetakan (hard copy), microfiche, dan data elektonis. Khusus untuk manusia ada beberapa sumber dimana kita dapat memperoleh informasi dengan akurat yaitu akademisi, jurnalis, operator (juru bicara) dari suatu organisasi, dan para pimpinan atau calon pimpinan suatu organisasi. (Konsep tentang open source intelligence dan penjelasan tipe manusia (human sources) ini akan ditulis dalam artikel tersendiri). Namun demikian konsep ini mempersyaratkan seorang agen atau analis dengan kualitas baik dengan penguasan teknologi, teknik pencarian informasi (information searching), berwawasan luas serta menguasai bahasa asing.

Untuk menunjukkan bahwa informasi (intelijen) yang diperoleh dari sistem ini sangat penting dan menentukan dalam pengambilan keputusan, sebagai contoh, Amerika Serikat saat ini mengalokasikan anggaran untuk open source intelligence (OSINT) sebesar 80 persen, sepuluh persen untuk classified intelligence, dan sepuluh persen lainnya untuk proprietary intelligence.

Aplikasi teknologi informasi untuk mendukung peyelidikan.

Ada banyak teknologi yang sekarang ini tersedia dengan relatif murah dan bahkan gratis. Dalam konteks internet maka ada beberapa teknologi yang dimanfaatkan. Yang terpenting dalam mencari informasi di internet adalah penggunaan mesin pencari (search engine). Penggunaan search engine yang tepat akan dapat memperoleh informasi yang cepat. Misalnya untuk mencari tokoh yang sangat berpengaruh, kita bisa menggunakan http://www.googlism.com/. Dengan mesin itu kita bisa mencari tokoh-tokoh yang berpengaruh dengan mudah, bahkan untuk tahu mengenai kapan dan dimananya dapat diperoleh dengan mesin pencari ini.

Untuk mencari informasi yang umum dengan cepat dapat menggunakan http://www.google.com/, http://www.answers.com/, http://ask.com/ . Dengan mesin pencari ini dengan mengetahui trik mencari informasi dengan cepat maka kita dapat mencari informasi yang kita inginkan sesuai dengan keinginan kita dengan mudah. Kuncinya adalah harus mengetahui teknik-teknik mencari informasi dengan tepat. Karena apabila tidak tahu tekniknya akan memerlukan waktu yang sangat lama.

Ada aplikasi lain yang dapat dengan mudah dijalankan yaitu dengan Google Earth, denga perangkat lunak ini kita bisa mencari informasi tentang suatu posisi dengan mudah dan dalam bentuk tiga dimensi. Perangkat ini sangat membantu dalam kegiatan Matbar yang begitu penting dalam siklus intelijen (RPI).

Bahkan sekarang ini dengan menggunakan handphone yang murah tanpa harus membeli Blackberry dapat menikmati fasilitas push email dengan memanfaatkan software dari seven.com dengan biaya yang relatif jauh lebih murah.

2 komentar:

  1. Penjelasan tentang teknik menulis karmil ini sudah semakin lengkap dan komprehensif. CUkup bermanfaat bagi casis yg akan mengikuti seleksi tahun ini. Namun ada beberapa persoalan yang sering ditanyakan oleh casis dan perlu diberi penjelasan secara lebih gamblang dalam blog ini sehingga dapat dibaca oleh banyak orang.

    Pertama, pada bab LATAR BELAKANG PEMIKIRAN, selain pasal umum juga terdapat pasal LANDASAN PEMIKIRAN dan DASAR PEMIKIRAN yang sering dijumpai. Untuk karmil yg besar dan disusun dalam waktu yg cukup lama, mungkin dua-duanya dapat digunakan, tetapi untuk keperluan seleksi seskoad yg hanya 4 jam dan tidak membawa referensi, mana yang lebih tepat digunakan? Selain itu, mohon pak dosen menjelaskan perbedaan antara LANDASAN PEMIKIRAN dan DASAR PEMIKIRAN.

    Kedua, dosen juga telah menjelaskan bahwa kelemahan internal dan kendala eksternal merupakan FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA MASALAH. Menurut saya kedua faktor tersebut tidak hanya merupakan penyebab timbulnya masalah, tetapi juga merupakan PENGHAMBAT UPAYA PENYELESAIAN MASALAH.

    Ketiga, dosen menjelaskan bahwa Pencantuman subyek harus proporsional, sesuai dengan gagasan yang ditawarkan penulis. Mungkin perlu ditambahkan juga selain sesuai dengan gagasan yg ditawarkan, penentuan subyek agar proposional juga harus SESUAI DENGAN OBYEK YG DIBAHAS. Misalnya obyeknya prajurit di batalyon, maka subyeknya paling tinggi adalah KOMANDAN BATALYON. Hal ini juga terkait dengan saran yang akan dituangkan dalam bab penutup, dimana saran tersebut akan diajukan kepada ORANG atau INSTANSI yang berada DIATAS SUBYEK.

    Keempat, banyak pertanyaan yang berkait dengan METODE dimana ada pendapat yang mengatakan bahwa yang termasuk dalam METODE itu adalah, latihan, pendidikan dll. Perlu dijelaskan apakah memang ada referensi yang membuat pembatasan tentang penentuan metode ini? Karena banyak orang yang ragu-ragu untuk menentukan metode pemecahan masalah yang ditulis dalam karmilnya. Contohnya, apakah PENGADAAN dapat digunakan sebagai metode?

    Demikian saran dan tanggapan saya kepada bapak dosen. Mohon untuk mendapatkan penjelasan yang lebih detail

    BalasHapus
  2. 1. Tentang latar belakang pemikiran.
    Latar belakang (pemikiran)intinya menjelaskan tentang apa dan mengapa judul. Untuk tingkat karmil seleksi biasanya terdapat 2 variabel dalam judul, yaitu: variabel makro(1) dan variabel mikro(2). Variabel yang pertama adalah titik awal penulisan yang berkaitan erat terhadap variabel kedua (yang menjadi inti pembahasan tulisan). Penentuan masalah sebagai inti yang akan dibahas dalam karmil seleksi maupun karmil ilmiah sangat berkaitan dengan keberadaan variabel ini. Secara sederhana variabel dapat diartikan: ciri dari individu, obyek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif ( Nana Sujana: Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah,2006). Pada karmil ilmiah, penentuan masalah dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti: mendeskripsikan setiap variabel, menghubungkan dua variabel, mengkaji pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, mengkaji kekuatan variabel yang satu dibandingkan kekuatan variabel lain, mengkaji kontribusi suatu variabel terhadap variabel lain, dsb. Pada Karmil ilmiah, proses penentuan masalah dari beberapa variabel tidak sesederhana pada karmil seleksi, dibutuhkan landasan untuk menunjukkan pengaruh variabel terhadap masalah yang diangkat, misal:landasan teori, dsb. Saya pribadi sangat jarang menemukan karmil ilmiah (karmil yang ditulis mengikuti kaidah/norma ilmiah). Lucunya, ada banyak karmil (entah meniru dari siapa) memuat bermacam landasan, seperti: Landasan idiil, landasan filosofi, landasan operasional,dll, tapi tidak jelas pemanfaatannya untuk digunakan apa dalam tulisan. Seharusnya landasan ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu variabel dan pengaruhnya untuk merumuskan masalah, termasuk untuk membahas masalah itu sendiri.
    Dasar pemikiran, dalam pengertian kamus adalah: pokok/pangkal suatu pendapat/pemikiran. Contoh: Proses berlangsungnya globalisasi ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi, dan sebagai lokomotifnya adalah sistem kapitalisme sebagai icons dalam perekonomian global. Sistem ekonomi kapitalisme yang bebas (laissez faire) ternyata melahirkan disparitas (kesenjangan) antara miskin dan kaya, antara masyarakat kuat dengan masyarakat lemah, negara maju dengan negara berkembang, hubungan antara ideologi, budaya, politik dan agama, tidak serta merta membuat wajah dunia menjadi seragam, sebaliknya konflik dan benturan semakin dahsyat, antara negara Barat dengan Timur, Utara dengan Selatan dan muncul isu-isu kemiskinan, kebodohan dan kebrobokan moral . Sistem ekonomi kapitalis menjadi mainstream economy system nyaris di semuai negara di dunia. Sistem ekonomi ini menyerahkan kedaulatan pada free market mechanism yang diatur oleh invisible hand dengan jiwa free market competition spirit dan tentu saja berlaku hukum rimba.(sumber: http://i-epistemology.net).
    Menurut hemat saya apabila casis menggunakan pola pikir, dimana harus memuat instrumental input, gunakan landasan pemikiran. Namun landasan pemikiran ini harus digunakan dalam pembahasan pokok masalah, tidak semata muncul pada bab latar belakang pemikiran. Namun apabila casis menggunakan alur pikir, gunakan dasar pemikiran dengan catatan pokok/pangkal pemikiran ini harus juga muncul pada bab-bab selanjutnya.

    2. Tentang kelemahan dan kendala.
    Kelemahan dan kendala jika dihadapkan pada masalah berperan sebagai penyebab, dan bila dihadapkan pada pemecahan masalah adalah sebagai penghambat. Misal: Ada seorang yang selalu ditipu orang karena kebodohannya. Masalah orang itu sering ditipu orang disebabkan oleh kebodohannya. Untuk pemecahan masalah agar tidak selalu ditipu orang, kebodohan ini tidak bisa hilang sehingga akan menjadi penghambat dalam mengatasi masalah selalu ditipu orang tsb.

    3. Tentang subyek harus proporsional.
    Proporsional disini artinya sesuai dengan kapasitas subyek. Misalkan: Untuk meningkatkan kemampuan penyelidikan salah satu metodenya adalah merevisi struktur organisasi Denintel. Tentunya subyek yang memiliki kapasitas untuk melakukan hal ini haruslah Kasad. Subyek disini bukan dihadapkan pada obyek, melainkan pada metode yang ditemukan dari kombinasi faktor internal dan eksternal. Misalkan dalam judul contoh memerlukan Kasad sebagai subyek untuk mengeluarkan kebijakan merevisi struktur organisasi Denintel agar peningkatan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel melalui pemanfaatan teknologi informasi dapat terwujud, maka hal ini akan dimunculkan dalam pasal saran (karena diluar kemampuan Denintel (yang menulis)untuk melakukannya.

    4. Tentang metode.
    Penentuan metode dipengaruhi oleh penggunaan faktor internal dan faktor eksternal yang memiliki 2 arah pengaruh, yaitu: berpengaruh terhadap terjadinya masalah, dan berpengaruh terhadap pemecahan masalah (dengan mengkombinasikan kedua faktor sebagai solusi masalah). Berkaitan dengan hal ini penentuan metode tidak serta merta melainkan harus mempertimbangkan kedua faktor tersebut. Dalam analisis SWOT dengan mengkombinasikan Strength-Weakness-Opportunity-Threat dalam beberapa penelitian terbukti dapat menghasilkan strategi yang efektif dalam menyikapi suatu permasalahan. Saya melihat penulisan karmil mengadopsi sebagian dari analisis SWOT dengan mengkombinasikan faktor internal dan eksternal untuk menentukan metode. Yang saya herankan setiap penulisan karmil, selalu saja metodenya: pendidikan, sosialisasi,latihan, dll, tanpa diberikan argumen yang logis. Misalkan: Pada saat ada masalah dengan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel, metode pendidikan ini kan sudah ada. Lalu kita gunakan lagi metode pendidikan ini untuk meningkatkan kemampuan penyelidikan prajurit Denintel, pertanyaannya metode pendidikan yang mana dan yang seperti apa?. Bisa saja kita tetap menggunakan metode pendidikan, tapi pendidikan yang bagaimana dan yang seperti apa. Ini harus jelas dinyatakan, bukan sekedar mengatakan metodenya: pendidikan. Tentunya bisa juga ditemukan metode yang sama sekali baru. Intinya metode yang digagas memang visible dan akuntable untuk memecahkan masalah.

    BalasHapus

Tuliskan pertanyaan anda disini.